Menyikapi Dunia Dengan Benar
Telaah Hadist
عَنِ ابْنِ
عَبَّاسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ
عَلَيْهِ عُمَرُ وَهُوَ عَلَى حَصِيرٍ قَدْ أَثَّرَ فِي جَنْبِهِ فَقَالَ يَا
نَبِيَّ اللَّهِ لَوْ اتَّخَذْتَ فِرَاشًا أَوْثَرَ مِنْ هَذَا فَقَالَ مَا لِي
وَلِلدُّنْيَا مَا مَثَلِي وَمَثَلُ الدُّنْيَا إِلَّا كَرَاكِبٍ سَارَ فِي يَوْمٍ
صَائِفٍ فَاسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ سَاعَةً مِنْ نَهَارٍ ثُمَّ رَاحَ
وَتَرَكَهَا
Kosa kata / مفردات :
ظِلِّ شَجَرَةٍ : bayangan
pohon رَاكِب : Menjelaskan
يَوْمٍ صَائِفٍ : hari yang
panas terik رَاحَ : beristirahat.
Takhrij
Hadits / تخريج الحديث
Hadits ini
dikeluarkan oleh imam Ahmad bin Hambal dalam kitab al-Musnad 1/301, Ibnu Hibban
dalam kitab Shohih ibnu Hibban no. 2526, al-Haakim dalam kitab al-Mustadrak
4/309-310 dari sahabat dan saudara sepupu Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam
yaitu Abdullah bin Abbas radhiyallahu’anhuma .
Hadits ini
dinilai shahih oleh Syeikh al-Albani dalam kitab Shohih al-Jaami’
ash-Shaghir no. 5669.
Terjemah
hadits / ترجمة الحديث :
Dari
Abdullah bin Abas radhiyallahu’anhuma bahwasanya Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam
pernah ditemui oleh Umar dalam keadaan beliau duduk diatas tikar, lalu Umar
berkata: Wahai Nabi Allah! Sebaiknya engkau menggunakan permadani yang lebih
baik dari ini. Maka beliaupun bersabda : Aku tidak butuh dunia, perumpamaan aku
dengan dunia tidak lebih seperti seorang yang berkendaraan berangkat
berjalan di siang panas yang terik, lalu bernaung di bawah pohon beberapa saat
dari siang hari, kemudian beristirahat dan meninggalkannya.
Penjelasan Hadits / شرح الحديث :
Penjelasan Hadits / شرح الحديث :
Dalam hadits
yang mulia ini Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam menjelaskan umur
dunia dibandingkan akherat. Dunia ini ditempati beberapa saat saja dari waktu
siang. Beliau shallallahu’alaihiwasallam memberikan perumpamaan agar
dapat tertanam dalam kalbu setiap muslim tentang hakekat dunia. Beliau
menegaskan sikap yang benar terhadap dunia dengan ungkapan: perumpamaan aku
dengan dunia tidak lebih seperti seorang yang berkendaraan berangkat
berjalan di siang panas yang terik, lalu bernaung di bawah pohon beberapa saat
dari siang hari, kemudian beristirahat dan meninggalkannya.
Demikianlah
seharusnya seorang muslim bersikap seperti seorang yang sedang bepergian kesatu
tempat, lalu karena kelelahannya akibat beratnya kehidupan dunia ini, ia
beristirahat sebentar untuk mengembalikan kembali kebugarannya dengan mengambil
dan memanfaatkan kenikmatan dunia sesuai kebutuhannya untuk melanjutkan
perjalannya menuju akherat. Seorang Muslim tidak boleh terpedaya dengan
kehidupan dan perhiasan dunia sebab dunia ini fana dan akan ia tinggalkan hanya
dalam waktu beberapa saat saja, sebagaimana diungkapkan Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam
dengan berisitirahat dibawah pohon.
Sudah
seharusnya seorang muslim mencari penghidupan dunia dan kekayaannya dengan
memenuhi dua hal:
Pertama:
mencari dan memperolehnya dengan jalan yang telah disyariatkan islam dan tidak
sama sekali melanggar larangan syari’at.
Kedua:
Menjadikan dunia dan perhiasannya sekedar ada ditangannya tidak sampai masuk ke
kalbunya. Hal ini berarti kekayaan dan harta duniawi dicari dan diperoleh dalam
rangka mencari keridhaan Allah semata dan dikeluarkan hanya dijalan Allah.
Sehingga kalbunya tetap berada diatas ketaatan Allah walaupun kekayaan dan
perhiasan dunia ada digenggamannya.
Marilah
semua kekayaan dan harta yang kita miliki dipergunakan di jalan Allah, karena
kehidupan dunia ini hanya sebentar saja dan perjalanan mencapai syurga Allah
sangat panjang sekali.
Beberapa
Pelajaran dari Hadits ini.
Kita dapat
mengambil mutiara pelajaran dari hadits ini, diantaranya:
- Dunia ini hanyalah sementara dan akan hilang, sebagaimana dijelaskan Allah ketika mengisahkan perkataan seorang mukmin dari keluarga dan pengikut Fir’aun yang mengatakan: Hai kaumku, Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan Sesungguhnya akhirat Itulah negeri yang kekal. (Qs. Ghaafir/40 : 39).
- Manusia hidup didunia ini hanya bagian dari perjalanannya yang jauh menuju negeri akherat. Karena itu yang berhenti di dunia ini dan menjadikannya sebagai tujuan maka akan tersesat dan tidak akan selamat dalam perjalanan tersebut.
- Dunia dan kekayaannya boleh dinikmati dan dimiliki namun jangan sampai memalingkan pemiliknya dari ibadah kepada Allah yang merupakan tujuan keberadaannya.
- Anjuran bersikap zuhud dengan menjadikan harta dan kekayaan dunia sebagai sarana mencapai kehidupan akherat yang abadi dengan mengeluarkan dan membelanjakannya di jalan Allah.
- Bersikap waspada terhadap kecenderungan dan kecintaan terhadap dunia serta lalai dari perjumpaan kepada Allah di hari kiamat.
- Hendaknya sabar dalam menghadapi kesulitan dan penderitaan hidup sampai berjumpa dengan Allah di alam akherat nanti.
- Menggunakan perumpamaan dalam pengajaran merupakan satu perkara yang penting dalam menanamkan satu ilmu dan informasi kepada anak didik.
0 komentar:
Posting Komentar