yufid.com

Kamis, 06 Februari 2014

Sindiran bukanlah Nasehat

Posted by Abu Abdillah Riza Firmansyah On 14.51 No comments

Sindiran bukanlah Nasehat

Agama itu adalah nasehat sebagaimana yang pernah dikatakan oleh Rasululloh Shallallohu ‘alaihi wa Sallam. Nasehat sebagaimana yang disebutkan di dalam Al Mu’jamul Wasith

النَّصِيحَةُ : قولٌ فيه دعوةٌ إِلى صلاح ونَهْيٌ عن فساد

“Nasehat adalah sebuah perkataan yang mengandung dakwah (seruan) kepada kebaikan dan larangan dari kerusakan”.

Ketika nasehat mengandung seruan kepada kebaikan maka tentulah harus dengan cara-cara yang baik pula yakni dengan memiliki beberapa unsur yang harus dilakoni oleh orang yang memberikan nasehat, diantaranya;

Pertama, niat ikhlas hanya karena Alloh Ta’ala. Pemberi nasihat hanya mengharapkan ridha Alloh dan balasan di akhirat. Ia menyampaikan nasihat bukan karena ingin mendapatkan keuntungan duniawi, riya’ (ingin dipuji orang lain) dan sum’ah (menceritakan kebaikannya kepada orang lain).

Kedua, berdasarkan ilmu. Memberi nasihat dengan ilmu merupakan sebuah keharusan dalam arti menguasai materi yang akan dinasihatkan. Tanpa didasari ilmu, bisa jadi seseorang akan menasihati dengan hal-hal yang mungkar dan justru melarang yang ma’ruf (baik).

Ketiga, berhias diri dengan akhlak lemah lembut. Pemberi nasihat wajib memiliki akhlak yang lemah lembut dan santun dalam menyampaikan nasihat. Hal ini diperintahkan Alloh Ta’ala kepada Nabi Musa Alaihissalam dan Harun Alaihissalam saat berdakwah kepada Fir’aun.

”Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Firaun) dengan kata-kata yang lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut.” (QS Thaha:44).

Keempat, memilih cara yang tepat. Cara memberi nasihat berbeda-beda sesuai dengan situasi, kondisi dan kepribadian seseorang. Dalam banyak keadaan, manusia justru membutuhkan nasihat melalui keteladanan dari seorang figur. Menasihati anak-anak berbeda dengan menasihati orang dewasa.

Kelima, tidak bertujuan mencela atau menyebarkan keburukan.

Keenam, nasihat meliputi urusan agama dan dunia.

Ketujuh, menasihati secara rahasia.

Kedelapan, si pemberi nasihat wajib bersabar bila orang itu tidak bersedia menerima nasihatnya.

Berbeda dengan sindiran maka hal ini bukanlah nasehat walupun ia nampak serupa dengan nasehat akan tetapi sindiran membawa ketidak berkahan dikarenakan di dalamnya terdapat Taubikh atau membuat buruk saudaranya dengan mengumbar aibnya di depan forum musyawarah, rapat atau semisalnya.
Nabi  Shallallohu ‘alaihi wa Sallam:

اَلْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ، لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يَخْذُلُهُ، وَلاَ يَكْذِبُهُ، وَلاَ يَحْقِرُهُ، اَلتَّقْوَى هَا هُنَا»، -وَيُشِيْرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ-، «بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أخَاهُ الْمُسْلِمَ، كُلُّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ؛ دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ»

"Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim yang lainnya. Tidak boleh ia menzhaliminya, tidak boleh mengacuhkannya, tidak boleh berbohong kepadanya, dan tidak boleh meremehkannya/merendahkannya. Takwa itu ada di sini”, -dan beliau menunjuk ke dadanya tiga kali-. “Cukuplah seseorang dikatakan buruk/jahat, jika ia menghina/merendahkan saudaranya yang Muslim. Setiap Muslim atas Muslim yang lainnya, haram (menumpahkan) darahnya, haram (mengambil) hartanya (tanpa hak), dan (mengganggu) harga dirinya/kehormatannya.
Diriwayatkan oleh Muslim

Imam Asy Syafi’i berkata:

Sengajalah menasehatiku saat ku sendiri
Jauhkan aku dari nasehat di depan khalayak ramai

Karena nasehat di tengah manusia itu bentuk mempermalukan
dan aku tidak rela untuk mendengarkan

Dan jika perkataanku ini tidak engkau ikuti
maka jangan kaget bila nasehatmu tidak ditaati


(Diwan Imam Syafi'i, hal: 96)

Wallohu A’lam  bisshowab

Maraji’: Al Farqu Baina An Nashihah wa At Ta’yir-Ibnu Rajab, dan sumber lainnya.

Abu Abdillah Riza

0 komentar:

Cari Artikel Hidayahsalaf