yufid.com

Kamis, 04 Juni 2015

Terbunuhnya Khubaib Bin Adi

Posted by Abu Abdillah Riza Firmansyah On 02.32 No comments
MEMETIK PELAJARAN DARI PERISTIWA TERBUNUHNYA SAHABAT KHUBAIB BIN 'ADI 
-----------------------------------------------------------------------

Ketika kita membuka lembaran sejarah kehidupan Rasululloh  bersama para sahabatnya akan kita temukan sebuah gambaran yang dipenuhi dengan mutiara kemuliaan serta lika-liku kehidupan yang mencengangkan bagi siapa yang merenunginya. Demikian, karena garis edar kehidupan mereka berada di bawah bimbingan dan naungan ilahi yang tercermin dalam perilaku dan budi pekerti mereka yang teramat mulia sehingga tidak akan pernah lapuk dan tidak pula akan pernah lekang meski zaman akan terus bergulir. Alloh  berfirman dalam surat Yusuf: 111

"Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal".


Satu diantara lembaran-lembaran tersebut adalah peristiwa terbunuhnya sahabat Khubaib bin 'Adi  dalam sebuah tregedi memilukan namun meninggalkan goresan pelajaran yang tak terhingga nilainya bagi umat Islam yang mendambakan kemuliaan di dunia dan akhirat.

PENGGALAN KISAH
Memasuki tahun ke-4 hijriyah tepatnya pada bulan shofar , Sekelompok kaum yang berasal dari suku Adhol dan Qoroh datang ke hadapan Rasululloh  guna meminta agar dikirimkan orang yang akan mengajarkan mereka agama Islam. Melihat sikap antusias mereka untuk mengenal agama Islam, Rasululloh  memilih sepuluh orang sahabatnya untuk mengemban tugas yang mulia ini, diantaranya adalah; 'Ashim bin Tsabit, Martsad bin Abi Martsad, Abdulloh bin Thoriq, Zaid bin Datsinah, Khubaib bin 'Adi, dan beberapa orang sahabat lainnya yang kemudian beliau menunjuk 'Ashim bin Tsabit sebagai ketuanya (menurut salah satu pendapat).
Setelah segala perbekalan dan kebutuhan selama perjalanan dipersiapkan, merekapun mengayuh langkah untuk melaksanakan tugas ini dengan ditemani rombongan dari kedua suku tersebut. Namun manakala mereka sampai di sebuah tempat yang bernama Ar-Roji (daerah pinggiran Hijaz) yang merupakan sumber dan mata air bagi suku Hudzail, Sekelompok kaum tadi (Adhol dan Qoroh) melakukan pengkhianatan dengan meminta bantuan suku Hudzail untuk mengepung dan menghabisi utusan Rasululloh  yang berakhir dengan terbunuhnya delapan orang diantara mereka, termasuk ketuanya yakni 'Ashim bin Tsabit.

Adapun dua sahabat lainnya yaitu Zaid bin Datsinah dan Khubaib bin 'Adi, maka mereka ditawan dan diperjual belikan sebagai seorang budak di kota Mekah hingga jatuhlah Zaid bin Datsinah ke tangan Sofwan bin Umayyah lantas membunuhnya sebagai balas dendam atas kematian ayahnya pada perang Badar. Adapun Khubaib bin 'Adi maka beliau dibeli oleh Bani Harits (anak keturunan Harits bin Amir bin Naufal yang dibunuh oleh Khubaib bin 'Adi pada perang Badar).
Kini Khubaib bin 'Adi tinggal seorang diri dalam kurungan Bani Harits untuk menerima siksaan demi siksaan yang kemudian akan hukum mati oleh orang-orang kafir Quraisy. Hari yang ditentukan pun tiba, beliau diseret ke sebuah tempat lapang yang bernama Tan'im (lokasi Universitas 'Aisyah sekarang) untuk di hukum mati di depan masa, namun sebelum dimulai beliau mengajukan satu permintaan: "Bila kalian berkehendak, biarkan aku melakukan sholat dua roka'at dulu" , ucap beliau. Dan merekapun membiarkannya hingga selesai dalam waktu yang relatif cukup singkat kemudian berucap: "Andaikata kalian tidak akan mengira bahwasanya aku takut mati, tentulah aku akan sholat kembali". Setelah itu beliaupun mengucapkan sebuah syair yang semakin membuat mereka geram dan menjadikan darah-darah mereka panas mendidih. Ucap beliau:
* وَلَسْتُ أُبَالِي حِينَ أُقْتَلُ مُسْلِماً **
عَلى أَيِّ شِقّ كَانَ لِلَّهِ مَصْرَعِي
* وَذلِكَ في ذَاتِ الإِلهِ وَإِنْ يَشَأْ **
يُبَارِكْ عَلَى أَوْصَالِ شِلوٍ مُمَزَّعِ **
"Sungguh tiada aku peduli bila aku terbunuh sebagai seorang muslim. Di bagian manapun kematianku datang menjemput, bila semua itu semata karena Alloh demikian itu hanya untuk Dzat Ilahi, dan jika Dia berkehendak, Dia akan memberkahi setiap potongan tubuhku yang tercincang".[HR. Bukhori no. 3045]
Abu Sufyan (yang kala itu masih kafir) berkata kepadanya: "Apakah kamu suka jika seandainya Muhammad kami penggal batang lehernya lantas engkau kami bebaskan hingga bisa bersenang-senang dengan keluargamu?". Mendengar kelancangan Abu Sufyan akan diri Nabi Muhammad, tanpa gentar sedikitpun beliau berkata:
لا واللهِ ، ما يسرُّني أني في أهلي ، وأنَّ محمداً في مكانهِ الَّذِي هُوَ فيه تُصيبُهُ شَوْكَةٌ تُؤذِيه.
"Tidak, Demi Alloh sunnguh aku tidak akan pernah merasakan kebahagiaan bersama keluargaku sedangkan Muhammad di tempatnya terusik oleh sepotong duri yang mengganggunya" . Kemudian setelah beliau selesai mengucapkan kalimat tersebut, merekapun menyeretnya menuju sebatang kayu untuk disalib kemudian memotong satu persatu anggota tubuh beliau hingga beliau  menghembuskan nafas terakhir dalam keadaan ridho kepada Alloh . Mengenai peristiwa ini Sa'id bin Amir bin Hudzaim berkata: "Aku menyaksikan peristiwa terbunuhnya Khubaib bin 'Adi, dan sungguh orang-orang kafir Quraisy mencincang tubuh beliau" . Inilah tragedi pilu yang dialami oleh sahabat Kubaib bin 'Adi dalam memegang teguh agama yang mulia ini.

MUTIARA KISAH
Sebagaimana yang telah ditegaskan oleh Alloh  dalam ayat sebelumnya bahwasanya di dalam kisah orang-orang sholeh sebelum kita terdapat pelajaran yang terhingga nilainya bagi siapa yang mau menghayati dan memahaminya tak terkecuali pada kisah Khubaib bin 'Adi di atas. Berikut ini ada beberapa pelajaran yang bisa kita petik dari kisah ini diantaranya:

1. Kewajiban mencintai Rasululloh  di atas segalanya. Satu diantara tanda dan bukti sempurnanya iman seseorang adalah apabila ia mampu mencintai Rasululloh  di atas cinta dan loyalitas kepada orangtua, anak dan istri, serta harta benda lainnya.
Rasululloh  bersabda:
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ.
"Tidaklah sempurna keimanan seorang dari kalian sampai aku lebih ia cintai daripada orangtua, anak dan manusia seluruhnya". [HR. Bukhori dan Muslim]
2. Ujian adalah sebuah kepastian manakala seseorang telah mengikrarkan keimanannya kepada Alloh dan RasulNya, maka satu hal yang perlu disadari yaitu bahwasanya ujian dan cobaan pasti akan menghampirinya. Hal ini Alloh tegaskan dalam firmanNya:
  "Apakah manusia itu mengira akan dibiarkan mengatakan kami telah beriman sedangkan mereka tidak diuji lagi?. Sesungguhnya kami telah menguji orang-orang sebelum mereka maka dengannya Alloh mengetahui orang-orang yang jujur dan orang-orang yang dusta".[QS. Al-'Ankabut: 2-3]
3. Tegar di atas al-Haq (kebenaran). Mengenai hal ini sahabat Khobbab bin Arot pernah mengadu pada Rasululloh  akan perihal beratnya ujian yang beliau alami dari orang-orang kafir Quraisy, maka Rasululloh  berkata untuk membangkitkan semangat para sahabtnya supaya mereka tetap kokoh menggenggam agama ini dengan menceritakan ujian dan cobaan yang menimpa orang-orang soleh terdahulu. Di Sabda beliau : "Sesungguhnya orang-orang sebelum kalian ada diantara mereka yang dipendam di dalam tanah kemudian diletakkan gergaji di atas kepalanya, namun semua itu tidak membuat mereka berpaling dari agamanya dan ada pula diantara mereka yang disisir dengan sisir besi sehingga daging mereka tepisah dari tulangnya namun ujian itu tidak juga membuat mereka meninggalkan agamanya. Dan sungguh (wahai sahabatku) Alloh akan menyempurnakan perkara (agama) ini hingga kalian akan menyaksikan ada orang yang berjalan dari Shon'a menuju Hadromaut tidak merasa takut kecuali kepada Alloh atau dari serigala yang akan m
emakan kambing-kambing mereka, akan tetapi kalian terburu-buru".[HR. Bukhori]
Kaum muslimin inilah sabda Rasululloh  kepada sahabatnya Khobbab bin Arot untuk membangkitkan semangatnya dalam memegang teguh agamanya meski badai ujian terus datang menerpa ayunan langkahnya. Dan dengan segala keterbatasan, mungkin hanya ini yang dapat kami ketengahkan pada lembaran kali ini, sekiranya goresan pena ini bisa menjadi pendorong bagi kita dalam menjalani agama yang mulia ini, terlebih bagi kita yang hidup di penghujung zaman dengan keterasingan Islam yang kian memuncak. Semoga

Ditulis oleh: Zakariya Abu Kholid At-Turi
Catatan dari Redaksi: Bahwasanya kisah ini kami hadirkan bukan dengan tujuan untuk membela gerakan Amrozi, Imam Samudra Cs yang memiliki pemahaman khowarij seperti tokoh-tokohnya; Salman Al-'Audah, Dr. Safar Hawali, Dr. Abdulloh Azzam, Usamah bin Laden, dan semisalnya. Bahkan kisah ini sebagai hujjah untuk menjelaskan kesalahan gerakan mereka. perhatikan manhaj (sikap/ metode cara beragama) salaf yang sejati dari sahabat Sa'id bin Amir bin Hudzaim  yang hanya diam (dengan menimbang maslahat dan mafsadat) ketika melihat kezholiman itu disamping ia tetap mengingkari di dalam hatinya dan tidak mengangkat senjata terlebih lagi mengadakan pengeboman di sana-sini secara tidak haq.
Muroja'ah oleh: Ust. Mizan Qudsiyah, Lc.

0 komentar:

Cari Artikel Hidayahsalaf