yufid.com

Sabtu, 11 Juli 2015

Tanda-tanda malam lailatul qadar

Posted by Abu Abdillah Riza Firmansyah On 10.15 No comments

LAILATUL QADAR

Defenisi Lailatul Qadar:
Sebuah malam dari malam-malam sepuluh terakhir dari bulan Ramadhan, diturunkan di dalamnya takdir-takdir seluruh makhluk ke langit dunia, Allah mengabulkan doa di dalamnya dan ia adalah malam yang telah diturunkan Al Quran yang Agung. Lihat Mu'jam lughat al-Fuqaha, hal: 326.

قَالَ رَسُولُ اللهِ - صلى الله عليه وسلم - : إِنِّي كُنْتُ أُرِيتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ ، ثُمَّ نُسِّيتُهَا ، وَهِيَ فِي الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ ، وَهِيَ طَلْقَةٌ بَلْجَةٌ لاَ حَارَّةٌ وَلاَ بَارِدَةٌ ، كَأَنَّ فِيهَا قَمَرًا يَفْضَحُ كَوَاكِبَهَا لاَ يَخْرُجُ شَيْطَانُهَا حَتَّى يَخْرُجَ فَجْرُهَا."
 Rasululloh shallallohu`alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya aku diperlihatkan lalilatul Qadar kemudian dilupakan dariku dan ia ada di sepuluh terakhir (dari bulan Ramadhan) dan ia adalah malam yang baik dan cerah, tidak panas dan tidak pula dingin, seakan-akan di dalamnya ada bulan purnama yang menerangi bintang-bintang, syetan-syetan tidak keluar sampai terbit fajar". HR. Ibnu Khuzaimah, 3/330 dan dishahihkan oleh al-Albani di dalam koreksian beliau akan shahih Ibnu Khuzaimah, 3/330.
ليلة طلقة لا حارة و لا باردة تصبح الشمس يومها حمراء ضعيفة
Artinya: "Lailatul Qadar tidak panas tidak juga dingin matahari pagi harinya bersinar lemah kemerah-merahan". HR. Ibnu Khuzaimah, 3/332 dan dishahihkan oleh al-Albani di dalam Shahih al-Jami', no. 5351.


Merahasiakan Lailatul qadar bagi yang mendapatkannya
Para Ulama telah sepakat bahwasanya dianjurkan bagi orang yang melihat lailatul qadar agar merahasiakannya”
[Fathul Bari 4/268, Al Majmu` 6/461, Ibnu Abidin 2/137
Dan hikmah dari merahasiakannya sebagaimana yang telah disebutkan oleh Ibnu Hajar ketika menukil Al Hawi bahwasanya hal itu merupakan karomah dan karomah selayaknya dirahasiakan dikarenakan orang tidak aman dari riya`”.[Al Muhadzdzab fi Tafsir Juz `Amma oleh Ali bin Nayif Asy Syahud 1/835]

Disebutkan juga oleh sebagian Ulama tentang tanda-tanda lainnya:
Yakni cahaya akan bertambah terang pada malam itu, ketenangan hati, dan kelapangan dada seorang mukmin”

Tanda-tanda yang tidak benar:
Al Hafizh berkata: “Ath Thobari telah menyebutkan tentang sekelompok orang bahwa pohon-pohon pada malam itu jatuh ke tanah kemudian kembali ke tempat tumbuhnya, dan segala sesuatu akan bersujud pada malam itu”.
Dan sebagian mereka menyebutkan bahwasanya air asin berubah menjadi manis pada malam lailatul qadar. ini tidak benar.
Dan sebagian mereka menyebutkan bahwasanya anjing-anjing tidak menggonggong pada malam itu dan tidak terlihat bintang-bintang. Dan ini tidak benar.
[I`anatul Muslim Fi Syarhi Shohih Muslim oleh Sulaiman bin Muhammad Al Luhaimid 1/83]

Faedah:
- Jika demikian, maka tidak perlu mencari-cari tanda lailatul qadar karena kebanyakan tanda yang ada muncul setelah malam itu terjadi. Yang mesti dilakukan adalah memperbanyak ibadah di sepuluh hari terakhir Ramadhan, niscaya akan mendapati malam penuh kemuliaan tersebut. (Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 2: 149-150)

-Jangan Memilih Malam Ganjil, Malam Lailatul Qadar Bisa Jadi di Malam Genap

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menyebutkan bahwa sepantasnya bagi seorang muslim untuk mencari malam lailatul qadar di seluruh sepuluh hari terakhir. Karena keseluruhan malam sepuluh hari terakhir bisa teranggap ganjil jika yang dijadikan standar perhitungan adalah dari awal dan akhir bulan Ramadhan. Jika dihitung dari awal bulan Ramadhan, malam ke-21, 23 atau malam ganjil lainnya, maka sebagaimana yang kita hitung. Jika dihitung dari Ramadhan yang tersisa, maka bisa jadi malam genap itulah yang dikatakan ganjil. Dalam hadits datang dengan lafazh,
الْتَمِسُوهَا فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى تَاسِعَةٍ تَبْقَى ، فِى سَابِعَةٍ تَبْقَى ، فِى خَامِسَةٍ تَبْقَى
Carilah malam lailatul qadar di sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan. Bisa jadi lailatul qadar ada pada sembilan hari yang tersisa, bisa jadi ada pada tujuh hari yang tersisa, bisa jadi pula pada lima hari yang tersisa.” (HR. Bukhari no. 2021).
Jika bulan Ramadhan 30 hari, maka kalau menghitung sembilan malam yang tersisa, maka dimulai dari malam ke-22. Jika tujuh malam yang tersisa, maka malam lailatul qadar terjadi pada malam ke-24. Sedangkan lima malam yang tersisa, berarti lailatul qadar pada malam ke-26, dan seterusnya (Lihat Majmu’ Al Fatawa, 25: 285).


0 komentar:

Cari Artikel Hidayahsalaf