بسم الله الرحمن الرحيم
MENCINTAI DAN
MENGAGUNGKAN SUNNAH NABI r
Sunnah Rasulullah r, yang berarti
segala sesuatu yang bersumber dari Rasulullah r, baik ucapan,
perbuatan maupun penetapan beliau r[1], memiliki kedudukan yang sangat agung dalam Islam, karena
Allah I menjadikan sunnah Rasulullah r sebagai
penjelas dan penjabar dari al-Qur'an yang mulia, yang merupakan sumber utama
syariat Islam. Oleh karena itu, tanpa memahami sunnah Rasulullah r dengan baik,
seseorang tidak mungkin dapat menjalankan agama Islam dengan benar.
Allah I berfirman:
{وأنزلنا إليك الذكر لتبين للناس ما نزل
إليهم ولعلهم يتفكرون}
"Dan Kami turunkan kepadamu
al-Qur'an, agar kamu menerangkan kepada manusia apa yang telah diturunkan
kepada mereka (dari Allah I), supaya mereka memikirkan" (QS an-Nahl:44).
Ketika Ummul mu'minin 'Aisyah t ditanya tentang
ahlak (tingkah laku) Rasulullah r, beliau menjawab: "Sungguh akhlak Rasulullah r adalah
al-Qur'an"[2].
Ini berarti bahwa Rasulullah r adalah orang yang paling sempurna dalam memahami dan
mengamalkan isi al-Qur'an, menegakkan hukum-hukumnya dan menghiasi diri dengan
adab-adabnya[3].
Maka orang yang paling sempurna dalam memahami dan mengamalkan sunnah
Rasulullah r, dialah yang paling sempurna dalam berpegang teguh
dan mengamalkan al-Qur'an dan agama Islam secara keseluruhan.
Imam Ahmad bin Hambal – semoga
Allah U merahmatinya – berkata: "(Termasuk) landasan
(utama) sunnah (syariat Islam) menurut (pandangan) kami (Ahlus sunnah wal
jama'ah) adalah: bahwa sunnah Rasulullah r adalah penafsir dan argumentasi (yang menjelaskan
makna) al-Qur'an"[4].
Oleh karena itulah, para ulama
Ahlus sunnah wal jama'ah mendefinisikan sunnah Rasulullah r sebagai sesuatu
yang mencakup syariat Islam secara keseluruhan, baik ucapan, perbuatan maupun
keyakinan[5].
Imam Abu Muhammad al-Barbahari[6]
berkata: "Ketahuilah, bahwa Islam itu adalah sunnah dan sunnah itu dialah
Islam, yang masing-masing dari keduanya tidak akan tegak tanpa ada yang
lainnya"[7].
Arti mencintai dan mengagungkan sunnah Rasulullah r yang sebenarnya
Allah Y berfirman:
{قل إن كنتم تحبون الله فاتبعوني يحببكم الله ويغفر لكم ذنوبكم والله
غفور رحيم}
"Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, maka
ikutilah (sunnah/petunjuk)ku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni
dosa-dosamu, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (QS Ali 'Imran:31).
Imam Ibnu Katsir, ketika menafsirkan ayat ini berkata: "Ayat yang
mulia ini merupakan hakim (pemutus perkara) bagi setiap orang yang mengaku
mencintai Allah, akan tetapi dia tidak mengikuti jalan (sunnah) Rasulullah r, maka dia
adalah orang yang berdusta dalam pengakuan tersebut dalam masalah ini, sampai
dia mau mengikuti syariat dan agama (yang dibawa oleh) Nabi Muhammad r dalam semua
ucapan, perbuatan dan keadaannya"[8].
Imam al-Qadhi 'Iyadh
al-Yahshubi berkata: "Ketahuilah bahwa barangsiapa yang mencintai sesuatu,
maka dia akan mengutamakannya dan berusaha meneladaninya. Kalau tidak demikian,
maka berarti dia tidak dianggap benar dalam kecintaanya dan hanya mengaku-aku
(tanpa bukti nyata). Maka orang yang benar dalam (pengakuan) mencintai
Rasulullah r adalah jika terlihat tanda (bukti) kecintaan tersebut
pada dirinya. Tanda (bukti) cinta kepada Rasulullah r yang utama
adalah (dengan) meneladani beliau r, mengamalkan sunnahnya, mengikuti semua ucapan dan
perbuatannya, melaksanakan segala perintah dan menjauhi larangannya, serta
menghiasi diri dengan adab-adab (etika) yang beliau (contohkan), dalam keadaan
susah maupun senang dan lapang maupun sempit"[9].
Berdasarkan keterangan di atas,
jelaslah bahwa mencintai dan mengagungkan sunnah Rasulullah r yang sebenarnya
adalah dengan meneladani petunjuk dan sunnah beliau r, dengan
berusaha mempelajari dan mengamalkannya dengan baik. Dan bukanlah mencintai dan
mengagungkan sunnah Rasulullah r dengan melakukan perbuatan-perbuatan bid'ah[10]
dengan mengatasnamakan cinta kepada beliau r, atau memuji
dan mensifati beliau r secara berlebihan, dengan menempatkan beliau r melebihi
kedudukan yang telah Allah I tempatkan beliau padanya[11].
Dalam sebuah hadits shahih
Rasulullah r bersabda: "Janganlah kalian memuji diriku secara
berlebihan dan melampaui batas, sebagaimana orang-orang nasrani melampaui batas
dalam memuji (Nabi Isa) bin Maryam, karena sesungguhnya aku hanyalah seorang
hamba Allah, maka katakanlah: hamba Allah dan Rasul-Nya"[12].
Inilah makna cinta kepada
Rasulullah r yang dipahami dan diamalkan oleh generasi terbaik
umat ini, para sahabat y. Anas bin Malik t berkata: "Tidak ada seorangpun yang paling
dicintai oleh para sahabat Rasulullah r melebihi beliau r, akan tetapi jika mereka melihat beliau r, mereka tidak
berdiri (untuk menghormati beliau r), karena mereka mengetahui bahwa Rasulullah r membenci
perbuatan tersebut"[13].
Bagaimana menyempurnakan cinta kepada sunnah Nabi r dalam diri
kita?
Imam Ibnu Rajab al-Hambali
membagi derajat (tingakatan) cinta kepada Rasulullah r menjadi dua
tingakatan, yang berarti dengan menyempurnakan dua tingkatan ini seorang akan memiliki
kecintaan yang sempurna kepada sunnah Rasulullah r, yang ini
merupakan tanda kesempurnaan iman dalam dirinya.
Dua tingkatan tersebut adalah:
1- Tingkatan yang fardhu (wajib),
yaitu kecintaan (kepada Rasulullah r) yang mengandung konsekwensi menerima dan mengambil
semua petunjuk yang dibawa oleh Rasulullah r dari sisi Allah
dengan (penuh rasa) cinta, ridha, hormat dan patuh, serta tidak mencari
petunjuk dari selain jalan (sunnah) beliau r secara utuh. Kemudian
mengikuti dengan baik agama yang beliau r sampaikan dari Allah, dengan membenarkan semua berita
yang beliau sampaikan, mantaati semua kewajiban yang beliau perintahkan,
maninggalkan semua perbuatan haram yang dilarangnya, serta menolong dan
berjihad (membela) agamanya, sesuai dengan kemampuan unutk (mengahadapi)
orang-orang yang menentangnya. Tingkatan ini harus dipenuhi (oleh setiap
muslim) dan tanpanya keimanan (seseorang) tidak akan sempurna.
2- Tingkatan fadhl (keutamaan/kemuliaan),
yaitu kecintaan (kepada Rasulullah r) yang mengandung konsekwensi meneladani beliau r dengan baik,
mengikuti sunnah beliau r dengan benar, dalam tingkah laku, adab (etika), ibadah-ibadah
sunnah (anjuran), makan, minum, pakaian, pergaulan yang baik dengan keluarga,
serta semua adab beliau r yang sempurna dan akhlak beliau yang suci. Demikian
juga memberikan perhatian (besar) untuk memahami sejarah dan perjalanan hidup
beliau r, rasa senang dalam hati dengan mencintai,
mengagungkan dan memuliakan beliau r, senang mendengarkan ucapan (hadits) beliau r, dan selalu
(mendahulukan) ucapan beliau r di atas ucapan selain beliau. Dan termasuk yang
paling utama dalam tingkatan ini adalah meneladani beliau r sikap zuhud
beliau terhadap dunia, mencukupkan diri dengan hidup seadanya (sederhana) di
dunia, dan kecintaan beliau r kepada (balasan yang sempurna) di akhirat
(kelak)"[14].
Keutamaan mengikuti sunnah Rasulullah r
Allah U berfirman:
{لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ
كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا}
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (balasan
kebaikan pada) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah" (QS al-Ahzaab:21).
Ayat yang mulia ini menunjukkan
kemuliaan dan keutamaan besar mengikuti sunnah Rasulullah r, karena Allah I sendiri yang
menamakan semua perbuatan Rasulullah r sebagai
"teladan yang baik", yang ini menunjukkan bahwa orang yang
meneladani sunnah Rasulullah r berarti dia telah menempuh ash-shirathal mustaqim
(jalan yang lurus) yang akan membawanya mendapatkan kemuliaan dan rahmat Allah Y[15].
Ketika menafsirkan ayat ini,
imam Ibnu Katsir berkata: "Ayat yang mulia ini merupakan landasan yang
agung dalam meneladani Rasulullah r dalam semua ucapan, perbuatan dan keadaan beliau r"[16].
Kemudian firman Allah U di akhir ayat
ini mengisyaratkan satu faidah yang penting untuk direnungkan, yaitu
keterikatan antara meneladani sunnah Rasulullah r dengan
kesempurnaan iman kepada Allah dan hari akhir, yang ini berarti bahwa semangat
dan kesungguhan seorang muslim untuk meneladani sunnah Rasulullah r merupakan
pertanda kesempurnaan imannya.
Syaikh Abdurrahman as-Sa'di ketika
menjelaskan makna ayat di atas berkata: "Teladan yang baik (pada diri
Rasulullah r) ini, yang akan mendapatkan taufik (dari Allah I) untuk
mengikutinya hanyalah orang-orang yang mengharapkan (rahmat) Allah dan (balasan
kebaikan) di hari akhir. Karena (kesempurnaan) iman, ketakutan pada Allah, serta
pengharapan balasan kebaikan dan ketakutan akan siksaan Allah, inilah yang
memotivasi seseorang untuk meneladani (sunnah) Rasulullah r".
Penutup
Dari keterangan di atas,
jelaslah bagi kita makna mencintai sunnah Rasulullah r yang sebenarnya,
dan jelaslah besarnya keutamaan dan kemuliaan mengikuti sunnah beliau r.
Maka mestinya, seorang muslim
yang mengaku mencintai Rasululah r, terlebih lagi yang mengaku sebagai ahlus sunnah wal
jama'ah, adalah orang yang paling semangat dalam mempelajari dan menerapkan
sunnah Rasulullah r dalam sikap dan tingkah lakunya. Khususnya, di jaman
sekarang ketika sunnah Rasulullah r menjadi asing dan jarang diamalkan ditengah-tengah
kaum muslimin sendiri. Karena seorang muslim yang mengamalkan satu sunnah
Rasulullah r yang telah dilupakan, dia akan mendapatkan dua
keutamaan (pahala) sekaligus, yaitu keutamaan mengamalkan sunnah itu sendiri
dan keutamaan menghidupkannya di tengah-tengah manusia yang telah melupakannya.
Syaikh Muhammad bih Shaleh
al-'Utsaimin berkata: "Sesungguhnya sunnah Rasulullah r jika semakin
dilupakan, maka (keutamaan) mengamalkannya pun semakan kuat (besar), karena (orang
yang mengamalkannya) akan mendapatkan keutamaan mengamalkan (sunnah itu
sendiri) dan (keutamaan) menyebarkan (menghidupkan) sunnah dikalangan
manusia"[17].
Sebagai penutup, marilah kita camkan bersama nasehat imam al-Khatiib al-Baghdadi[18]
berikut ini: “seyogyanya para penuntut ilmu hadits (pengikut manhaj ahlus
sunnah wal jama'ah), (berusaha untuk) membedakan dirinya dari kebiasaan
orang-orang awam dalam semua urusan (tingkah laku dan sikap)nya, dengan
(berusaha) mengamalkan petunjuk Rasulullah r semaksimal
mungkin, dan membiasakan dirinya mengamalkan sunnah-sunnah beliau r, karena
sesungguhnya Allah I berfirman :
{لقد كان لكم في رسول الله أسوة حسنة}
“Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu” (QS Al Ahzaab: 21)”.
وصلى الله
وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب
العالمين
Kota Nabi r, 15 Jumadal
ula 1430 H
Abdullah bin
Taslim Al Buthoni
[6] Beliau adalah imam panutan umat, Hasan bin 'Ali bin
Khalaf al-Barbahari al-Bagdadi (wafat 328 H), biografi beliau dalam kitab
"Siyaru a'laamin nubala'" (15/90).
[10] Semua perbuatan yang diada-adakan dengan tujuan untuk
mendekatkan diri kepada Allah, yang tidak dicontohkan oleh RAsulullah r.
[13] HR at-Tirmidzi (5/90) dan Ahmad (3/132), dinyatakan
shahih oleh at-Tirmidzi dan syaikh al-Albani.
0 komentar:
Posting Komentar