AMBILLAH AQIDAHMU DARI AL QUR'AN DAN AS-SUNNAH
Oleh: Syaikh Muhammad Bin Jamil Zainu
Oleh: Syaikh Muhammad Bin Jamil Zainu
Muqoddimah
بسم ا لله الر حمن ا لر حيم
Segala puji hanya bagi
Allah ‘azza wa jalla tempat memuji, minta pertolongan dan mohon ampun. Kita
berlindung dari kejahatan hawa nafsu dan kejelekan perbuatan kita. Barangsiapa
yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yang bisa menyesatkannya dan
barangsiapa yang disesatkan oleh Allah, maka tidak ada yang bisa memberinya
petunjuk.
Saya bersaksi bahwa tidak
ada Ilah yang haq selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Saya bersaksi
bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.
Tulisan yang ada di
tangan pembaca ini saya susun dalam bentuk tanya jawab yang didasari dengan
dalil dari Al-Qur’an dan Al-Hadits dengan harapan akan memantapkan pembaca
dalam memperoleh jawaban yang benar dalam ‘aqidah, sebab ‘Aqidah Tauhid
merupakan dasar kebahagiaan menusia di dunia maupun di akhirat.
Saya memohon kepada Allah
agar risalah ini bermanfaat kaum muslimin menjadikannya amalan yang ikhlas
karena Allah. Muhammad bin Jamil Zainu
(1). Hak Allah Atas Hambanya
Soal 1: Mengapa dan untuk
apa Allah menciptakan kita?
Jawab 1: Allah
menciptakan kita agar kita beribadah kepada-Nya dan tidak mempersekutukan
sesuatu pun dengan-Nya. Berdasarkan firman Allah:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ
إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Tidaklah Aku ciptakan
jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.” (Adz-Dzariyat: 56)
Dan sabda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam:
حق الله على العباد أن ي عبدوه ولا
يشركوا به شيئا
“Hak Allah atas hamba-Nya
adalah supaya hamba itu beribadah kepada-Nya dan tidak mempersekutukan sesuatu
pun dengan-Nya.” (Hadits shohih riwayat Bukhari dan Muslim).
Soal 2: Apakah ibadah
itu?
Jawab 2: Ibadah adalah
kata atau istilah yang meliputi semua perkara yang dicintai oleh Allah, baik
perkataan maupun perbuatan (lahir dan batin), seperti berdo’a, shalat,
menyembelih hewan (kurban) dan sebagainya. Allah berfirman:
قُلْ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي
وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
“Katakanlah:
“Sesungguhnya shalatku, kurbanku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah Pencipta
alam semesta ini.” (Al-An’am: 162)
Dan sabda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam:
و ما تقرب إلي عبدي بشيء أحب إلي
مما افتر ضته عليه
“Tidaklah mendekatkan
diri hamba-Ku kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai daripada apa yang
telah Aku wajibkan kepada-Nya.” (Hadits Qudsi riwayat Bukhari)
Soal 3: Bagaimana kita
beribadah kepada Allah ?
Jawab 3: Beribadah kepada
Allah adalah sebagaimana yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya shallallahu
‘alaihi wa sallam:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَلَا تُبْطِلُوا أَعْمَالَكُمْ
“Hai orang-orang yang
beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam
dan janganlah kalian rusak amalan kalian!” (Muhammad: 33)
Dan sabda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam:
من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد
“Barangsiapa yang beramal
tanpa ada perintah dari kami, maka tertolak.” (Hadits shohih riwayat Muslim).
Soal 4: Haruskah kita
beribadah kepada Allah dengan rasa takut dan harap?
Jawab 4: Ya, demikianlah
kita beribadah kepada-Nya sebagaimana Allah mensifati orang-orang mukmin:
تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ
الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفاً وَطَمَعاً
“Mereka berdo’a kepada
Allah dengan rasa takut dan harap.” (As-Sajdah: 16)
Dan sabda Rasulullah:
أسأل الله الجنة و أعوذ به من النار
“Aku memohon surga kepada
Allah dan aku berlindung kepada-Nya dari neraka.” (Hadits shohih riwayat Abu
Dawud).
Soal 5: Apa yang dimaksud
ihsan dalam beribadah?
Jawab 5: Al-Ihsan adalah
meyakini bahwa dirinya senantiasa diawasi oleh Allah dalam beribadah. Allah
berfirman:
الَّذِي يَرَاكَ حِينَ تَقُومُ
وَتَقَلُّبَكَ فِي السَّاجِدِين
“Dialah yang melihatmu
ketika kami berdiri (untuk sholat) dan (melihat pula) perubahan gerak-gerik
badanmu diantara orang-orang yang sujud.” (Asy-Syu’ara: 218-219)
Dan sabda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam:
ألإحسان أن تعبد الله مأنك تراه فان
لم تكن تراه فانه يراك
“Ihsan itu adalah kamu
beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihat-Nya. Dan jika kamu tidak bisa
melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu.” (Hadits shohih riwayat Muslim)
(2). Macam-Macam Tauhid dan
Faedahnya
Soal 1: Apa maksud Allah
mengutus para Rasul?
Jawab 1: Allah mengutus
para Rasul supaya mereka berda’wah mengajak manusia untuk beribadah kepada
Allah dan menjauhi syirik, sebagaimana firman Allah:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ
أُمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُواْ اللّهَ وَاجْتَنِبُواْ الطَّاغُوتَ
“Dan sungguh telah kami
utus kepada setiap umat itu seorang rasul (agar menyeru kepada umat-nya):
Beribadahlah kalian kepada Allah dan jauhilah thaghut.” (An-Nahl: 36)
Dan sabda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam:
ألأنبياء إخوة …… ودينهم واحد {حديث
صحيح متفق عليه
“Para Nabi itu bersaudara
dan dien mereka satu.” (Hadits shohih riwayat Bukhori)
Soal 2: Apa yang dimaksud
dengan Tauhid Rububiyah?
Jawab 2: Tauhid Rububiyah
adalah mentauhidkan Allah dalam seluruh perbuatan-Nya seperti menciptakan,
memelihara dan sebagainya. Allah berfirman:
الْحَمْدُ للّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
“Segala puji bagi Allah
Rabb semesta alam.” (Al-Fatihah: 2)
Dan sabda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam:
أنت رب اسموات ولأرض
“Engkaulah Rabb langit
dan bumi.” (Hadits shohih riwayat Bukhari dan Muslim)
Soal 3: Apa yang dimaksud
Tauhid Uluhiyah?
Jawab 3: Tauhid Uluhiyah
adalah mentauhidkan Allah dalam beribadah seperti berdo’a, menyembelih kurban,
bernadzar dan sebagainya. Allah berfirman:
وَإِلَـهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ لاَّ
إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ
“Dan Ilahmu itu adalah
ilah yang satu, tidak ada Ilah yang berhak disembah kecuali Dia yang
Maha Pengasih dan Penyayang.” (Al-Baqarah: 163)
Dan sabda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam:
فليكن أول ماتدعوهم إليه شهادة أن
لاإله إلا الله
“Maka hendaklah yang
pertama kamu serukan kepada mereka adalah persaksian bahwa tidak ada ilah yang
berhak disembah kecuali Allah.” (Hadits shohih riwayat Bukhari dan Muslim)
Dan dalam riwayat
Bukhari:
إلي أن يواحدوا الله
“Sampai mereka
mentauhidkan Allah.”
Soal 4: Apa yang dimaksud
dengan Tauhid Asma’ wa Shifatillah?
Jawab 4: Tauhid Asma’ dan
Sifat adalah menetapkan semua sifat yang Allah tetapkan bagi diri-Nya dalam
kitab-Nya atau sebagaimana Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam mensifati-Nya
dalam hadits shohihsesuai dengan hakekatnya tanpa ta’wil, tafwidh,
tamtsil, dan tanpa ta’thil (*), seperti istiwa’, turun (ke langit dunia),
dan lain-lain yang menuju pada kesempurnaan-Nya. Allah berfirman:
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ
السَّمِيعُ البَصِيرُ
“Tidak ada sesuatu pun
yang menyerupai Dia, sedang Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Asy-Syura:
11)
Dan sabda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam:
ينزل الله في كل ليلة في سماء
الدنيا
“Allah turun ke langit
dunia pada setiap malam.” (Hadits shohih riwayat Muslim)
Maksudnya, turunnya Allah
itu sesuai dengan kemuliaan-Nya, tidak menyerupai turunnya salah satu dari
makhluk-Nya.
(*)
1. Ta’wil di
sini yang dimaksud sesungguhnya adalah tahriif. Ahlul bid’ah sengaja menyebut
diri mereka ahli ta’wil untuk melariskan kebid’ahan mereka. Padahal pada
hakekatnya semua itu adalah tahriif. Arti tahriif adalah merubah lafazh (teks)
dan makna (pengertian) nama-nama atau sifat-sifat Allah, seperti pernyataan
golongan Jahmiyah (pengikut Jahm bin Sofwan) mengenai Istawa yang mereka ubah
menjadi Istawla (menguasai), dan sebagian ahli bid’ah lain yang menyatakan arti
al-ghadhab (marah) bagi Allah adalah kehendak untuk menyiksa, dan makna
ar-rahmah adalah kehendak memberi nikmat. Semua ini adalah tahriif. Yang
pertama tahriif lafzhi (tekstual) dan yang berikutnya adalah tahriif secara
makna.
2. Tafwidh artinya
menyandarkan makna atau interpretasi dari kalimat-kalimat yang menunjukkan nama
dan sifat Allah Ta’ala kepada Allah. Misalnya, kalimat يذ الله (tangan Allah), yang
mengetahui maknanya adalah Allah. Pernyataan ini adalah ucapan ahlul bid’ah
yang paling buruk. Tidak ada satupun salafus shaleh yang berbuat demikian.
Bahkan seperti yang ditegaskan oleh Imam Malik ketika ditanya, bagaimana
istiwa’ itu? Beliau menjawab, istiwa’ sudah kita ketahui maknanya, al-kaifu
(bagaimana hakekatnya) tidak dikenal, beriman bahwa Allah istiwa’ (bersemayam)
di atas ‘Arsy hukumnya wajib. Mempertanyakan bagaimana (hakekat bentuknya)
adalah bid’ah.
3. Tamtsil artinya
menyerupakan atau menyamakan. Maksudnya menetapkan adanya sifat-sifat Allah dan
menyatakan sifa-sifat itu sama dengan sifat makhluk-Nya. Sedangkan prinsip
Ahlus Sunnah dalam menyatakan bahwa Zat Allah tidak sama seperti zat kita atau
mirip zat kita dan seterusnya. Begitupula dengan sifat-Nya. Ahlus Sunnah tidak
mengatakan bahwa sifat Allah seperti sifat yang ada pada kita. Kita tidak akan
mengatakan tangan-Nya seperti tangan kita, kaki-Nya seperti kaki kita dan
seterusnya. Namun wajib atas setiap mu’min untuk tetap berpedoman dengan firman
Allah:
ليس كمثله شي ء
“Tidak ada satupun yang
serupa dengan-Nya.” (Asy-Syura: 11)
هل تعلم له سميا
“Adakah kamu tahu ada
yang sama dengan-Nya?” (Maryam: 65)
Adapun maksud kedua ayat
ini adalah bahwasanya tidak ada satupun yang menyerupai dan menyamai-Nya.
4. Ta’thil artinya
meniadakan dan menghapus atau mengingkari semua sifat dari Allah. Jahmiyah dan
orang-orang yang mengikutinya melakukan hal ini. Karena itulah mereka dinamakan
juga Mu’aththilah (pelaku ta’thil). Pendapat mereka ini sangat jelas
kebaitlannya. Tidak mungkin di dunia ini ada satu zat yang tidak mempunyai
sifat. Al-Qur’an dan As-Sunnah menyebutkan adanya sifat-sifat Allah itu dan
sesuai dengan keagungan dan kemuliaan-Nya.
5. Kami tambahkan di sini
satu prinsip lagi yang belum disebutkan Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu yaitu
At-Takyiif yang artinya mempertanyakan ‘bagaimana bentuk hakekat’ sifat Allah
yang sesungguhnya. Maka diantara prinsip Ahlus Sunnah dalam masalah sifat ini
adalah tidak mempertanyakan: Bagaimana istawa’ Allah, bagaimana tangan-Nya,
bagaimana wajah-Nya? Dan seterusnya. Karena membicarakan sifat itu sama halnya
dengan membicarakan zat. Sehingga, sebagaimana Allah mempunyai Zat yang tidak
kita ketahui hakekat bentuknya, maka demikian pula sifat-sifat-Nya, kita tidak
mengetahui bagaimana hakekat dan bentuk atau wujud sifat itu sesungguhnya. Dan
juga karena tidak ada yang mengetahui hal itu kecuali Allah, maka semua itu
harus diiringi pula dengan keimanan kita terhadap hakekat maknanya. (Maksudnya,
arti kata dari sifat itu kita ketahui tapi hakekat bentuk atau wujudnya seperti
apa kita tidak tahu, wallahu a’lam -ed).
Soal 5: Dimana Allah?
Jawab 5: Allah itu tinggi
di atas ‘Arsy di atas langit. Firman Allah:
الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ
اسْتَوَى
“Ar-Rahman (yang Maha
Pengasih) yang tinggi di atas ‘Arsy.” (Thaaha: 5)
Dan sabda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam:
إن الله كتبا …… فهو عنده فوق العرش
“Sesungguhnya Allah telah
menuliskan takdir, dan kitab catatan takdir itu ada di sisi-Nya di atas ‘Arsy.”
(Hadits shohih riwayat Bukhari dan Muslim)
Soal 6: Apakah Allah
bersama kita?
Jawab 6: (Ya). Allah
bersama kita dengan pendengaran-Nya, penglihatan-Nya dan ilmu-Nya (**),
seperti firman Allah:
قَالَ لَا تَخَافَا إِنَّنِي
مَعَكُمَا أَسْمَعُ وَأَرَى
“Janganlah kamu berdua
takut, karena sesungguhnya Aku bersama kamu berdua (Musa dan Harun) sedangkan
aku mendengar dan melihat.” (Thaha: 46)
Dan sabda Rasulullah:
إنكم تدعون سميعا قريبا وهو معكم
)أي بعلمه(
“Sesungguhnya kalian
berdo’a kepada yang Maha Mendengar lagi Maha Dekat, dan Dia senantiasa bersama
kalian (yakni, dengan ilmu-Nya).” (Hadits riwayat Muslim)
(**) Maksudnya
di sini, Allah mendengar semua pembicaraan (rahasia maupun terang-terangan),
melihat dan mengetahui semua tindak tanduk hamba-hamba-Nya, wallahu a’lam.
Soal 7: Apa faedah
tauhid?
Jawab 7: Faedah tauhid
adalah untuk memperoleh keamanan dan keselamatan dari siksa di akhirat,
mendapatkan hidayah (petunjuk) Allah di dunia dan menutup atau menghapus
dosa-dosa. Firman Allah:
الَّذِينَ آمَنُواْ وَلَمْ
يَلْبِسُواْ إِيمَانَهُم بِظُلْمٍ أُوْلَـئِكَ لَهُمُ الأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ
“Orang-orang yang beriman
dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah
orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Al-An’am: 82)
“Kezaliman” yang dimaksud
dalam ayat ini adalah kesyirikan. Sebagaimana
disebutkan dalam shahih dari Ibnu Mas’ud ketika dibacakan ayat ini, mereka
mengadu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, siapa dari mereka yang
selamat dari kezhaliman? Tapi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan:
ليس كما تقولون ، ألم تسمعوا قول
لقمان
Dan sabda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam:
حق العباد على الله أن لا يعذب من
لا يشرك به شيأ
“Hak hamba atas Allah
adalah bahwa Allah tidak akan mengadzab orang yang tidak berbuat syirik
sedikitpun kepada-Nya.” (Hadits shohih riwayat Bukhari dan Muslim)
(3). Syarat-Syarat
Diterimanya Amal
Soal 1: Apa syarat-syarat
diterimanya amal?
Jawab 1: Syarat
diterimanya suatu amal di sisi Allah ada tiga, yaitu:
- 1. Beriman kepada Allah dan
mentauhidkan-Nya. Firman Allah:
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ كَانَتْ لَهُمْ جَنَّاتُ الْفِرْدَوْسِ نُزُلاً
“Sesungguhnya orang-orang
yang beriman dan beramal saleh bagi mereka surga Firdaus menjadi tempat
tinggalnya.” (Al-Kahfi: 107)
Dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
قل آمنت بالله ثم استقم
“Katakanlah aku beriman
kepada Allah kemudian tetaplah istiqomah (teguh di atas al-haq).” (Hadits
riwayat Muslim)
- 2. Ikhlas, yaitu beramal karena
Allah bukan karena ingin dilihat atau didengar orang lain. Allah
berfirman:
إِنَّا أَنزَلْنَا إِلَيْكَ
الْكِتَابَ بِالْحَقِّ فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصاً لَّهُ الدِّينَ
“Beribadahlah kepada
Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.” (Az-Zumar: 2)
- 3. Sesuai dengan apa yang
diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah berfirman:
وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ
فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا
“Dan apa yang diberikan
Rasul kepadamu maka terimalah dia dan apa yang dilarangnya bagimu, maka
tinggalkanlah.” (Al-Hasyr: 7)
Dan sabda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam:
من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد
“Barangsiapa yang beramal
tanpa ada perintah dari kami, maka tertolak.” (Hadits shohih riwayat Muslim)
(4). Syirik Akbar
Soal 1:Apa dosa yang
paling besar di sisi Allah?
Jawab 1: Dosa yang paling
besar adalah syirik kepada Allah. Dalilnya adalah firman Allah:
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ
وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ
عَظِيمٌ
“Dan ketika Luqman
berkata kepada anaknya, wahai anakku janganlah kamu mempersekutukan (syirik)
kepada Allah dan sesungguhnya syirik itu merupakan kezaliman yang paling
besar.” (Luqman: 13)
Dan sabda Rasulullah
shalallahu'alaihi wasallam ketika beliau ditanya:
أي الذنب أعظم? قال أن تجعل لله ندا
وهو خلقكز
“Dosa apa yang palng
besar? Beliau berkata: (Yaitu) kamu mengadakan tandingan bagi Allah padahal
Dialah yang telah menciptakanmu.” (Hadits shohih riwayat Bukhari dan Muslim)
Kata نِدًّا (tandingan) pada
hadits tersebut bermakna “sekutu”.
Soal 2: Apakah syirik
akbar itu?
Jawab 2: Syirik Akbar
(besar) adalah beribadah kepada selain Allah, seperti berdo’a kepada selain
Allah, meminta berkah (keberuntungan, syafa’at, perlindungan dan lain-lain)
kepada orang yang mati atau masih hidup tapi tidak berada di tempat orang yang
meminta (tidak ada di dekatnya). Firman Allah:
وَاعْبُدُواْ اللّهَ وَلاَ
تُشْرِكُواْ بِهِ شَيْئاً
“Beribadahlah kepada
Allah dan jangan kamu sekutukan Dia dengan sesuatu apapun.” (An-Nisa’: 36)
Dan sabda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam:
من أكبر الكبائر الشرك بالله
“Diantara dosa-dosa besar
yang paling besar adalah berbuat syirik kepada Allah.” (Hadits riwayat Bukhari)
Soal 3: Apakah syirik itu
bercokol pada umat sekarang ini?
Jawab 3: Benar, dalilnya
adalah firman Allah:
وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللّهِ
إِلاَّ وَهُم مُّشْرِكُونَ
“Dan kebanyakan dari
mereka tidak beriman kepada Allah, kecuali mereka dalam keadaan berbuat
syirik.” (Yusuf: 106)
Dan sabda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam:
لا تقوم الساعة حتى تلحق قبائل من
أمتي بالمشركين، و حتى تعبد الأوثان
“Tidak akan terjadi hari
kiamat, sehingga segolongan besar dari umatku bergabung dengan orang-orang
musyrik dan ikut menyembah berhala.” (Hadits shohih riwayat Tirmidzi)
Soal 4: Apa hukum berdo’a
kepada orang yang mati atau ghaib?
Jawab 4: Berdo’a kepada
orang yang mati atau ghaib itu termasuk syirik akbar, sebagaimana
firman Allah:
وَلاَ تَدْعُ مِن دُونِ اللّهِ مَا
لاَ يَنفَعُكَ وَلاَ يَضُرُّكَ فَإِن فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذاً مِّنَ
الظَّالِمِينَ
“Dan janganlah kamu
berdo’a kepada selain Allah sesuatu yang tidak memberimu manfaat dan memberimu
madharat; sebab jika kamu melakukan (yang demikian) itu, maka sesungguhnya kamu
termasuk orang-orang yang zalim.” (Yunus: 106)
Yang dimaksud الظَّالِمِينَ (orang-orang yang
zhalim) dalam ayat tersebut adalah orang-orang yang musyrik.
Dan sabda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam:
من مات وهو يدعو من دون الله ندا
دخل النار
“Barangsiapa yang mati
sedang dia menyeru atau berdo’a kepada tandingan selain Allah, pasti
dia masuk neraka.” (hadits shohih riwayat Bukhari)
Soal 5: Apakah do’a itu
ibadah?
Jawab 5: Ya, do’a itu
ibadah, sebagaimana firman Allah:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي
أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ
جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
“Berdo’alah kepada-Ku akan
kupenuhi permintaanmu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari
menyembah-Ku akan masuk neraka jahannam dalam keadaan hina dina.” (Ghafir: 60)
Dan sabda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam:
الدعاء هو العبادة
“Do’a itu ibadah.” (Hadits
shohih riwayat Ahmad dan At-Tirmidzi, beliau berkata bahwa hadits tersebut
hasan shohih)
Soal 6: Apakah orang mati
itu bisa mendengarkan do’a?
Jawab 6: Mereka tidak
bisa mendengar, dalilnya firman Allah:
إِنَّكَ لَا تُسْمِعُ الْمَوْتَى
وَلَا تُسْمِعُ
“Sesungguhnya kamu tidak
dapat menjadikan orang-orang yang mati mendengar.” (An-Naml: 80)
وَمَا أَنتَ بِمُسْمِعٍ مَّن فِي
الْقُبُورِ
“Dan kamu sekali-kali
tidak sanggup menjadikan orang yang di dalam kubur dapat mendengar.” (Terj.
Faathir: 22)
(5). Macam-Macam Syirik Akbar
Soal 1: Bolehkah kita
ber-istighatsah (meminta keselamatan dari kesulitan dan kebinasaan) kepada
orang mati atau ghaib?
Jawab 1: Tidak
boleh, sebagaimana firman ‘Azza wa Jalla:
وَالَّذِينَ يَدْعُونَ مِن دُونِ
اللّهِ لاَ يَخْلُقُونَ شَيْئاً وَهُمْ يُخْلَقُونَ . أَمْواتٌ غَيْرُ أَحْيَاء
وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ
“Dan berhala-berhala yang
mereka seru selain Allah, tidak dapat membuat sesuatu apapun. Berhala-berhala
itu sendiri dibuat orang. Berhala-berhala itu adalah benda mati, tidak hidup,
dan berhala-berhala itu tidak dapat mengetahui kapankah penyembah-penyembahnya
akan dibangkitkan.” (An-Nahl: 20-21)
إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ
فَاسْتَجَابَ لَكُمْ
“Ingatlah ketika kamu
mohon pertolongan kepada Rabb-mu, maka Dia mengabulkan permintaanmu.”
(Al-Anfaal: 9)
Dan sabda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam:
يا حي يا قيوم برحمتك أستغيث .حديث
حسن رواه الترمذي
“Wahai yang Maha Hidup,
wahai yang Maha Berdiri sendiri, dengan rahmat-Mu aku ber-istighatsah (meminta
pertolongan).” (Hadits riwayat Tirmidzi)
Soal 2: Bolehkah kita
melakukan isti’anah (minta perotolongan) kepada selain Allah?
Jawab 2: Tidak boleh,
sebagaimana firman Allah:
وَالَّذِينَ يَدْعُونَ مِن دُونِ
اللّهِ لاَ يَخْلُقُونَ شَيْئاً وَهُمْ يُخْلَقُونَ . أَمْواتٌ غَيْرُ أَحْيَاء
وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ
“Dan berhala-berhala yang
mereka seru selain Allah, tidak dapat membuat sesuatu apapun. Berhala-berhala
itu sendiri dibuat orang. Berhala-berhala itu adalah benda mati, tidak hidup,
dan berhala-berhala itu tidak dapat mengetahui kapankah penyembah-penyembahnya
akan dibangkitkan.” (An-Nahl: 20-21)
Dan firman Allah:
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وإِيَّاكَ
نَسْتَعِينُ
“Hanya kepada-Mu kami
beribadah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan.” (Al-Fatihah: 5)
Dan sabda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam:
إذا سألت فسأل الله، وإذا استعنت
فاستعن بالله.حديث صحيح رواه الترمذي
“Apabila kamu meminta,
maka mintalah kepada Allah dan bila kamu meminta pertolongan maka mintalah
pertolongan kepada Allah.” (Hadits riwayat Tirmidzi: hasan shohih)
Soal 3: Bolehkah kita
minta pertolongan kepada orang hidup?
Jawab 3: Boleh, selama
dalam batas kemampuannya, sesuai dengan firman Allah:
وَتَعَاوَنُواْ عَلَى الْبرِّ
وَالتَّقْوَى وَلاَ تَعَاوَنُواْ عَلَى الإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
“Tolong-menolonglah dalam
berbuat baik dan taqwa dan janganlah kamu tolong-menolong dalam dosa dan
permusuhan.” (Al-Maidah: 2)
Dan sabda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam:
والله في عون العبد، ما كان العبد
في عون أخيه.حديث صحيح رواه مسلم
“Allah itu akan menolong
hamba-Nya selama hamba itu menolong saudaranya.” (Hadits shohih riwayat Muslim)
Soal 4: Bolehkah kita
bernadzar untuk selain Allah?
Jawab 4: Tidak boleh,
dalilnya firman Allah:
إِذْ قَالَتِ امْرَأَةُ عِمْرَانَ
رَبِّ إِنِّي نَذَرْتُ لَكَ مَا فِي بَطْنِي مُحَرَّراً
“Ya Rabb-ku, sesungguhnya
aku manadzarkan kepada-Mu apa yang ada di dalam perutkku menjadi penjaga Baitil
Maqdis.” (Ali Imran: 35)
Dan sabda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam:
من نذرا عن يطيع الله فليطعه، ومن
نذر أن يعصيه فلا يعصه .حديث صحيح رزاه البخاري
“Barangsiapa yang
bernadzar kepada Allah untuk mentaati-Nya, maka taatilah dan barangsiapa yang
bernadzar untuk bermaksiat kepada-Nya, maka janganlah bermaksiat kepada-Nya.”
(Hadits shohih riwayat Bukhari)
Soal 5: Bolehkah kita
menyembelih kurban untuk selain Allah?
Jawab 5: Tidak boleh,
dalilnya firman Allah:
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
“Maka shalatlah karena
Rabb-mu dan berkurbanlah.” (Al-Kautsar: 2)
Dan sabda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam:
لعن الله من ذبح لغير الله.رواه
مسلم
“Allah melaknat orang
yang menyembelih kurban untuk selain Allah.” (Hadits riwayat Muslim)
Soal 6: Bolehkah kita
melakukan thawaf di kuburan?
Jawab 6: Tidak boleh kita
thawaf kecuali di Ka’bah, dalilnya firman Allah:
وَلْيَطَّوَّفُوا بِالْبَيْتِ
الْعَتِيقِ
“Dan berthawaflah di
rumah yang kuno (Ka’bah) ini.” (Terj. Al-Hajj: 29)
Dan sabda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam:
من طاف بالبيت سبعا و صلى ركعتين،
كان كعتق رقبلة .حديث صحيح رواه إبن ماجه
“Barangsiapa yang thawaf
di Ka’bah tujuh kali dan shalat dua raka’at, adalah pahalanya seperti
memerdekakan seorang budak.” (Hadits riwayat Ibnu Majah: shohih)
Soal 7: Apa hukum sihir?
Jawab 7: Sihir termasuk
kufur (perbuatan kekafiran), dalilnya firman Allah:
وَلَـكِنَّ الشَّيْاطِينَ كَفَرُواْ
يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْرَ
“Akan tetapi syetan
itulah yang kafir, mereka mengajarkan sihir kepada manusia.” (Al-Baqoroh: 102)
Dan sabda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam:
اجتنبوا السبع المبيقات الشرك بالله
و السحر…. .حديث صحيح رزاه مسلم
“Jauhilah tujuh hal yang
membinasakan (yaitu) syirik kepada Allah, sihir, …..” (Hadits shohih riwayat
Muslim)
Soal 8: Bolehkah kita
membenarkan (mempercayai) para peramal (apranormal) dan dukun tentang ilmu
ghaib?
Jawab 8:
قُل لَّا يَعْلَمُ مَن فِي السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ
“Katakanlah: Tidak ada
seorangpun di langit dan yang di bumi yang mengetahui tentang yang ghaib itu
kecuali Allah.” (An-Naml: 65)
Dan sabda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam:
من أتى عرافا، أو كاهنا، فصدقه بما
يقول، فقد كفر بما أنزل على محمد .حديث صحيح رواه أحمد
“Barangsiapa yang
mendatangi para peramal dan dukun, kemudian dia membenarkan apa yang
dikatakannya, maka ia telah kafir terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad.”
(Hadits riwayat Ahmad: shohih)
Soal 9: Adakah yang dapat
mengetahui perkara ghaib?
Jawab 9: Tidak ada
satupun yang mengetahui tentang yang ghaib kecuali orang yang dikehendaki oleh
Allah dari rasul-rasul-Nya. Allah berfirman:
عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ
عَلَى غَيْبِهِ أَحَداً . إِلَّا مَنِ ارْتَضَى مِن رَّسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ
مِن بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدا
“Dialah yang mengetahui
yang ghaib dan tidak seorangpun yang diberitahu tentang keghaiban itu kecuali
orang yang dikehendaki-Nya daripara Rasul.” (Jin: 26-27)
Dan sabda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam:
لا يعلم الغيب إلا الله .حديث حصن
رواه الطبراني
“Tidak ada yang
mengetahui perkara ghaib kecuali Allah.” (Hadits riwayat Thabrani: hasan)
Soal 10: Bolehkah kita
memakai benang dan kalung untuk mengobati penyakit (tolak bala)?
Jawab 10: Tidak boleh,
dalilnya firman Allah:
وَإِن يَمْسَسْكَ اللّهُ بِضُرٍّ
فَلاَ كَاشِفَ لَهُ إِلاَّ هُوَ
“Jika Allah menimpakan
kepadamu musibah, maka tidak ada yang bisa menolaknya kecuali Dia.” (Al-An’am:
17)
Dan sabda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam:
أما إنها لا تزيدك إلا وهنا، إنبذها
عتك، فإنك لو مت ما أفلحت أبدا .حديث صحيح رواه الحاكم و صحيحه و وافقه الذهبي
“Ketahuilah, sesungguhnya
semua itu hanya akan menambah kelemahan saja, buanglah ia karena sesungguhnya
jika kamu mati sedang kamu masih memakainya, maka kamu akan merugi selamanya.”
(Hadits riwayat Hakim: shohih)
Soal 11: Bolehkah
menggantungkan jimat-jimat atau yang lain yang sejenisnya?
Jawab 11: Tidak boleh,
dalilnya firman Allah:
وَإِن يَمْسَسْكَ اللّهُ بِضُرٍّ
فَلاَ كَاشِفَ لَهُ إِلاَّ هُوَ
“Jika Allah menimpakan
kepadamu musibah, maka tidak ada yang bisa menolaknya kecuali Dia.” (Al-An’am:
17)
Dan sabda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam:
من علق تميمة فقد أشرك.حديث صحيص
رواه أحمد
“Barangsiapa yang
menggantungkan diri pada jimat, maka dia telah musyrik.” (Hadits riwayat Ahmad)
التميمة (jimat, susuk, dan sejenisnya) adalah
segala sesuatu yang digantungkan atau dipergunakan untuk menangkal ‘ain
(gangguan akibat pandangan mata).
Soal 12: Apa hukumnya
beramal berdasarkan undang-undang atau aturan yang menyelisihi hukum Islam?
Jawab 12: Melakukannya
adalah kafir apabila ia mengizinkannya atau meyakini kebenarannya, dengan dalil
firman Allah:
وَمَن لَّمْ يَحْكُم بِمَا أَنزَلَ
اللّهُ فَأُوْلَـئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ
“Barangsiapa yang tidak
berhukum dengan apa yang diturunkan Allah, mereka itu adalah orang kafir.”
(Al-Ma’idah: 44)
Dan sabda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam:
وما لم تحكم ألؤئمتكم بكتاب الله، ويتخيروا
مما أنزل الله، إلا حعل الله بأسهم بينهم .حديث دحسن رواه إبن ماحه و غيره
“Dan apabila para
pemimpin mereka tidak menghukumi dengan kitab Allah dan tidak pula memilih dari
apa yang diturunkan Allah melainkan Allah akan menimpakan kekerasan yang terjadi
antara sesama mereka.” (Hadits riwayat Ibnu Majah dan yang lainnya: hasan)
Soal 13: Bagaimana
menolak gangguan syetan yang menanyakan: Siapa yang menciptakan Allah?
Jawab 13: Apabila
syetan membisikkan pertanyaan itu pada salah seorang diantara kamu, maka
mintalah perlndungan kepada Allah. Dalilnya adalah firman Allah:
وَإِمَّا يَنزَغَنَّكَ مِنَ
الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“Dan jika syetan itu
mengganggumu, maka mintalah perlindungan kepada Allah, sesungguhnya Dia Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Fushshilat: 36)
Dan sabda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengajarkan pada kita cara menolak tipu
daya syetan dengan mengucapkan:
آمنت بالله و رسوله، الله أحد، الله
الصمد، ام يلد، ولم يولد، ولم يكن له كفوا أحد.
ثم
ليتفل عن يساره ثلاثا، وليستعذ من الشيطان، وليمته، فإن ذلك يذهب عنه.
“Aku beriman kepada Allah
dan Rasul-rasul-Nya, Allah itu Maha Esa, Allah tempat bergantung, tidak beranak
dan tidak diperanakkan dan tidak seorangpun yang menyamai-Nya ‘ Kemudian
meludah ke kiri tiga kali.”
Maka dia akan terbebas
dari godaan syetan. Ini adalah ringkasan hadits-hadits shohih yang dikeluarkan
oleh Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Abu Dawud.
Soal 14: Apa bahaya
syirik besar?
Jawab 14: Syirik besar
menyebabkan kekal di neraka, dengan dalil firman Allah:
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُواْ
إِنَّ اللّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ وَقَالَ الْمَسِيحُ يَا بَنِي
إِسْرَائِيلَ اعْبُدُواْ اللّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ إِنَّهُ مَن يُشْرِكْ بِاللّهِ
فَقَدْ حَرَّمَ اللّهُ عَلَيهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا
لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنصَار
“Sesungguhnya orang yang
musyrik kepada Allah maka Allah mengharamkan surga baginya dan tempat
tinggalnya adalah neraka dan tidak ada seorang penolongpun bagi orang-orang
yang zalim.” (Al-Ma’idah: 72)
Dan sabda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam:
و من لقي الله يشرك به شيئا دخل
النار .حديث صحيح رواه مسلم
“Barangsiapa yang
menghadap Allah dalam keadaan berbuat syirik, pasti dia akan masuk neraka.”
(Hadits shohih riwayat Muslim)
Soal 15: Bermanfaatkah
amal yang disertai syirik?
Jawab 15:
ذَلِكَ هُدَى اللّهِ يَهْدِي بِهِ
مَن يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَلَوْ أَشْرَكُواْ لَحَبِطَ عَنْهُم مَّا كَانُواْ
يَعْمَلُونَ
“Seandainya mereka
mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka
kerjakan.” (Al-An’am: 88)
Dan sabda Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits Qudsi:
قال الله تعالى أنا أغنى الشركاء عن
الشرك. من عمل عملا أشرك معي فيه غيري تركته و شركه .حديث صحيح رواه مسلم
“Allah berfirrman: Aku
tidak butuh pada sekutu-sekutu itu, barangsiapa beramal dengan suatu amalan dan
mempersekutukan Aku dengan yang lainnya dalam amalan itu, maka akan
Kutinggalkan dia bersama sekutunya.” (Hadits shohih riwayat Muslim)
_______________
Artikel www.muslimah.or.id
0 komentar:
Posting Komentar