yufid.com

Kamis, 04 Juni 2015

Salaf dan Kasih Sayang

Posted by Abu Abdillah Riza Firmansyah On 02.29 No comments
MENGHIDUPKAN KASIH SAYANG…
--------------------------

Ungkapan rasa gembira dan tasbih patut kita utarakan dengan semakin banyaknya saudara-saudara kita yang mulai kembali berusaha meniti jalan kebenaran. Semakin membanjirnya majelis-majelis ilmu yang kita lihat di beberapa tempat adalah salah satu bukti nyata semakin banyaknya para penuntut ilmu.
Mereka para penuntut ilmu itu berusaha terus-menerus dan begitu semangatnya dalam menuntut ilmu. Akan tetapi hal yang perlu kita ingatkan adalah agar mereka bersemangat juga dalam mengamalkannya, karena pada hari ini betapa banyak sekali orang yang berdakwah akan tetapi sangat sedikit sekali orang yang benar-benar mancurahkan perhatian untuk mengamalkannya. Salah satu contoh ada segelintir orang yang dengan bermodalkan semangat untuk masuk ke sebuah sekolah dia tidak malu untuk memalsukan berkas-berkasnya dengan merubah tanggal lahir menjadi lebih muda agar memenuhi syarat-syarat penerimaan siswa/ mahasiswa.
Dari kenyataan yang ada ini, ada hal yang perlu kami tekankan dan ingatkan terus menerus, khususnya pada diri kami dan saudara-saudara kami agar kita jangan melupakan suatu hal yang penting dan merupakan kewajiban, yaitu mengamalkan ilmu disamping kita mempelajari dan mendakwahkannya, yakni jangan sampai semangat menuntut ilmu dan berdakwah dapat mengalahkan semangat dalam mengamalkan ilmu, karena Alloh  telah mengancam orang-orang yang berilmu dan berdakwah akan tetapi tidak mengamalkannya.

Alloh  berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa
yang tidak kamu kerjakan”. [QS. Ash-Shof: 2].
Berpijak dari kenyataan ini, maka kita juga patut bersedih karena sebagian para penuntut ilmu kita jumpai sudah bertahun-tahun menuntut ilmu akan tetapi mereka bakhil untuk meneteskan air matanya karena Alloh , mereka bakhil dalam mengamalkan ilmunya, mereka bakhil untuk mengunjungi saudaranya, bahkan hal yang sangat menyedihkan ketika kita akan bawakan perkataan para salaf tentang ditinggalkannya sunnah-sunnah mereka langsung menolak tidak mau mendengar bahkan menolak untuk berkunjung. Maka berhati-hatilah orang yang meremehkan dan menyelisihi syari’at akan ditimpa oleh fitnah dan adzab yang pedih.
Alloh  berfirman:

“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih”. [QS. An-Nur: 63].
Nabi  pernah bersabda tatkala menyebutkan tentang larangan meremehkan sesuatupun dari syari’at walaupun hal yang kita anggap kecil di mata kita.
عن أَبِى ذَرٍّ قَالَ قَالَ لِىَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- (( لاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ )).
Dari Abu Dzar berkata; Nabi  pernah berkata kepadaku: “Janganlah kamu meremehkan sesuatupun dari kebaikan, walaupun dengan kamu menjumpai saudaramu dengan wajah yang ceria”. [HR. Muslim 8/37 no. 6857, At-Tirmidzi 4/274 no. 1833, Ahmad 3/344 no. 14751, dan dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani di dalam Shohih Al-Jami’ no. 7634].

Bukankah kita pernah mendengar sebuah pepatah yang mengatakan Tak kenal maka tak sayang ? maka demikianlah hal dan kenyataannya apabila kita tidak saling kenal antara satu dan lainnya. Bukankah Alloh  dan RasulNya  menganjurkan kepada kita semua untuk saling berkasih sayang? Berkasih sayang kepada siapa saja; kepada orang Islam ataupun kafir, yang berilmu ataupun awam, kaya ataupun miskin, bahkan kepada hewanpun seperti kambing kita dianjurkan untuk mengasihinya.
Nabi  bersabda:
)) وَ الشَّاةُ إِنْ رَحِمْتَها رَحِمَكَ اللهُ ((
“Seekor kambing apabila kamu menyayanginya, maka Alloh akan menyayangimu”. [HR. Bukhori di dalam Al-Adabul Mufrod no. 373, Ath-Thobroni di dalam Al-Mu’jamus Shogir hal. 60, Ahmad 3/436, 5/34, Al-Hakim 3/586, Ibnu ‘Adi di dalam Al-Kamil 259/2, Abu Nu’aim di dalam Al-Hilyah 2/302, dan Ibnu ‘Asakir 6/257/1. dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani di dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shohihah 1/33 no. 26].
Allohumma, perhatikanlah hadits di atas, alangkah luas dan dalamnya ilmu di dalam Islam ini dan alangkah banyaknya pahala di dalamnya. Maka seorang Ahlussunnah ketika mereka mendengar sebuah hadits, mereka berusaha untuk mengamalkan sesuai kemampuannya dan tidak meremehkan sebuah haditspun ketika riwayat dan tafsirnya telah benar dan jelas serta tidak adanya pertentangan dengan riwayat yang lain.
Maka apabila kasih sayang itu tidak dapat terwujud kecuali dengan kita menyambung tali silaturahmi maka wajib hukumnya untuk kita berkunjung kepada saudara kita.
Para ulama mengatakan:
))مَا لاَ يَتِمُّ الوَاجِبُ إِلاَّ بِهِ فَهُوَ وَاجِبٌ((
“Apabila suatu yang wajib tidak dapat terwujud(sempurna) kecuali dengan suatu cara, maka cara itu dihukumi wajib pula”. [dilihat di dalam Irsyadul Fuhul ila Tahqiqil haq min ‘Ilmil Ushul 2/194 oleh Imam As-Syaukani, Al-Asybah Wan Nazhoir 2/90 oleh Imam As-Subki, Al-Bahrul Muhith 1/192 oleh Az-Zarkasyi, Risalah Jami’ah fi Ushulil Fiqh 1/18 oleh Syaikh Abdur Rahman As-Sa’di, At-Taqlid wal Ifta` wal Istifta` 1/155 oleh Syaikh Abdul Aziz Ar-Rojihi, dll]

Ketahuilah dan ingatlah bahwa Nabi kita yang mulia  pernah mengeluarkan sebuah perkataan yang patut kita camkan.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- )) أَنَّ رَجُلاً زَارَ أَخًا لَهُ فِى قَرْيَةٍ أُخْرَى فَأَرْصَدَ اللَّهُ لَهُ عَلَى مَدْرَجَتِهِ مَلَكًا فَلَمَّا أَتَى عَلَيْهِ قَالَ أَيْنَ تُرِيدُ قَالَ أُرِيدُ أَخًا لِى فِى هَذِهِ الْقَرْيَةِ. قَالَ هَلْ لَكَ عَلَيْهِ مِنْ نِعْمَةٍ تَرُبُّهَا قَالَ لاَ غَيْرَ أَنِّى أَحْبَبْتُهُ فِى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ. قَالَ فَإِنِّى رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكَ بِأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَبَّكَ كَمَا أَحْبَبْتَهُ فِيهِ ((.
Dari Abu Hurairoh , dari Nabi : “Bahwasanya ada seorang yang mengunjungi saudaranya di sebuah desa yang lain, maka Alloh mengutus seorang malaikat kepadanya di jalannya. Maka malaikat itu datang kepadanya dan berkata; ‘hendak kemanakah kamu?’ Orang itu menjawab; ‘Saya hendak menuju saudaraku di desa ini. Malaikat berkata; ‘apakah kamu memiliki suatu kesenangan untuknya yang kamu jaga?’ orang itu berkata; ‘Tidak, melainkan Saya hanya mencintainya karena Alloh ‘Azza wa Jalla. Malaikat itu berkata; ‘Ketahuilah bahwasanya Saya ini diutus oleh Alloh untuk menemuimu dan bahwasanya Alloh sungguh mencintaimu sebagaimana kamu mencintai saudaramu”. [HR. Muslim 8/12 no. 6714, Ahmad 2/408 no. 9280, Ibnu Hibban 2/331 no. 572. Dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani di dalam Shohihut Targib wat Tarhib 2/348 no. 2577 dan di dalam Misykatul Mashobih 3/85 no. 5007].

Maka dari hadits ini dapat kita ambil pelajaran diantaranya; pertama, bahwasanya disyari’atkannya bagi kita untuk berziarah mengunjungi teman atau saudara, kedua; ikhlas di dalam berkunjung kepada teman atau saudara semata-mata karena Alloh  dan bukan untuk kepentingan-kepentingan dunia lainnya, karena kita jumpai sebagian para penuntut ilmu mereka mengadakan safari dakwah untuk suatu keperluan bukan tujuan untuk berziarah.

Alloh  berfirman di dalam hadits qudsi:
(( وَجَبَتْ مَحَبَّتِي لِلْمُتَحَابِّيْنَ فِيَّ ، وَالمُتَجَالِسِيْنَ فِيَّ ، وَالمُتَبَاذِلِيْنَ فِيَّ ،وَالمُتَزَاوِرِيْنَ فِيَّ ))
“KecintaanKu wajib diperoleh oleh; orang-orang yang saling mencintai karena Aku, orang-orang yang duduk bermajelis karena Aku, orang-orang yang saling berkorban(dengan jiwa raganya) karena Aku, dan orang-orang yang saling mengunjungi karena Aku”. [HR. Ahmad 5/233/274, Ath-Thobroni di dalam Al-Mu’jamul Kabir 20/80,81, Al-Hakim Di dalam Al-Mustadrok 4/186, Ibnu Hibban di dalam Shohih nya 2/335 no. 575. Dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani di dalam Shohih Al-Jami’ no. 4331]

Maka seharusnya bagi seorang yang benar-benar beriman kepada Alloh  dan hari akhir memperhatikan hal yang sangat mulia ini dengan menyisihkan sedikit kesibukannya dan menjauhkan diri dari kebakhilan akan waktunya maka dari itu kalau tidak mampu mengunjungi saudara setiap tiga hari, maka hendaklah setiap pekan, atau setiap bulan, setiap tahun dan seterusnya atau apabila tidak bisa maka sekali seumur hidup atau kalau tidak bisa maka tunggulah sampai malaikat maut mengunjungimu untuk menjemput ajalmu.

Perhatikanlah para salaf mereka dapat menyisihkan waktu untuk berkunjung kepada saudaranya walaupun harus menempuh jarak yang jauh sekalipun karena boleh jadi kebaikan yang ada pada saudaranya belum didengarnya bahkan sampai-sampai ada sahabat yang jika belum mendengarkan hadits atau kebaikan dari saudaranya mengatakan; “Saya khawatir apabila saya meninggal lebih dahulu atau kamu yang meninggal”. [dilihat di dalam Al-Adabul Mufrod 1/337 oleh Imam Bukhori]
Sebuah contoh tauladan sebagaimana yang dilakukan oleh Imam besar, Imam yang tawadhu’, Imam Ahlissunah, Imam Ahmad tatkala safar dari Baghdad menuju daerah yang jauh bernama Ar-Ray hanya sekedar untuk ingin mengunjungi seseorang yang shaleh, zuhud, dan mengikuti kebenaran.
Hendaklah kita saling menyambung komunikasi dan tali silaturahmi dengan memperhatikan adab-adab yang telah diajarkan oleh Islam serta menjauhkan hal-hal yang dapat menimbulkan adanya permusuhan, memutus tali persaudaraan, kebencian, dan saling membelakangi.

Nabi  bersabda:
((لاَ تُقَاطِعُوا، وَلاَ تَدَابَرُوا، وَلاَ تَبَاغَضُوا، وَلاَ تَحَاسَدُوا، وَكُونُوا إِخْوَانًا كَمَا أَمَرَكُمُ اللهُ((
“Janganlah kalian saling memutus, janganlah kalian saling membelakangi, janganlah kalian saling membenci, janganlah kalian dengki, dan jadilah kalian bersaudara sebagaimana yang diperintahkan oleh Alloh”. [HR. Muslim 2563].
Wallohu a’lam. (Abu Abdillah).

0 komentar:

Cari Artikel Hidayahsalaf