yufid.com

Sabtu, 22 Juli 2017

Arti Hadits Setiap Anak dilahirkan di atas Fitrah

Posted by Abu Abdillah Riza Firmansyah On 12.17 No comments

Arti Hadits Setiap Anak dilahirkan di atas Fitrah

Fatwa Nomor6334
Pertanyaan: Nabi Shallallahu `Alaihi wa Sallam bersabda: http://www.alifta.net/_layouts/images/UserControl-Images/MEDIA-H2.GIF Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Majusi, atau Nasranihttp://www.alifta.net/_layouts/images/UserControl-Images/MEDIA-H1.GIF Dan di dalam hadits lain dikatakan http://www.alifta.net/_layouts/images/UserControl-Images/MEDIA-H2.GIF Menetapkan rejekinya, amalnya dan nasibnya kelak apakah akan menjadi orang celaka atau bahagiahttp://www.alifta.net/_layouts/images/UserControl-Images/MEDIA-H1.GIF Mohon perincian dan penjelasan tentang kedua hadits tersebut serta apa perbedaan antara keduanya?
Jawaban: Pertama, hadits http://www.alifta.net/_layouts/images/UserControl-Images/MEDIA-H2.GIF Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah hingga lisannya bisa berbicara. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.http://www.alifta.net/_layouts/images/UserControl-Images/MEDIA-H1.GIF Diriwayatkan oleh al-Baihaqi
(Nomor bagian 3; Halaman 525)
dan ath-Thabrani di dalam al-Mu`jam al-Kabiir. Imam Muslim meriwayatkan dengan redaksi http://www.alifta.net/_layouts/images/UserControl-Images/MEDIA-H2.GIF Setiap manusia dilahirkan oleh ibunya dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.http://www.alifta.net/_layouts/images/UserControl-Images/MEDIA-H1.GIF Sedangkan ImamBukhari meriwayatkan dengan redaksi http://www.alifta.net/_layouts/images/UserControl-Images/MEDIA-H2.GIF Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi, seperti hewan yang melahirkan anaknya, apakah kamu pernah melihat hewan yang dilahirkan tersebut tidak mempunyai telinga?!http://www.alifta.net/_layouts/images/UserControl-Images/MEDIA-H1.GIF
Ini artinya bahwa berdasarkan fitrahnya, manusia mempunyai potensi untuk menerima Islam, akan tetapi untuk merealisasikannya ia harus mempelajarinya. Maka orang yang telah ditakdirkan oleh Allah menjadi golongan orang-orang yang bahagia, Allah menyediakan baginya orang yang mengajarkan jalan kebenaran, sehingga ia pun benar-benar siap menjadi orang yang bahagia. Sedangkan orang yang diabaikan oleh Allah dan Dia jadikan orang yang sengsara, maka Allah membuat sebab yang mengubah fitrahnya dan menyimpangkan tekadnya, seperti kedua orang tua yang membuat anak mereka menjadi orang Yahudi, Nasrani atau Majusi.
Kedua: Di dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim dari Abdullah bin Mas`ud radhiyallahu `anhu, ia berkata Rasulullah Shallallahu `Alaihi wa Sallam --beliau adalah sosok yang jujur dan dapat dipercaya-- bersabda http://www.alifta.net/_layouts/images/UserControl-Images/MEDIA-H2.GIF Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya selama empat puluh hari dalam bentuk setetes mani. Kemudian berubah menjadi segumpal darah selama empat puluh hari. Kemudian menjadi segumpal daging selama empat puluh hari. Kemudian seorang malaikat diutus kepadanya, lantas ia meniupkan ruh kepadanya. Malaikat tersebut diperintahkan untuk menetapkan empat perkara; menetapkan rejekinya, ajalnya, amalnya, dan nasib celaka atau bahagianya. Demi Allah yang tidak ada Tuhan selain-Nya, sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan penghuni surga hingga jarak antara dirinya dan surga tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, lantas dia melakukan perbuatan penghuni neraka maka masuklah dia ke dalam neraka. Sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan penghuni neraka hingga jarak antara dirinya dan neraka tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, lantas dia melakukan perbuatan penghuni surga maka masuklah dia ke dalam surga.http://www.alifta.net/_layouts/images/UserControl-Images/MEDIA-H1.GIF
(Nomor bagian 3; Halaman 526)
Arti dari ditetapkannya nasib celaka dan bahagia adalah keduanya telah ditetapkan secara azali sesuai ilmu Allah dan bahwa akhir dari kehidupan adalah sesuai dengan apa yang ada di dalam ilmu Allah.
Ketiga: Jika merenungi makna hadits yang pertama dan kedua dengan memperhatikan obyek pertanyaan, maka tidak ada kontradiksi antara keduanya. Karena berdasarkan fitrahnya, manusia memiliki potensi untuk mengikuti kebaikan, sehingga apabila dalam ilmu Allah dan dalam akhir hidupnya dia termasuk golongan orang-orang yang bahagia, maka Allah menyiapkan untuknya orang yang menunjukkan jalan kebenaran kepadanya. Namun apabila dalam ilmu Allah ia termasuk dalam golongan orang-orang yang sengsara, maka Allah menyiapkan orang yang mengalihkannya dari jalan yang benar, menemaninya dan mendukungnya ke jalan kesesatan, serta terus menyertainya hingga hidupnya ditutup dengan akhir yang buruk.
Terdapat banyak teks agama yang menyebutkan tentang ketetapan Allah yang telah terdahulu tentang kebahagiaan dan kesengsaraan. Di dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim dari Ali radhiyallahu `anhu dari Nabi Shallallahu `Alaihi wa Sallam, bahwasanya beliau bersabda: http://www.alifta.net/_layouts/images/UserControl-Images/MEDIA-H2.GIF Tidak ada seorang pun dari manusia yang dilahirkan melainkan Allah telah menetapkan tempatnya di surga atau neraka, dan telah Allah tetapkan sebagai orang yang sengsara atau orang yang bahagia." Lalu seseorang berkata, "Wahai Rasulullah, jika demikian apa tidak sebaiknya kita diam saja mengikuti ketetapan yang telah digariskan untuk kita dan kita tidak perlu beramal?" Maka Rasulullah Shallallahu `Alaihi wa Sallam bersabda, "Berbuatlah, karena setiap orang telah dimudahkan untuk melakukan apa yang telah ditetapkan padanya. Golongan orang-orang yang bahagia, mereka dimudahkan untuk melakukan amal perbuatan orang-orang yang bahagia. Sedangkan golongan orang-orang yang sengsara, mereka dimudahkan untuk melakukan amal perbuatan orang-orang yang sengsara." Kemudian beliau membaca ayat: http://www.alifta.net/_layouts/images/UserControl-Images/MEDIA-B1.GIF Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, (5) dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga),http://www.alifta.net/_layouts/images/UserControl-Images/MEDIA-B2.GIF ( Al-Lail: 4-5 ).http://www.alifta.net/_layouts/images/UserControl-Images/MEDIA-H1.GIF
(Nomor bagian 3; Halaman 527)
Di dalam hadits ini dijelaskan bahwa bahagia dan celaka telah ditetapkan sejak dahulu kala dan keduanya ditetapkan berdasarkan amal perbuatan. Hadits tersebut juga menjelaskan bahwa setiap manusia dimudahkan untuk melakukan amal perbuatan yang menjadi sebab bahagia atau celaka.
Wabillahittaufiq, wa Shallallahu `Ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.

0 komentar:

Cari Artikel Hidayahsalaf