Apakah Menceraikan Istri Harus Ada Saksi?
Ditulis oleh Al-Ustadz Abu Karimah Askari bin Jamal
Hafizhahullah
“Pertanyaan yang berhubungan dengan masalah perceraian,
apakah mendatangkan saksi merupak an syarat sah-nya talak ?
Beliau m
enjawab:
enjawab:
“Iya, sebab disana ada kaedah para ulama bahwa talak bid’ah
itu diharamkan. Lalu mereka berselisih, apakah talak bid’ah itu jatuh jika
seseorang mengucapkannya? Apakah talak jatuh atau tidak? Ada dua pendapat
dikalangan para ulama:
diantara mereka ada yang berkata: jatuh, adapula yang
berkata tidak. Dan ini hukum asalnya, bahawa talak bid’ah tidak jatuh
berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam:
(من أحدث في أمرِنا هذا ما ليسَ منه فهو رد)
“Barangsiapa yang mengada-ada dalam urusan kami yang tidak
berasal darinya maka hal itu tertolak.”
Yaitu tertolak atas pelakunya. Jika kita telah mengetahui
kaedah ini, dan kita mengingat hadits Imran bin Hushain yang terdapat dalam
sunan Abu Dawud bahwa yang sunnah dalam perceraian adalah mendatangkan saksi,
jika demikian maka berarti talak yang tanpa disertai saksi adalah talak yang
bid’ah. Ditambah lagi bahwa seorang yang berakal tidaklah ragu bahwa kedudukan
talak dalam pernikahan ibaratnya seperti merobohkan sebuah bangunan, seseorang
membangun sebuah rumah lalu merobohkannya. Dia membangun sebuah rumah dan
mengeluarkan harta yang banyak serta waktu yang lama dan berbagai beban
lainnya, lalu disaat dia hendak merobohkannya, maka dia merobohkan dalam
sekejap disiang hari?. Merobohkan lebih berat daripada membangun, sebab akan
menyebabkan seseorang kehilangan apa yang telah menjadi usahanya yang sangat
banyak sekali.
Pernikahan adalah membangun sebuah keluarga, ketika seorang
muslim menikah, sesungguhnya dia telah meletakkan pondasi untuk sebuah keluarga
muslimah, dan kita semua mengetahui sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wasallam :
( لا نكاح إلا بولي وشاهِدَيْ عدل )
“Tidak ada pernikahan kecuali dengan wali dan dua saksi”.
Pernikahan apa saja yang tidak terdapat saksi yang adil maka
tidak dianggap sebagai pernikahan yang syar’i, dan itu membangun. Maka
menceraikan seperti yang kita sebutkan lebih berbahaya dari menikah, dia seperti
merobohkan bangunan. Secara akal, dan pandangan yang sehat menguatkan
disyaratkannya persaksian dalam pernikahan. Maksudnya bahwa seseorang yang
menetapkan dan bertekad kuat seperti yang difirmankan Allah Azza Wajalla:
( وَإِنْ عَزَمُوا الطَّلاقَ فَإِنَّ اللهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ )
“Jika mereka bertekad untuk bercerai maka sesungguhnya Allah
Maha mendengar dan Maha Mengetahui.”
Dia bertekad untuk bercerai, namun perceraian tersebut telah
ditetapkan oleh syari’at yang bijaksana ini beberapa sayarat, dan syarat-syarat
tersebut pada hakekatnya seperti batu sandungan untuk mencegah terjadinya
perceraian. Sebab perceraian –sebagaimana yang kita sebutkan- akan berdampak
robohnya bangunan keluarga setelahnya, maka ditetapkanlah bahwa yang sunnah
adalah mendatangkan saksi. Seakan-akan syari’at mengatakan kepada yang hendak
bercerai: jika engkau bertekad untuk bercerai dan engkau ingin mewujudkannya,
maka datangkanlah dua saksi, sebagaimana jika engkau hendak menikah maka
ambillah wali dan datangkanlah saksi.Jika tidak maka tidak ada pernikahan
bagimu.
Inlah jawaban dari pertanyaan tersebut.
Sumber:
Berikut transkrip dalam bahasa Arab:
نعم، لأنه هناك قاعدة للعلماء أن الطلاق البدعي محرّم، ثم اختلفوا هل
الطلاق البدعي يقع فيما إذا أوقعه الرجل هل ينفذ أو لا ينفذ؟
قولان للعلماء:
منهم من يقول: ينفذ.
ومنهم من يقول: لا ينفذ.
وهذا هو الأصل، أن الطلاق البدعي لا يقع لقوله عليهِ الصلاةُ والسلام:
(من أحدث في أمرِنا هذا ما ليسَ منه فهو رد) أي: مردود على صاحبه، فإذا عرفنا هذه
القاعدة، وتذكرنا حديث عمران بن حصين في سنن أبي داود أن السُّنّـة في الطلاق
الإشهاد، حينئذ يكون الطلاق بغير إشهاد طلاقا بدعيا، يضاف إلى هذا أنه لا يرتاب
عاقل في أن الطلاق بالنسبة للنكاح هو كالهدِم بالنسبة للبناء، فإنسان يبني دارا ثم
يهدمها، يبني دارا ينفق عليها أموال طائلة وأوقات عديدة وو تكاليف ثم ما إذا أراد
هدمها، هدمها بساعة من نهار، الهدِم أصعب من البناء، لأنه يضيع على الإنسان جهود
كثيرة وكثيرة جداً، النِكاح هو بناء لأسرة حينما يتزوج المسلم فإنما يضع الأساس
لإقامة أسرة مسلمة، وكلنا يعلم قول الرسول -صلى الله عليه وعلى آله وسلم-: ( لا
نكاح إلا بولي وشاهِدَيْ عدل ) فأي نكاح لم يتحقق فيه الشهود العدول فلا يعتبر
نكاحاً شرعياً، وهو بناء، فالطلاق الذي قلنا إنه أخطر من هذا النكاح فهو كالهدم
بالنسبة للبناء، العقل والنظر السليم يؤيد أن يشترط فيه الإشهاد، ومعنى ذلك أن
إنساناً ما قرر وعزم كما قال -عزّ وجلّ-: ( وَإِنْ عَزَمُوا الطَّلاقَ فَإِنَّ
اللهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ ) [2]، عزم على الطلاق، ولكن هذا الطلاق وضع له الشارع
الحكيم شروطاً وهذه الشروط هي في الواقع كالعرقلة لمنع وقوع هذا الطلاق، لأن
الطلاق -كما قلنا- يترتب من وراءه هدم الأسرة، فقال أن السُّنّـة الإشهاد، فكأن
الشارع الحكيم يقول للمطلق: لو عزمت على الطلاق وأردت تنفيذه فأتي بشاهدين، كما
إذا أردت أن تنكح فخذ [..] الولي وأتي بشاهدين، وإلا فلا نكاح لك، هذا هو جواب ذاك
السؤال.
السائل: جزاك اللهُ خير.
sumber: http://salafybpp.com
http://biladillah.wordpress.com
0 komentar:
Posting Komentar