Seruan
Ulama Terkait ISIS
Oleh: Asy Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad
Ulama Besar Arab Saudi,
Ahli Hadits Kota Suci Madinah, Asy-Syaikh Al-‘Allamah Al-Muhaddits Abdul Muhsin
bin Hamd Al-‘Abbad Al-Badr hafizhahullah berkata dalam risalah “Fitnatul
Khilafah Ad-Da’isyiah Al-‘Iraqiyah Al-Maz’umah” di website resmi beliau,
Seruan Ulama Besar Ahlus
Sunnah Terkait ISIS
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله وحده وصلى الله وسلم على من لا نبي بعده نبينا محمد وعلى
آله وصحبه. أما بعد؛
Sungguh telah lahir di
Iraq beberapa tahun yang lalu, sebuah kelompok yang menamakan diri Daulah
(Negara) Islam Iraq dan Syam, dan dikenal dengan empat huruf awal nama daulah
khayalan tersebut yaitu [داعش]
(ISIS), dan muncul bersamaan dengan itu, sebagaimana yang disebutkan oleh
sebagian orang yang mengamati tingkah pola dan pergerakan mereka, sejumlah nama
sebagai julukan bagi anggota mereka dengan sebutan: Abu Fulan Al-Fulani atau
Abu Fulan bin Fulan, kuniah (julukan) yang disertai penisbatan kepada negeri
atau kabilah, inilah kebiasaan orang-orang majhul (yang tidak dikenal),
bersembunyi di balik julukan dan penisbatan.
Selang beberapa waktu
terjadi peperangan di Suriah antara pemerintah[1] dan para penentangnya,
masuklah sekelompok orang dari ISIS ini ke Suriah, bukan untuk memerangi
pemerintah, akan tetapi memerangi Ahlus Sunnah yang menentang pemerintah dan
membunuh Ahlus Sunnah dengan cara yang sangat kejam, dan telah masyhur cara
membunuh mereka terhadap orang yang ingin mereka bunuh, dengan menggunakan
pisau-pisau yang merupakan cara terjelek dan tersadis dalam membunuh manusia.
Dan di awal bulan
Ramadhan tahun ini (1435 H) mereka merubah nama kelompok mereka menjadi
“Al-Khilafah Al-Islamiyah”. Khalifahnya yang dinamakan Abu Bakr Al-Baghdadi
berkhutbah di sebuah masjid di Mosul, diantara yang ia katakan dalam
khutbahnya, “Sungguh aku telah dijadikan pemimpin kalian padahal aku bukan yang
terbaik di antara kalian”. Sungguh dia telah berkata benar bahwa ia bukanlah
yang terbaik di antara mereka, karena ia telah membunuh orang yang mereka bunuh
dengan pisau-pisau, apabila pembunuhan itu atas dasar perintahnya, atau ia
mengetahuinya dan membolehkannya maka ia adalah yang terburuk di antara mereka
(memang bukan yang terbaik), berdasarkan sabda Nabi shallallahu’alaihi wa
sallam,
مَنْ دَعَا إِلَى
هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ
مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ
الإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ
شَيْئًا
“Barangsiapa mengajak kepada
petunjuk maka ia mendapat pahala seperti pahala orang-orang yang mengikutinya
tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun, dan barangsiapa mengajak kepada
kesesatan, maka ia mendapat dosa seperti dosa orang-orang yang mengikutinya
tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun.” [HR. Muslim no. 6804 dari Abu
Hurairah radhiyallahu’anhu]
Dan kalimat yang ia
katakan dalam khutbahnya tersebut, telah dikatakan oleh khalifah pertama dalam
Islam setelah Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam,yaitu Abu Bakr Ash-Shiddiq
radhiyallahu’anhu wa ardhaahu, dan beliau adalah orang terbaik umat ini, sedang
umat ini adalah umat yang terbaik di antara umat-umat yang ada, beliau
mengatakan demikian dalam rangka tawadhu’ (bersikap rendah hati) sedang beliau
mengetahui, para sahabat juga mengetahui bahwa beliau adalah orang yang terbaik
di antara mereka berdasarkan dalil-dalil yang menunjukkannya dari ucapan
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam.
Termasuk kebaikan (yang
kami nasihatkan) untuk kelompok ini, hendaklah mereka sadar diri dan kembali
kepada kebenaran, sebelum daulah mereka hilang terbawa angin seperti
daulah-daulah lain yang semisalnya di berbagai masa.
Dan sangat disayangkan,
fitnah (bencana) khilafah khayalan yang lahir beberapa waktu yang lalu ini,
diterima oleh anak-anak muda yang bodoh di negeri Al-Haramain, mereka
menampakkan kebahagiaan dan kegembiraan terhadap khilafah khayalan ini layaknya
kebahagiaan orang yang haus terhadap minuman, dan diantara mereka ada yang
berkhayal telah membai’at khalifah majhul ini! Bagaimana mungkin diharapkan
kebaikan dari orang-orang yang tersesat dengan ajaran takfir (pengkafiran
terhadap kaum muslimin) dan pembunuhan dengan cara yang paling kejam dan
sadis…?!
Wajib atas para pemuda
tersebut untuk melepaskan diri dari ikut-ikutan di belakang para provokator,
dan hendaklah dalam setiap tindakan mereka kembali kepada dalil yang datang
dari Allah ‘azza wa jalla dan dari Rasul-Nya shallallahu’alaihi wa sallam,
karena padanya ada keterjagaan, keselamatan dan kesuksesan di dunia dan akhirat.
Dan hendaklah mereka kembali merujuk kepada para ulama yang menasihati mereka
dan menasihati kaum muslimin.
Diantara contoh
keselamatan dari pemikiran sesat karena merujuk kepada ulama, adalah sebuah
hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dalam Shahih beliau (no. 191) dari Yazid
Al-Faqir, ia berkata,
كُنْتُ قَدْ
شَغَفَنِى رَأْىٌ مِنْ رَأْىِ الْخَوَارِجِ فَخَرَجْنَا فِى عِصَابَةٍ ذَوِى
عَدَدٍ نُرِيدُ أَنْ نَحُجَّ ثُمَّ نَخْرُجَ عَلَى النَّاسِ – قَالَ – فَمَرَرْنَا
عَلَى الْمَدِينَةِ فَإِذَا جَابِرُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ يُحَدِّثُ الْقَوْمَ –
جَالِسٌ إِلَى سَارِيَةٍ – عَنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ
فَإِذَا هُوَ قَدْ ذَكَرَ الْجَهَنَّمِيِّينَ – قَالَ – فَقُلْتُ لَهُ يَا صَاحِبَ
رَسُولِ اللَّهِ مَا هَذَا الَّذِى تُحَدِّثُونَ وَاللَّهُ يَقُولُ (إِنَّكَ مَنْ
تُدْخِلِ النَّارَ فَقَدْ أَخْزَيْتَهُ) وَ (كُلَّمَا أَرَادُوا أَنْ يَخْرُجُوا
مِنْهَا أُعِيدُوا فِيهَا) فَمَا هَذَا الَّذِى تَقُولُونَ قَالَ فَقَالَ
أَتَقْرَأُ الْقُرْآنَ قُلْتُ نَعَمْ. قَالَ فَهَلْ سَمِعْتَ بِمَقَامِ مُحَمَّدٍ
– عَلَيْهِ السَّلاَمُ – يَعْنِى الَّذِى يَبْعَثُهُ اللَّهُ فِيهِ قُلْتُ نَعَمْ.
قَالَ فَإِنَّهُ مَقَامُ مُحَمَّدٍ -صلى الله عليه وسلم- الْمَحْمُودُ الَّذِى
يُخْرِجُ اللَّهُ بِهِ مَنْ يُخْرِجُ. – قَالَ – ثُمَّ نَعَتَ وَضْعَ الصِّرَاطِ
وَمَرَّ النَّاسِ عَلَيْهِ – قَالَ – وَأَخَافُ أَنْ لاَ أَكُونَ أَحْفَظُ ذَاكَ –
قَالَ – غَيْرَ أَنَّهُ قَدْ زَعَمَ أَنَّ قَوْمًا يَخْرُجُونَ مِنَ النَّارِ
بَعْدَ أَنْ يَكُونُوا فِيهَا – قَالَ – يَعْنِى فَيَخْرُجُونَ كَأَنَّهُمْ
عِيدَانُ السَّمَاسِمِ. قَالَ فَيَدْخُلُونَ نَهْرًا مِنْ أَنْهَارِ الْجَنَّةِ
فَيَغْتَسِلُونَ فِيهِ فَيَخْرُجُونَ كَأَنَّهُمُ الْقَرَاطِيسُ. فَرَجَعْنَا
قُلْنَا وَيْحَكُمْ أَتُرَوْنَ الشَّيْخَ يَكْذِبُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى
الله عليه وسلم- فَرَجَعْنَا فَلاَ وَاللَّهِ مَا خَرَجَ مِنَّا غَيْرُ رَجُلٍ
وَاحِدٍ أَوْ كَمَا قَالَ أَبُو نُعَيْمٍ
“Aku pernah terpengaruh
oleh satu pemikiran Khawarij, maka kami beberapa orang pergi untuk berhaji,
kemudian kami ingin memberontak, kami pun melewati kota Madinah, ternyata ada
sahabat Jabir bin Abdullah radhiyallahu’anhuma sedang duduk di sebuah sudut,
beliau sedang menyampaikan hadits dari Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam,
ketika itu beliau telah menyebutkan tentang al-jahannamiun (orang-orang yang
dibebaskan dari neraka setelah diazab, lalu dimasukkan ke surga). Maka aku berkata
kepadanya: Wahai sahabat Rasulullah, mengapa engkau menyampaikan ini padahal
Allah telah berfirman,
إِنَّكَ مَنْ
تُدْخِلِ النَّارَ فَقَدْ أَخْزَيْتَهُ
“Sesungguhnya barang
siapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh telah Engkau hinakan
ia.” (Ali Imron: 192)
Dan firman Allah ta’ala,
كُلَّمَا
أَرَادُوا أَنْ يَخْرُجُوا مِنْهَا أُعِيدُوا فِيهَا
“Setiap kali mereka
hendak ke luar dari neraka, mereka dikembalikan (lagi) ke dalamnya.”
(As-Sajadah: 20)
Maka apa yang bisa engkau
katakan?
Beliau berkata: Apakah
kamu membaca Al-Qur’an?
Aku berkata: Ya.
Beliau berkata: Apakah
kamu pernah mendengar ayat tentang kedudukan (syafa’at) Nabi Muhammad
shallallahu’alaihi wa sallam yang akan Allah bangkitkan beliau dalam kedudukan
ini?
Aku berkata: Ya.
Beliau berkata:
Sesungguhnya itu kedudukan (syafa’at) Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wa
sallam yang terpuji, yang dengan itu Allah mengeluarkan sebagian orang dari
neraka.
Kemudian beliau
menyebutkan tentang peletakan jembatan (shiroth) dan lewatnya manusia di
atasnya –aku khawatir menyampaikannya karena aku tidak menghapalnya dengan
baik, yang pasti beliau menyebutkan tentang satu kaum yang keluar dari neraka
setelah mereka diazab di dalamnya, mereka keluar dalam bentuk seperti biji
wijen yang terbakar sinar matahari- Beliau berkata: Mereka lalu masuk ke salah
satu sungai di surga, mereka mandi padanya, lalu mereka keluar dalam bentuk
seperti kertas-kertas putih.
Kami pun kembali, lalu
kami berkata kepada rombongan kami, celaka kalian apakah kalian menganggap Asy-Syaikh
(Jabir bin Abdullah) berdusta atas nama Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam
(beliau tidak mungkin berdusta)?! Maka kami pun kembali, demi Allah (setelah
itu) tidak ada seorang pun dari kami yang keluar (mengikuti Khawarij) kecuali
satu orang –atau seperti yang dikatakan oleh Abu Nu’aim-.” [HR. Muslim]
Abu Nu’aim adalah
Al-Fadhl bin Dukain, beliau adalah salah seorang perawi hadits ini. Dan hadits
ini menunjukkan bahwa kelompok ini telah tertipu dengan pemikiran Khawarij
dalam mengkafirkan pelaku dosa besar dan meyakini kekalnya di neraka, dan
dengan pertemuan bersama sahabat Jabir radhiyallahu’anhu dan penjelasan beliau,
maka mereka kemudian mengikuti bimbingan beliau, meninggalkan kebatilan yang
mereka pahami dan tidak jadi memberontak yang sudah mereka rencanakan akan
dilakukan setelah melaksanakan haji, maka ini adalah faidah terbesar yang akan
didapatkan oleh seorang muslim apabila ia merujuk kepada ulama.
Dan yang menunjukkan
bahaya ghuluw (berlebih-lebihan) dalam agama dan menyimpang dari kebenaran
serta menyelisihi pendapat Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah sabda Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam, dari hadits Hudzaifah radhiyallahu’anhu,
إنَّ أخوفَ ما
أخاف عليكم رجل قرأ القرآن، حتى إذا رُئيت بهجته عليه وكان ردءاً للإسلام، انسلخ
منه ونبذه وراء ظهره، وسعى على جاره بالسيف ورماه بالشرك، قلت: يا نبيَّ الله!
أيُّهما أولى بالشرك: الرامي أو المرمي؟ قال: بل الرامي
“Sesungguhnya yang aku
takuti menimpa kalian, adanya orang yang membaca Al-Qur’an, sampai apabila
telah terlihat sinarnya dalam dirinya dan menjadi benteng bagi Islam, maka ia
pun berlepas diri darinya dan membuangnya di belakang punggungnya, lalu ia
memerangi tetangganya dengan pedang dan ia menuduh tetangganya itu telah
melakukan syirik. Aku (Hudzaifah) berkata: Wahai Nabi Allah, siapakah yang
lebih pantas dihukumi syirik, apakah yang menuduh atau yang tertuduh? Beliau
bersabda: Bahkan yang menuduh.” [Diriwayatkan Al-Bukhari dalam At-Tarikh, Abu
Ya’la, Ibnu Hibban dan Al-Bazzar, lihat Ash-Shahihah karya Al-Albani no. 3201]
Anak muda, umumnya buruk
pemahaman, yang menunjukkan hal itu adalah sebuah hadits yang diriwayatkan Imam
Al-Bukhari dalam Shahih beliau (no. 4495) dengan sanadnya kepada Hisyam bin
‘Urwah dari bapaknya, bahwa beliau berkata,
قلت لعائشة زوج
النَّبيِّ صلى الله عليه وسلم وأنا يومئذ حديث السنِّ: أرأيتِ قول الله تبارك
وتعالى: إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِن شَعَآئِرِ اللَّهِ فَمَنْ حَجَّ
الْبَيْتَ أَوِ اعْتَمَرَ فَلاَ جُنَاحَ عَلَيْهِ أَن يَطَّوَّفَ بِهِمَا، فما أرى
على أحد شيئاً أن لا يطوَّف بهما، فقالت عائشة: كلاَّ! لو كانت كما تقول كانت: فلا
جناح عليه أن لا يطوَّف بهما، إنَّما أنزلت هذه الآية في الأنصار، كانوا يُهلُّون
لِمناة، وكانت مناة حذو قديد، وكانوا يتحرَّجون أن يطوَّفوا بين الصفا والمروة،
فلمَّا جاء الإسلام سألوا رسول الله صلى الله عليه وسلم عن ذلك، فأنزل الله إِنَّ
الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِن شَعَآئِرِ اللَّهِ فَمَنْ حَجَّ الْبَيْتَ أَوِ
اعْتَمَرَ فَلاَ جُنَاحَ عَلَيْهِ أَن يَطَّوَّفَ بِهِمَا
“Aku berkata kepada
Aisyah istri Nabi shallallahu’alaihi wa sallam dan aku ketika itu masih berumur
muda: Apa pendapatmu tentang firman Allah ta’ala, “Sesungguhnya Shafa dan
Marwah adalah termasuk syi’ar-syi’ar Allah, maka barangsiapa yang melakukan
haji ke kakbah atau umroh, maka tidak ada dosa baginya untuk thawaf (sa’i) pada
keduanya.” Maka aku berpendapat bahwa tidak ada dosa atas seorang pun yang
tidak melakukan sa’i antara Shofa dan Marwah?
Aisyah berkata: Tidak,
andaikan seperti yang engkau katakan maka ayatnya akan berbunyi, “Maka tidak
ada dosa baginya untuk ‘tidak’ thawaf (sa’i) pada keduanya”. Hanyalah ayat ini
turun ada sebabnya, yaitu tentang kaum Anshor, dulu mereka berihram untuk
Manat, dan Manat terletak di Qudaid, dahulu mereka merasa berdosa untuk
melakukan sa’i antara Shafa dan Marwah, maka ketika datang Islam, mereka
bertanya kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam tentang itu, lalu Allah
menurunkan (firman-Nya), “Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah termasuk
syi’ar-syi’ar Allah, maka barangsiapa yang melakukan haji ke kakbah atau umroh,
maka tidak ada dosa baginya untuk thawaf (sa’i) pada keduanya”.” [HR.
Al-Bukhari]
Khawarij Menghapal
Al-Qur’an Namun Tidak Memahaminya Seperti Pemahaman Salaf
Padahal ‘Urwah bin
Az-Zubair termasuk sebaik-baik tabi’in, salah seorang dari 7 Fuqoha Madinah di
masa tabi’in, beliau telah menyiapkan ‘udzurnya pada kesalahan beliau dalam
memahami, yaitu keadaan beliau yang masih berumur muda ketika bertanya kepada
Aisyah, maka jelaslah anak muda umumnya jelek pemahaman, dan bahwa kembali
kepada ulama adalah kebaikan dan keselamatan.
Dan dalam Shahih
Al-Bukhari (no. 7152) dari Jundab bin Abdullah radhiyallahu’anhu, ia berkata,
إنَّ أوَّل ما
ينتن من الإنسان بطنُه، فمَن استطاع أن لا يأكل إلاَّ طيِّباً فليفعل، ومَن استطاع
أن لا يُحال بينه وبين الجنَّة بملء كفٍّ من دم هراقه فليفعل
“Sesungguhnya bagian
tubuh manusia yang pertama kali membusuk adalah perutnya, maka siapa yang mampu
untuk tidak makan kecuali yang baik hendaklah ia lakukan, siapa yang mampu
untuk tidak dihalangi antara dirinya dan surga dengan sepenuh genggaman darah
yang ia tumpahkan hendaklah ia lakukan.” [HR. Al-Bukhari]
Al-Hafizh berkata dalam
Al-Fath (13/130),
ووقع مرفوعاً عند
الطبراني أيضاً من طريق إسماعيل بن مسلم، عن الحسن، عن جندب، ولفظه: (تعلمون أنِّي
سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: لا يحولنَّ بين أحدكم وبين الجنَّة وهو
يراها ملءُ كفِّ دم من مسلم أهراقه بغير حلِّه)، وهذا لو لم يرِد مصرَّحاً برفعه
لكان في حكم المرفوع؛ لأنَّه لا يُقال بالرأي، وهو وعيد شديد لقتل المسلم بغير
حقٍّ
“Hadits ini secara marfu’
terdapat dalam riwayat Ath-Thabrani juga dari jalan Ismail bin Muslim, dari
Al-Hasan, dari Jundab dengan lafaz: Kalian mengetahui bahwa aku pernah
mendengar Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
تعلمون أنِّي
سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: لا يحولنَّ بين أحدكم وبين الجنَّة وهو
يراها ملءُ كفِّ دم من مسلم أهراقه بغير حلِّه
“Janganlah terhalangi antara
seorang dari kalian dan surga dengan sepenuh genggaman darah seorang muslim
yang ia tumpahkan tanpa alasan yang benar, padahal ia sudah melihat surga.”
Lafaz ini tidak secara
tegas sampai kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam (marfu’) akan tetapi
ia dihukumi marfu’ karena tidak mungkin dikatakan berdasarkan pendapat (mesti
berdasarkan wahyu), sebab di dalamnya ada ancaman yang keras terhadap dosa
membunuh seorang muslim tanpa alasan yang benar (ini tidak mungkin dari
pendapat Jundab, mestilah beliau pernah mendengarkan dari Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam).”
Dan hadits-hadits serta
atsar-atsar ini sebagiannya telah aku sebutkan dalam risalah,
بأي عقل ودين
يكون التفجير والتدمير جهادا؟! ويحكم أفيقوا يا شباب
“Dengan akal dan agama
apakah hingga pengeboman dan penghancuran dianggap jihad?! Kasihan kalian,
sadarlah wahai para pemuda”
Dalam risalah ini
terdapat beberapa ayat, hadits dan atsar yang banyak tentang haramnya bunuh
diri dan membunuh orang lain tanpa hak. Risalah ini telah dicetak secara
terpisah pada tahun 1424 H, dan dicetak pada tahun 1428 H bersama risalah lain
yang berjudul,
بذل النصح
والتذكير لبقايا المفتونين بالتكفير والتفجير
“Mengerahkan nasihat dan
peringatan untuk sisa-sisa orang yang tertipu dengan pengkafiran dan pengeboman”
termasuk dalam kumpulan kitab-kitab dan risalah-risalahku juz ke 6 hal.
225-279.
Dan untuk para pemuda
yang telah ikut-ikutan di belakang penyeru kelompok (ISIS) ini, hendaklah
mereka mengoreksi diri, kembali kepada kebenaran dan jangan berfikir untuk
bergabung dengan mereka, yang akan menyebabkan kalian keluar dari kehidupan
dengan bom bunuh diri yang mereka pakaikan atau disembelih dengan pisau-pisau
yang telah menjadi ciri khas kelompok ini, dan (kepada para pemuda Arab Saudi)
hendaklah mereka tetap konsisten dalam mendengar dan taat kepada pemerintah
Arab Saudi yang mereka hidup di bawah kekuasaannya, demikian pula bapak-bapak
dan kakek-kakek mereka hidup di negeri ini dalam keadaan aman dan damai. Negeri
ini, dengan kebenaran (aku berkata) adalah sebaik-baiknya negeri di dunia ini,
meskipun masih terdapat banyak kekurangan, diantara sebab kekurangan tersebut
adalah bencana para pengikut Barat di negeri ini yang latah terhadap Barat,
ikut-ikutan dalam perkara yang bermudarat.
Aku memohon kepada Allah
‘azza wa jalla agar memperbaiki kondisi kaum muslimin di setiap tempat, memberi
hidayah kepada para pemuda kaum muslimin baik laki-laki maupun wanita kepada
setiap kebaikan, menjaga negeri Al-Haramain baik pemerintah maupun masyarakat
dari setiap kejelekan, memberi taufiq kepada setiap kebaikan dan melindungi
dari kejelekan orang-orang yang jelek dan makar orang-orang yang buruk,
sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan.
وصلى الله وسلم على نبينا محمد وعلى آله وصحبه
FansPage Website: Sofyan Chalid bin Idham Ruray
[www.fb.com/sofyanruray.info]
[1] Pemerintah Syi’ah
Suriah saat ini beraqidah kufur dan syirik, membantai rakyatnya sendiri, Ahlus
Sunnah Suriah (Pen).
0 komentar:
Posting Komentar