Persaudaraan Hati bukan Tubuh
Ketika
membaca dan merenungkan kisah kehidupan para sahabat terkadang kita terharu dan
berharap persaudaraan mereka tersebut bisa kita rasakan. Satu persahabatan dan
persaudaraan yang muncul dari hati dan iman yang memenuhi kalbu mereka, bukan
sekedar bersatunya tubuh dan badan mereka.
Ironisnya
banyak orang memandang persaudaraan
identik dengan kumpulnya tubuh dalam satu organisasi atau kelompok. Hal ini
jelas keliru, sebab sebenarnya dasar persaudaraan iman adalah kesatuan hati
kaum muslimin, bukan berkumpulnya tubuh mereka. Hal ini dapat dilihat pada
petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam al-Qur`aan yang mulia. Allah Subhanahu
wa Ta’ala menjelaskan persaudaraan kaum muslimin dengan kalimat
(فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ)
tidak dengan
kalimat (فَأَلَّفَ بَيْنَِكُمْ).
Dengan demikian, Allah Subhanahu wa Ta’ala
melihat persatuan hati menjadi sebab persaudaraan iman bukan kepada persatuan
badan.
Syeikh
Muhammad bin Sholih al-Utsaimin menjelaskan hal ini dengan menyatakan:
Persatuan hati adalah poros ukhuwah imaniyah (persaudaraan iman) bukan
persatuan badan. Berapa banyak umat yang berkumpul tubuhnya namun hati mereka
berpecah belah, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala tentang
orang Yahudi:
Kamu kira
mereka itu bersatu, sedang hati mereka berpecah belah.(QS al-Hasyr/15:13).
Tidak ada faedah dari berkumpulnya badan dengan hati yang berpecah belah. Faedah bersatunya hati adalah berkumpulnya hati walaupun badannya saling berjauhan. Berapa banyak orang yang memiliki hubungan cinta dan persahabatan denganmu namun ia jauh darimu. Berapa banyak juga orang yang sebaliknya. Kamu merasa ia bermuka dua dan tidak ada diantaramu dengannya kecintaan dan persahabatan. Padahal ia berdampingan denganmu seperti benda dengan bayangannya. Jadi yang penting adalah hati. Oleh karena itu Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
Tidak ada faedah dari berkumpulnya badan dengan hati yang berpecah belah. Faedah bersatunya hati adalah berkumpulnya hati walaupun badannya saling berjauhan. Berapa banyak orang yang memiliki hubungan cinta dan persahabatan denganmu namun ia jauh darimu. Berapa banyak juga orang yang sebaliknya. Kamu merasa ia bermuka dua dan tidak ada diantaramu dengannya kecintaan dan persahabatan. Padahal ia berdampingan denganmu seperti benda dengan bayangannya. Jadi yang penting adalah hati. Oleh karena itu Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ
Maka Allah
mempersatukan hatimu, (QS
Alimran/3:103)
Jelaslah
persaudaraan terjadi dengan adanya keterikatan antar kaum muslimin yang dilandasi
ikatan agama islam. Ikatan yang mengikat kuat hati kaum muslimin seperti satu
tubuh yang digambarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam
sabdanya:
الْمُؤْمِنُونَ كَرَجُلٍ وَاحِدٍ إِنْ اشْتَكَى رَأْسُهُ
تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالْحُمَّى وَالسَّهَرِ
Kaum
mukminin seperti satu orang, jika kepalanya sakit maka seluruh tubuh merasakan
deman dan tidak bisa tidur. (Riwayat Muslim).
Persaudaraan
ini bukan persaudaraan karena nasab atau fanatisme golongan (hizbiyah) tapi
persaudaraan aqidah dan iman. Oleh karena itu Syeikh Muhammad al-Amiin
as-Syingqiti rahimahullah menyatakan: Secara umum tidak ada perbedaan
pendapat diantara kaum muslimin bahwa ikatan yang mengikat individu penduduk
bumi anata mereka dan yang mengikat antara penduduk bumi dan langit adalah
kalimat La ilaaha Illa Allah.
Ikatan
persaudaraan kaum muslimin adalah bersatunya hati mereka dalam menegakkan
kalimat Allah Subhanahu wa Ta’ala . Kalimat tersebut ditegakkan dengan
iman dan ketakwaan yang menjadi sebab Allah Subhanahu wa Ta’ala
menyatukan hati mereka.
Persaudaraan Iman anugerah Allah Subhanahu wa
Ta’ala .
Tidak ada seorangpun yang dapat menyatukan hati manusia satu dengan lainnya baik itu nabi maupun para ulama atau yang lainnya. Hanyalah Allah Subhanahu wa Ta’ala semata yang menyatukan hati-hati tersebut dengan hikmah dan kemaha perkasaan-Nya. Betapa tidak, Dia lah yang telah menyatakan hal itu kepada Nabi Muhammad n dalam firman-Nya: Dan (Allah) Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). Walaupun kamu membelanjakan (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. (QS Al Anfal/8:62-63).
Syeikh
Abdurrahman bin Naashir as-Sa’di rahimahullah menuturkan: Mereka bersatu dan
bersaudara serta bertambah kuat dengan sebab persatuan tersebut. Itu bukanlah
hasil usaha seorang dan dengan satu kekuatan selain kekuatan Allah. Walaupun
kamu telah membelanjakan emas dan perak serta selainnya yang ada di bumi ini
seluruhnya untuk menyatukan hati mereka setelah perselisihan dan perpecahan
yang parah tersebut. Tentulah kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka.
Karena yang mampu menpersatukan hati hanyalah Allah Subhanahu wa Ta’ala
.
Oleh karena
itulah Allah Subhanahu wa Ta’ala terangkan dengan sangat jelas dalam
firmanNya:
Dan ingatlah
akan nikmat Allah kepadamu ketika dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan,
maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang
yang bersaudara; (QS Ali Imran/3:103)
Jelaslah
disini dengan rahmat-Nya, Allah Subhanahu wa Ta’ala mempersatukan hati
kaum mukminin di atas ketaatan dan manhaj-Nya. Pantaslah disyukuri atas nikmat
ini dengan cara cinta mencintai karena Allah dan berpegang teguh dengan tali
Nya yang kokoh (islam).
Demikianlah
persaudaraan tersebut Allah karuniakan kepada kaum mukminin yang bertaqwa dan
berpegang teguh kepada Al Qur’an dan Sunnah. Tidak dikaruniakan kepada
orang-orang yang melanggar ajaran syari’at Allah Subhanahu wa Ta’ala ,
sehingga tidak akan terwujudkan dengan mengorbankan aqidah dan agama.
0 komentar:
Posting Komentar