HUKUM
BERWUDHU DI KAMAR MANDI
Pertanyaan:
Assalamu'alaikum. Ustadz, ana mau tanya, bolehkah kita
berwudhu di kamar mandi? (Indrawan Saputra)
Jawaban:
Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuhu.
Alhamdulillahi rabbil 'aalamiin, washshalaatu wassalaamu
'alaa rasulillaah khairil anbiyaa'I wal mursaliin wa 'alaa 'aalihii wa
shahbihii ajma'iin.
Amma ba'du:
Boleh berwudhu di dalam kamar mandi, apabila aman dari
percikan najis.
Berkata Komite Tetap Untuk Riset llmiyyah dan Fatwa
Kerajaan Saudi Arabia :
إذا وضع حائل
بين الماء الذي ينزل من الصنبور وبين محل النجاسة بحيث إن الماء إذا نزل على الأرض
تكون هذه الأرض طاهرة فلا مانع من الوضوء والاستنجاء
"Apabila ada batas antara kran air dan antara tempat
najisnya sehingga air turun ke tempat yang suci maka tidak mengapa berwudhu dan
istinja' (di dalam kamar mandi tersebut)" (Fataawaa Al-Lajnah Ad-Daaimah
5/86)
Berkata Syeikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin
rahimahullahu:
يجوز الوضوء في
الحمام ولا حرج فيه ولكن ينبغي للإنسان أن يتحفظ من إصابة النجاسة له فإذا تحفظ من
ذلك فليتوضأ في أي مكان كان
"Boleh berwudhu di kamar mandi dan tidak masalah akan
tetapi hendaknya menjaga diri dari ditimpa najis, apabila bisa terjaga dirinya
dari najis maka silakan dia berwudhu dimana saja"
(http://www.ibnothaimeen.com/all/noor/article_1637.shtml)
Beliau rahimahullahu juga berkata:
يجوز للإنسان
أن يتوضأ في المكان الذي تخلى فيه من بوله أو غائطه لكن بشرط أن يأمن من التلوث
بالنجاسة بأن يكون المكان الذي يتوضأ فيه جانباً من الحمام بعيداً عن مكان التخلي
أو ينظف المكان الذي ينزل فيه الماء من الأعضاء في الوضوء حتى يكون طاهراً نظيفاً
"Boleh bagi seseorang berwudhu di tempat dia buang
air kecil dan buang air besar, dengan syarat aman dari percikan najis, yaitu
tempat wudhunya jauh dari tempat buang air, atau dibersihkan dahulu tempat
turunnya air dari anggota badan sehingga menjadi bersih dan suci"
(http://www.ibnothaimeen.com/all/noor/article_1096.shtml)
Hukum membaca dzikir di kamar mandi
Membaca dzikir di kamar mandi makruh, karena berbicara di
dalam kamar mandi hukumnya makruh dan membaca dzikir termasuk berbicara.
Demikian pula kita diperintahkan untuk mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah dan
diantara bentuk pengagungan adalah berdzikir di tempat yang suci bukan di
tempat yang kotor dan membuang hajat.
Allah ta'aalaa berfirman:
ذَلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ
تَقْوَى الْقُلُوبِ (32) [الحج/32[
"Demikianlah (perintah Allah) dan barangsiapa
mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah, maka sesungguhnya itu termasuk ketaqwaan
hati. (QS. 22:32)"
Berkata Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma:
يكره أن يذكر
الله وهو جالس على الخلاء
"Dibenci seseorang dzikrullah sedangkan dia dalam
keadaan duduk di dalam jamban" (Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah di dalam
Al-Mushannaf 1/209 no: 1227, dengan sanad yang hasan)
Abu Wa'il rahimahullahu juga berkata:
اثنان لا يذكر
الله العبد فيهما إذا أتى الرجل أهله يبدأ فيسمي الله وإذا كان في الخلاء
"Dua keadaan dimana seorang hamba tidak berdzikir
kepada Allah di dalamnya, (pertama) ketika seorang laki-laki mendatangi
istrinya, maka hendaklah dia mulai dengan menyebut nama Allah, (kedua) apabila
dia berada di jamban" (Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah di dalam
Al-Mushannaf 1/209 no: 1229 ,dengan sanad yang shahih)
Abu Ishaq As-Sabii'iy rahimahullah juga berkata:
ما أحب أن أذكر
الله إلا في مكان طيب
"Aku tidak suka berdzikir kepada Allah kecuali di
tempat yang baik" (Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah di dalam
Al-Mushannaf 1/210 no:1236, dengan sanad yang shahih)
Namun kemakruhan ini
bisa gugur apabila ada hajat atau keperluan, sehingga menjadi boleh, seperti
mengucap tahmid ketika bersin, mengucap tasmiyyah sebelum wudhu. Berikut ini
adalah sebagian ucapan salaf yang menunjukkan bolehnya berdzikir di jamban
apabila diperlukan.
Berkata Manshur bin Mu'tamir rahimahullah:
وسألته عن
الرجل يعطس على الخلاء قال يحمد الله فإنها تصعد
"Dan aku bertanya kepada Ibrahim (An-Nakha'iy) tentang seseorang yang
bersin ketika buang air? Beliau menjawab: Hendaknya dia memuji Allah (yaitu
mengucapkan Alhamdulillah) karena tahmid itu akan naik (Dikeluarkan oleh
Abdurrazzaq di dalam Al-Mushannaf 2/455 no:4063, dengan sanad yang shahih, dan
juga Ibnu Abi Syaibah di dalam Al-Mushannaf 1/210 no: 1233)
Dari Sya'by rahimahullahu, beliau ditanya tentang
seseorang yang bersin di jamban, maka beliau berkata: يحمد
الله
"Hendaklah dia memuji Allah". (Dikeluarkan oleh
Ibnu Abi Syaibah di dalam Al-Mushannaf 1/210 no:1232, dengan sanad yang shahih)
Dari Muhammad bin Siiriin rahimahullahu beliau berkata: لا
أعلم بأسا بذكر الله
"Aku tidak memandang adanya masalah dalam dzikrullah
(di jamban)" (Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah di dalam Al-Mushannaf
1/210 no:1235, dengan sanad yang shahih)
Syeikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata:
لا بأس أن
يتوضأ داخل الحمام إذا دعت الحاجة إلى ذلك ، ويسمي عند أول الوضوء ، يقول : (بسم
الله) لأن التسمية واجبة عند بعض أهل العلم ، ومتأكدة عند الأكثر ، فيأتي بها
وتزول الكراهة لأن الكراهة تزول عند الحاجة إلى التسمية ، والإنسان مأمور بالتسمية
عند أول الوضوء ، فيسمي ويكمل وضوؤه
"Tidak mengapa berwudhu di dalam kamar kecil apabila
memang diperlukan, dan mengucap tasmiyyah di awal wudhu seraya
mengucapkan" Bismillah" karena tasmiyyah(mengucap bismillah) hukumnya
wajib menurut sebagian ulama, dan dikuatkan menurut sebagian besar ulama, maka
hendaknya dia mengucapkan tasmiyyah ini, dan hilang kemakruhannya karena
kemakruhan bisa hilang ketika dibutuhkan tasmiyyah, dan seseorang diperintah
untuk tasmiyyah di awal wudhu, maka hendaknya dia bertasmiyyah dan
menyempurnakan wudhunya" (Majmu Fataawa Syeikh Abdul Aziz bin Baz 10/28)
Datang dalam Fataawaa Al-Lajnah Ad-Daaimah:
يكره أن يذكر
الله تعالى نطقاً داخل الحمام الذي تقضى فيه الحاجة تنزيهاً لاسمه واحتراماً له
لكن تشرع له التسمية عند بدء الوضوء لأنها واجبة مع الذكر عند جمع من أهل العلم
"Dimakruhkan dzikrullah dengan lisan di dalam jamban
yang digunakan untuk buang hajat, sebagai penyucian dan penghormatan terhadap
nama Allah, akan tetapi disyari'atkan tasmiyyah (membaca: bismillah) ketika di
awal wudhu karena hal ini wajib ketika ingat menurut sebagian ahli ilmu"
(Fataawaa Al-Lajnah Ad-Daimah 5/94)
Melirihkan Dzikir Di Kamar Mandi
Dan yang perlu diketahui bahwasanya ketika berdzikir di
kamar mandi/wc/jamban maka hendaknya memelankan suaranya. Dari Al-Hasan
Al-Bashry rahimahullah beliau berkata tentang seseorang
yang bersin di dalam jamban: يحمد
الله في نفسه
"Hendaknya dia memuji Allah dengan di dalam dirinya
(yaitu pelan)" (Dikeluarkan oleh Ibnu Abi Syaibah di dalam
Al-Mushannaf 1/210 no: 1234, dengan sanad yang shahih)
Dan berkata Hushain bin Abdurrahman rahimahullahu:
انتهينا إلى الشعبي وهو مغضب، فقيل له: ما لك يا أبا عمرو ؟
فقال : إن هذا المارق ، يعني داود بن يزيد الأودي، سألني عن الرجل يعطس في الخلاء،
قلت : فما تقول يا أبا عمرو ؟ قال : “ يحمد الله في نفسه”
"Kami mendatangi Asy-Sya'by sedangkan beliau dalam
keadaan marah, maka beliau ditanya: Ada
apa wahai Abu 'Amr?
Beliau berkata: Sesungguhnya orang yang maariq ini –maksudnya Dawud
bin Yazid Al-Audy-, telah bertanya kepadaku tentang seseorang yang bersin di
tempat buang hajat.
Maka aku berkata: Lalu apa yang kamu katakan wahai Abu 'Amr?
Beliau menjawab: Hendaklah dia memuji Allah di dalam
dirinya ( yaitu dengan pelan)" (Dikeluarkan oleh Al-'Uqaily dalam
Adh-Dhu'afa 2/391, dengan sanad yang shahih)
Perkataan mereka يحمد
الله في نفسه (Memuji Allah di dalam
dirinya) ada 2 kemungkinan, memuji Allah di dalam hati atau memuji Allah dengan
lisan secara pelan, sebagaimana dijelaskan Syeikhul Islam dalam Al-Fataawaa
Al-Kubraa 5/301.
Dan yang zhahir dari atsar sebagian salaf di atas –wallahu
a'lam- adalah berdzikir dengan lisan bukan hanya dengan hatinya.
Akhir kata, tentunya lebih baik apabila seseorang di dalam
rumahnya memiliki tempat wudhu khusus yang berada di luar kamar
mandi/jamban/wc.
Wallahu a'lam.
Ustadz Abdullah Roy, Lc. MA.
Disalin oleh: http://hidayahsalaf.blogspot.com/
sumber: http://www.serambimadinah.com
0 komentar:
Posting Komentar