Cara Mendeteksi Gizi Buruk Pada Balita
Oleh : drh. Sarmin, MP dan Dr. Fitri Rachmayanti
Anak adalah amanah dari Alloh yang tiada ternilai
harganya. Amanah tersebut menuntut kita untuk menjadikan mereka sebagai anak
yang sholih dan sholihah. Untuk mewujudkannya ada beberapa faktor yang harus
dipenuhi, di antaranya memberikan nutrisi yang cukup dan baik kepada anak
sehingga bisa tumbuh dengan sempurna, sehat, dan cerdas. Dengan begitu, akan
membuat mereka mudah dibina untuk mendalami ilmu-ilmu agama Alloh.
Ketidak-acuhan kita terhadap nutrisi anak akan membuat keadaan gizi mereka
menjadi buruk.
Akhir-akhir ini, banyak balita yang mengalami
keadaan gizi buruk di beberapa tempat. Bahkan, dijumpai ada kasus kematian
balita gara-gara masalah gizi buruk kurang diperhatikan. Kondisi balita yang
kekurangan gizi sungguh sangat disayangkan. Sebab, pertumbuhan dan perkembangan
serta kecerdasannya dipengaruhi oleh gizi. Kondisi gizi buruk tidak mesti
berkaitan dengan kemiskinan dan ketidaksediaan pangan, meski tidak bisa
dipungkiri kemiskinan dan kemalasan merupakan faktor yang sering menjadi
penyebab gizi buruk pada anak.
Selain itu, faktor pengasuhan anak juga
menentukan. Anak yang diasuh oleh ibunya sendiri dengan penuh kasih sayang,
kesadaran yang tinggi akan pentingnya nutrisi dan ASI, dan selalu memperhatikan
kesehatan—apalagi berpendidikan; maka anaknya tidak akan mengalami gizi yang
buruk. Sedangkan fenomena yang ada saat ini, kebanyakan anak dipisahkan jauh
dari ibunya dengan alasan kesibukannya yang padat. Kemudian mereka menyerahkan
kepengasuhan anak kepada orang yang kurang memperhatikan nutrisi dan kesehatan
anak. Jika seperti ini keadaannya, besar kemungkinan anak akan mengalami gizi
yang buruk. Oleh karena itu, para orang tua, khususnya para ibu, hendaknya
tetap memperhatikan nutrisi dan kesehatan anaknya di tengah kesibukan mereka
melakukan aktivitas sehari-hari, di samping juga tarbiyah yang baik buat
mereka.
Pengertian Gizi Buruk
Gizi buruk adalah suatu kondisi di mana seseorang
dinyatakan kekurangan nutrisi, atau dengan ungkapan lain status nutrisinya
berada di bawah standar rata-rata. Nutrisi yang dimaksud bisa berupa protein,
karbohidrat dan kalori. Di Indonesia, kasus KEP (Kurang Energi Protein) adalah
salah satu masalah gizi utama yang banyak dijumpai pada balita.
Indikasi Gizi Buruk
Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang
bisa dijumpai pada anak adalah berupa kondisi badan yang tampak kurus.
Sedangkan gejala klinis KEP berat/gizi buruk secara garis besar bisa dibedakan
menjadi tiga tipe: marasmus, kwashiorkor dan marasmic-kwashiorkor.
Kwashiorkor memiliki ciri:1) edema (pembengkakan), umumnya seluruh tubuh (terutama punggung kaki dan wajah) membulat dan lembab
2) pandangan mata sayu
3) rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah dicabut tanpa rasa sakit dan mudah rontok
4) terjadi perubahan status mental menjadi apatis dan rewel
5) terjadi pembesaran hati
6) otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau duduk
7) terdapat kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna menjadi coklat kehitaman lalu terkelupas (crazy pavement dermatosis)
8 ) sering disertai penyakit infeksi yang umumnya akut
9) anemia dan diare
Sedangkan ciri-ciri marasmus adalah sebagai berikut:
1) badan nampak sangat kurus seolah-olah tulang hanya terbungkus kulit
2) wajah seperti orang tua
3) mudah menangis/cengeng dan rewel
4) kulit menjadi keriput
5) jaringan lemak subkutis sangat sedikit sampai tidak ada (baggy pant/pakai celana longgar)
6) perut cekung, dan iga gambang
7) seringdisertai penyakit infeksi (umumnya kronis berulang)
8 ) diare kronik atau konstipasi (susah buang air)
Adapun marasmic-kwashiorkor memiliki ciri gabungan dari beberapa gejala klinis kwashiorkor dan marasmus disertai edema yang tidak mencolok.
Cara Mengukur Status Gizi Anak
Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengukur status gizi pada anak. Berikut adalah salah satu contoh pengukuran status gizi bayi dan balita berdasarkan tinggi badan menurut usia dan lingkar lengan atas.
Tabel Berat dan Tinggi Badan
Menurut Umur
(usia 0-5 tahun, jenis kelamin tidak dibedakan)
(usia 0-5 tahun, jenis kelamin tidak dibedakan)
Tabel Standar Baku Lingkar
Lengan Atas (LLA) Menurut Umur
Sumber: Pedoman Ringkas Pengukuran
Antropometri, hlm. 18
Pencegahan
Menimbang begitu pentingnya menjaga kondisi gizi balita untuk pertumbuhan dan kecerdasannya, maka sudah seharusnya para orang tua memperhatikan hal-hal yang dapat mencegah terjadinya kondisi gizi buruk pada anak. Berikut adalah beberapa cara untuk mencegah terjadinya gizi buruk pada anak:
1) Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai
anak berumur 6 bulan. Setelah itu, anak mulai dikenalkan dengan makanan
tambahan sebagai pendamping ASI yang sesuai dengan tingkatan umur, lalu disapih
setelah berumur 2 tahun.
2) Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan
protein, lemak, vitamin dan mineralnya. Perbandingan komposisinya: untuk lemak
minimal 10% dari total kalori yang dibutuhkan, sementara protein 12% dan
sisanya karbohidrat.3) Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program Posyandu. Cermati apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di atas. Jika tidak sesuai, segera konsultasikan hal itu ke dokter.
4) Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan kepada petugas pola dan jenis makanan yang harus diberikan setelah pulang dari rumah sakit.
5) Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori yang tinggi dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan untuk proteinnya bisa diberikan setelah sumber-sumber kalori lainnya sudah terlihat mampu meningkatkan energi anak. Berikan pula suplemen mineral dan vitamin penting lainnya. Penanganan dini sering kali membuahkan hasil yang baik. Pada kondisi yang sudah berat, terapi bisa dilakukan dengan meningkatkan kondisi kesehatan secara umum. Namun, biasanya akan meninggalkan sisa gejala kelainan fisik yang permanen dan akan muncul masalah intelegensia di kemudian hari.
Untuk mencukupi kebutuhan gizi yang baik pada anak memang dibutuhkan usaha keras dari orang tua dengan memberikan makanan yang terbaik kepada mereka.
Tentu saja hal ini membutuhkan kesabaran, ketawakkalan dan keuletan dalam mencari rezeki dari Alloh untuk memenuhi kebutuhan gizi anak. Jika semua ini tercapai, insya-Alloh akan tercetak generasi yang sehat, sholih dan sholihah, dan cerdas dalam mempelajari dan memahami ayat-ayat Alloh.
Referensi:
Anonim. 2007. Ciri-ciri Kurang Gizi. Diakses 15 Desember 2008: Portal Kesehatan Online.
Anonim. 2008. Kalori Tinggi Untuk Gizi Buruk. Diakses 15 Desember 2008: Republika Online.
Notoatmojo, Soekidjo. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cetakan ke-2. Jakarta: Rineka Cipta.
Nasar, dkk. Ped Tata Kurang Protein. pkm-IDAI
Nency, Y dan Arifin, M.T. 2005. Gizi Buruk, Ancaman Generasi yang Hilang. Inovasi Edisi Vol. 5/XVII/November 2005: Inovasi Online.
Almawaddah.co.nr
0 komentar:
Posting Komentar