yufid.com

Kamis, 13 Oktober 2016

Para da'i jangan mengabaikan dakwah Tauhid (Nasehat Ulama)

Posted by Abu Abdillah Riza Firmansyah On 07.31 No comments
Wahai Para da’i, jangan abaikan dakwah Tauhid (Nasehat Ulama)

Memulai dakwah Tauhid dan meninggalkan syirik membuat orang lari, memecah belah umat...
Memulai materi akhlaq dan fiqih atau semisalnya adalah wasilah saja...
maksudnya agar orang akrab dengan dakwah kita...
materi dakwah yang sedang booming adalah fiqih...
ente jangan iri ya akhii karena pengikut ane banyak...

ini diantara sekian banyak alasan banyak para Da'i yang tidak akan ada ujungnya.


لَمَّا بَعَثَ مُعَاذًا إِلَى الْيَمَنِ قَالَ إِنَّكَ تَأْتِي قَوْمًا أَهْلَ كِتَابٍ فَادْعُهُمْ إِلَى أَنْ يَشْهَدُوا أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا 
رَسُولُ اللَّهِ

“Tatkala Nabi shallallahu’alaihi wasallam mengutus Mu’adz ke Yaman bersabda: 
“Sungguh 
kamu akan menjumpai kaum Ahli kitab, maka ajaklah mereka agar bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah”.
HR. Bukhari & Muslim

Pelajaran Hadits:
Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al Fauzan di dalam kitabnya yang berjudul I’anatul Mustafid Bisyarhi Kitab At Tauhid (cet. Ke-3 Muassasah Ar Risalah thn 1423/2002) 
mengatakan:

-          Dalam hal ini bahwa wajib bagi para Da’i agar mengetahui keadaan orang yang akan didakwahi. Ini adalah metode dakwah, ketika ia akan berdakwah kepada masing-masing individu maka hendaklah menggunakan bahasa yang cocok. Sebagaimana ketika ia berbicara kepada Ulama maka pilihlah bahasa yang sesuai, demikian pula kepada orang awam. Dikarenakan masing-masing manusia tidaklah sama semuanya dalam hal ini, tidaklah pantas seorang berbicara kepada Ulama seperti ia berbicara kepada orang yang bodoh, sebaiknya berbicara kepada orang bodoh tidaklah pantas menggunakan bahasa seperti ketika berbicara kepada Ulama.
Demikian juga halnya ketika ia berbicara dengan para pemimpin tidaklah pantas menggunakan bahasa seperti bicaranya kepada orang awam atau sebaliknya. Jadi masing-masing individu hendaknya diajak bicara dengan menggunakan bahasa yang lebih mendekati kebenaran.
Allah Ta’ala pernah memerintahkan Nabi Musa dan Harun untuk mendakwahkan Fir’aun;
فَقُولا لَهُ قَوْلاً لَيِّناً لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut". QS. Thaha: 44

-       Ajakan kepada kalimat Syahadat di dalam hadits tersebut menunjukkan bahwa dakwah hendaklah dengan cara bertahap atau berangsur-angsur, memulai dari perkara yang paling penting kemudian berlanjut kepada perkara penting lainnya karena ini adalah metode para Rasul yakni memulai dakwah dengan menjelaskan kalimat Syahat Lailaha illallah yang merupakan dasar pokok dan pondasi agama. Jika makna kalimat Syahadat ini sudah terwujud maka sudah memungkinkan untuk mengajarkan hal lainnya. Sebaliknya jika belum terwujudnya hakekat makna La ilaha illallah maka perkara lainnya tidaklah berguna. Maksudnya janganlah kamu mendahulukan masalah shalat sedangkan orang itu masih berbuat syirik, demikian pula ibadah lainnya seperti puasa sedekah zakat, silaturrahim dan lainnya sedangkan mereka masih menyekutukan Allah karena kamu belum membangun pondasi yang pertama.

-       Metode ini sangatlah berbeda dengan kebanyakan para Da’i dewasa ini yang tidak terlalu memberikan porsi yang besar kepada dakwah La ilaha illallah, yang mana mereka mengutamakan dakwah agar orang meninggalkan riba dan muamalah yang baik, berhukum dengan hukum Allah dan lain-lain. Akan tetapi mereka tidaklah menyebutkannya dan tidak memperhatikannya seolah-olah dakwah Tauhid tidaklah wajib. La haula wala quwwata illa billah.

Ditulis oleh Abu Abdillah Riza http://hidayahsalaf.blogspot.co.id/



  

0 komentar:

Cari Artikel Hidayahsalaf