yufid.com

Sabtu, 22 Oktober 2011

PANDANGAN ISLAM TERHADAP BULAN SURO/muharam

Posted by Abu Abdillah Riza Firmansyah On 01.28 No comments
Muharrom adalah bulan pertama dari kalender hijriyah yang telah disepakati oleh kholifah yang ke-dua Umar bin Al Khotthob  yang dikenal oleh orang jawa dengan sebutan suro adalah bulan yang keramat sehingga mereka tidak berani melakukan beberapa hajatan seperti pernikahan karena mereka berkeyakinan menikah pada bulan suro akan menimbulkan petaka dan kesengsaraan. Acara lainnya juga yang sudah menjadi tradisi orang jawa khususnya di solo yaitu mencari berkah kepada kerbau yang diberi nama dengan kyai slamet.
Di lain tempat pada tanggal 1 sampai 10 muharrom kaum syi'ah terutama di Iran mengadakan suatu acara untuk memperingati kematian imam Husain bin Ali bin abi tholib di Karbala, mereka mengadakan pawai besar-besaran di jalan menuju ke al Husainiyah dengan membuka baju dan memukul-mukul dada dan punggungnya sampai luka memar dan diakhiri dengan acara puncaknya yaitu melukai kepalanya dengan pedang sampai berdarah. Mereka yang melakukan ritual-ritual tersebut di atas dan mungkin masih banyak lagi ritual lainnya di masing-masing daerah seperti membuat makanan-makanan khusus dengan disertai keyakinan-keyakinan tertentu yang hal itu dilakukan oleh orang-orang islam sendiri yang pada dasarnya amalan-amalan itu bukan dari islam.

Oleh karena itu kami berusaha mengajak para masyarakat agar benar-benar memegang ajaran islam sesuai dengan dalil-dalil yang sah dengan pemahaman para sahabat dan tidak terpengaruh dari hal-hal yang baru di dalam agama atau mengikuti cara-cara ibadah orang-orang yahudi dan kristen.
Maka dalam hal ini islam memandang bahwa;

MUHARROM ADALAH BULAN YANG MULIA 

Alloh  berfirman:


"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, Maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu".[QS. At-Taubah: 36]
Syaikh Abdurrohman bin Nashir As-Sa'di rahimahulloh menafsirkan: "Empat bulan tersebut adalah rojab, dzulqo'dah, dzulhijjah, dan muharrom. Dinamakan harom karena kemuliaan yang lebih dan diharamkannya peperangan pada bulan tersebut". [Taisir karim ar-Rohman fi tafsir al-kalam al-Mannan hal. 296]
Al-Hasan Al-Bashri rahimahulloh berkata: "Sesungguhnya Alloh membuka tahun dengan bulan harom (muharrom) dan menutupnya juga dengan bulan harom (dzulhijjah). Tidak ada bulan yang paling mulia di sisi Alloh setelah romadhon (selain bulan-bulan harom ini). Pada bulan muharrom ini terdapat hari yang pada hari itu terjadi peristiwa besar dan pertolongan yang nyata, menangnya kebenaran mengalahkan kebatilan, dimana Alloh telah menyelamatkan Nabi Musa  dan kaumnya serta menenggelamkan fir'aun dan kaumnya. Hari tersebut memiliki keutamaan yang agung dan kemuliaan yang abadi sejak dulu, dia adalah hari kesepuluh yang dinamakan asyuro'. [Durus 'aamm oleh Abdul Malik Al-Qosim hal. 10]

DISYARI'ATKANNYA PUASA ASYURO' 
Dalil dari hadits

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنَ عَبَّاسٍ - رضى الله عنهما - يَقُولُ حِينَ صَامَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ - إِنْ شَاءَ اللَّهُ - صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ ». قَالَ فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّىَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-. 
Dari Abdulloh bin 'Abbas , tatkala Rasululloh  puasa asyuro' dan memerintahkannya, para sahabat berkata: "Wahai Rasululloh, ini adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nasrani (kristen)". Maka beliau bersabda: "Tahun depan insya Alloh kita akan berpuasa hari kesembilan". Ibnu 'Abbas berkata: "Tahun berikutnya belum datang sedangkan Rasululloh  meninggal". [HR. Muslim 2722, Abu Dawud 2447, dll]
Imam Nawawi Rahimahulloh berkata: "Jumhur ulama salaf dan kholaf berpendapat bahwa hari asyuro' adalah hari kesepuluh". [Syarh shohih Muslim 9 hal. 205]

Kesimpulan: 
Disunnahkan hukumnya melaksanakan puasa asyuro' yaitu pada tanggal 9 dan 10 muharrom berdasarkan jumhur ulama sebagaimana yang dikatakan oleh imam Nawawi di dalam Syarh Shohih Muslim halaman 205: "Asy-Syafi'i dan para sahabatnya, Ahmad, Ishaq bin Rahuyah dan selainnya berpendapat disunnahkan untuk berpuasa hari kesembilan dan kesepuluh karena Nabi  berniat untuk berpuasa pada hari kesembilan disamping puasa pada hari kesepuluh". Diperkuat lagi dengan perkataan Al-'Allamah Muhammad Shiddiq Hasan Khon rahimahulloh: "Kebanyakan para ulama menyunahkan untuk berpuasa pada hari 9 dan 10".[Raudhotun Nadiyyah hal. 558]

KEUTAMAAN PUASA ASYURO' 

Keutamaan yang agung setelah romadhon. 

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ - رضى الله عنهما - وَسُئِلَ عَنْ صِيَامِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ. فَقَالَ مَا عَلِمْتُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- صَامَ يَوْمًا يَطْلُبُ فَضْلَهُ عَلَى الأَيَّامِ إِلاَّ هَذَا الْيَوْمَ وَلاَ شَهْرًا إِلاَّ هَذَا الشَّهْرَ يَعْنِى رَمَضَانَ.
Ibnu 'Abbas  ditanya tentang puasa asyuro' dan menjawab: "Saya tidak mengetahui bahwa Rasululloh  berpuasa pada hari yang paling dicari keutamaannya selain hari ini (asyuro') dan bulan romadhon". [HR. Bukhori 2006, Muslim 2718-hadits di atas lafazh Muslim-, Shohih At-Targhib wat Tarhib 1019]

 Puasa Asyuro' menghapus dosa-dosa kecil setahun yang lalu.

وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ « يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ 
Rasululloh  pernah ditanya tentang puasa asyuro' maka beliau menjawab: "Menghapuskan dosa setahun yang lalu". [HR. Muslim 2804, Ahmad 22570, At-Tirmidzi 757, An-Nasa`I 2800, dll]

 Puasa syuro' adalah puasa yang paling utama setelah puasa romadhon.

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ - رضى الله عنه - قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ ». 
Dari Abu Hurairoh  berkata, Rasululloh  bersabda: "Puasa yang paling afdhol setelah romadhon adalah bulan muharrom, dan sholat yang paling afdhol setelah sholat fardhu adalah sholat malam". [HR. Muslim 2812, Ahmad 8515]

HADITS-HADITS LEMAH DAN PALSU SEPUTAR ASYURO' 

1. ( لَيْسَ لِيَوْمٍ فَضْلٌ عَلىَ يَوْمٍ فِي الصِّيَامِ إِلاَّ شَهْرُ رَمَضَانَ وَيَوْمُ عَاشُوْرَاءَ )
"Tidak ada suatu haripun yang memiliki keutamaan dalam puasa kecuali bulan romadhon dan hari asyuro'". [Mungkar. Lihat Silsilah Al-Ahadits Ad-Dho'ifah 285]

2. ( مَنِ اكْتَحَلَ بِالإِثْمِدِ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ لمَ ْيَرْمِدْ أَبَدًا ) "Barangsiapa yang memakai celak pada hari asyuro' maka dia tidak akan sakit mata selamanya". [Palsu. Silsilah Al-Ahadits Ad-Dho'ifah 624]

3. ( فَلْقُ البَحْرِ لِبَنِي إِسْرَائِيْلَ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ ) "Peristiwa terbelahnya lautan bagi Bani Israil adalah pada hari asyuro'". [Palsu. Silsilah Al-Ahadits Ad-Dho'ifah 1499]

4. ( عَاشُوْرَاءُ يَوْمَ التَّاسِعِ ) "Asyuro' adalah hari kesembilan". [Palsu. Silsilah Al-Ahadits Ad-Dho'ifah 3849]

5. ( عَاشُوْرَاءُ عِيْدُ نَبِيٍّ كَانَ قَبْلَكُمْ ، فَصُوْمُوْا أَنْتُمْ ) "Asyuro' adalah perayaan 'id nya nabi sebelum kalian, maka berpuasalah kalian". [Lemah. Silsilah Al-Ahadits Ad-Dho'ifah 3851]

6. ( مَنْ وَسَّعَ عَلَى عِيَالِهِ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ ؛ وَسَّعَ اللهُ عَلَيْهِ سَائِرَ سَنَتِهِ ) "Barangsiapa yang melapangkan keluarganya pada hari asyuro', maka Alloh akan melapangkan baginya pada seluruh tahunnya". [Lemah. Silsilah Al-Ahadits Ad-Dho'ifah 6824]
Disebutkan pula sebelumnya oleh imam Suyuthi tentang hadits-hadits semisal di atas bahwasanya riwayatnya palsu. Lihat Al-La`ali al-mashnu'ah fil ahadits al maudhu'ah oleh Jalaluddin as-Suyuthi 2/93, Tanzih as-Syari'ah al-marfu'ah oleh Abul Hasan Al-Kinani 2/148.

KOMENTAR PARA ULAMA'

Ibnul Hajj rahimahulloh berkata: ”Termasuk bid'ah asyuro' orang menyengaja mengeluarkan zakat di awal waktu dan diakhirnya. Dan mengkhususkan menyembelih ayam dan para wanita memakai inai (pacar)" [Al-Madkhol jilid 1]

Ibnul Qoyyim rahimahulloh berkata: "Diantara hadits-hadits yang batil adalah hadits tentang memakai celak pada hari asyuro', berhias, banyak berinfaq kepada keluarga, sholat, dan amalan-amalan lainnya yang memiliki keutamaan". Ibnu Rojab rahimahulloh berkata: "Adapun dijadikannya hari asyuro' sebagai acara jamuan makan seperti yang dilakukan oleh syi'ah rofidhoh karena untuk memperingati terbunuhnya al-Husain bin Ali maka ini adalah amalan yang sia-sia sedangkan dia menyangka telah berbuat kebaikan".[Durus 'Aamm hal. 11-12]

PENUTUP
Mudah-mudahan Alloh  senantiasa membukakan mata hati kita untuk mengikuti dalil dan menjauhkan kita dari amalan-amalan batil yang dianggap baik oleh perasaan. Dan semoga kita tidak termasuk orang-orang yang Alloh  kabarkan di dalam ayatNya: "Yaitu orang-orang yang Telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya".[QS. Al-Kahfi: 104] Sumber bacaan: Latho-if al-Ma'arif oleh Ibnu Rojab, al-Mausu-ah Al-Fiqhiyyah Al-Muyassaroh oleh Masyhur Hasan Salman, Risalah fi ahadits syahrillah al-muharrom oleh Abdulloh al-Fauzan, al-Maktabah as-Syamilah, Majalah Al-Furqon Edisi 6 Th. I Muharrom 1422 dari makalah Ust. Abu Nu'aim-rahimahulloh-, dan lain-lain.

0 komentar:

Cari Artikel Hidayahsalaf