yufid.com

Selasa, 22 November 2011



ان الحمد لله نحمده تعالى و نستعينه و نستغفره و نعوذ بالله من شرور أنفسنا وسيآت أعمالنا من يهدي الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له
أشهد ألا اله الا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده و رسوله صلى الله عليه وسلم

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (ال عمران :١٠٢)
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا (النساء :١)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا () يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا (الأحزاب 70-71)
أما بعد , عباد الله
ان أصدق الحديث كتاب الله وخير الهدي هدي محمد صلى الله عليه و سلم وشر الأمور محدثاتها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة وكل ضلالة في النار

Sesungguhnya Allaah telah memberikan kenikmatan kepada hamba-Nya dengan nikmat yang sangat banyak, yang kalian tidak bisa menghitungnya lagi menentukan jumlahnya, dan Dialah Subhaanahu Wata’ala yang berfirman
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لا تُحْصُوهَا إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ
”dan jika kalian menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kalian tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (An-Nahl:18)
Dan Dia Ta’ala jugalah yang mengkhususkan hamba-Nya dengan macam-macam kenikmatan kepada mereka yang Dia telah beri kenikmatan dengan kenikmatan yang khusus, karena agung perkaranya, dan tinggi kehormatan dan kedudukannya, dan besarnya kebutuhan mereka kepada kenikmatan itu, dan dari kenikmatan itu wahai para hamba-hamba Allaah adalah nikmatnya keamanan, sesungguhnya nikmatnya keamanan adalah salah satu nikmat yang paling besar yang telah Allaah berikan kepada hambanya, untuk itu Allaah Subhaanahu Wata’ala telah memberikan hukuman kepada suatu kaum dengan hilangnya suatu keamanan darinya dikarenakan kekufurannya dan kemaksiatannya, dan sebagian dari mereka menguasai sebagian yang lainnya, dan orang-orang yang zhalim sebagian mereka menolong sebagian yang lainnya sebatas kekufurannya dan kemaksiatannya
Wahai para hamba Allaah
Sesungguhnya Allaah telah memberikan kenikmatan ini kepada orang-orang kafir apa lagi kepada orang-orang yang beriman, maka Allaah telah memberikan kenikmatan kepada penduduk Mekkah dan Quraisy dengan apa- apa yang mereka lakukan dari perintah Allaah yang dengan sebab itu keamanan Haramnya dan Baitullaah Al-Haraam, sesungguhnya Allaah mengharamkannya dikarenakan kehormatannya dan Allaah menurunkan kepadanya suatu keamanan dengan doa yang dipanjatkan Ibrahim Alaihi As-Salaam
وَمَنْ دَخَلَهُ كَانَ آمِنًا
”Barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; (Ali-‘Imron:97)
Dan telah shahih dari Nabi Shalallahu Alaihi Wasallam dari hadits Salamah bin ‘Ubaidillaah Al-Anshari Radiyallaahu Anhu, bahwasanya Rasulallaah Shalallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
”Barang siapa yang mendapati dirinya diwaktu pagi hari dalam keadaan aman, sehat di badannya dan di sisinya ada makanan untuk sehari, maka dia seperti orang yang mempunyai dunia beserta isinya."
Dan diriwayatkan juga dari hadits Abu Darda’ dan Ibnu Umar Radiyallaahu Anhum semakna dengannya dan dihasankan Syaikh Albani Rahimahullaah di dalam Ash-Shahiihah.
Dan juga Allaah Subhaanahu Wata’ala memberikan kenikmatan terhadap yang dia kehendaki dengan kenikmatan ini dan jika kenikmatan ini sudah dicabut maka itu akan menjadi kemurkaan yang sangat yang tiada tandingannya kepada makhluk, pertumpahkan darah, dilanggarnya kehormatan demikian juga dirampasnya harta benda dan terjadi penganiayaan dan kebinasaan, apa-apa yang dengannya Allaah maha mengetahui akan hal itu.
Untuk itu wahai para hamba-hamba Allaah, penjagaan terhadap itu adalah termasuk dari kewajiban yang paling besar di dalam agama ini, dan mencegah dari apa-apa yang mengantarkannya kepada hilangnya kenikmatan ini, ini diibaratkan salah satu asas dan ketetapan agama ini.
Maka untuk itu wahai para hamba-hamba Allaah, telah shahih hadits-hadits yang banyak dari Rasulallaah Shalallaahu Alaihi Wasallam, untuk menjauhi fitnah dan memperingatkan dari apa-apa yang mengantarkan kepadanya, dan berniat menutup seluruh sebab yang mengantarkan kesana.
Dan termasuk dari itu adalah memberontak kepada penguasa yang Muslim, maka sesungguhnya itu walaupun telah tampak pada dirinya sesuatu kebinasaan atau sesuatu perbuatan zhalim dan maksiat, dan kezhaliman tidak diobati dengan kezhaliman yang lebih besar dari itu, dan kebinasaan tidak diobati dengan kebinasaan yang lebih binasa dari itu, dan kejelekan tidak diobati dengan kejelekan yang lebih banyak dari itu atau lebih binasa dari pada itu
Maka telah shahih hadits dari Nabi Shalallaahu Alaihi Wasallam, bahwasanya beliau Shalallaahu Alaihi Wasallam mengabarkan, dan telah datang juga di Bab ini hadits-hadits yang sangat banyak, bahwasanya akan datang setelahku pemimpin yang mereka mengetahui darinya dan mereka mengingkarinya, maka Nabi Shalallaahu Alaihi Wasallam mengabarkan dengan hadits-hadits ini:
”Bahwasanya suatu kaum akan memimpin manusia dan dari amalannya itu perkara-perkara yang patut diingkari."
Dan di hadits lain beliau Shalallaahu Alaihi Wasallam bersabda:
”Kalian akan mendapati setelahku suatu monopoli [1] dan perkara-perkara yang kalian mengingkarinya, maka mereka berkata, ‘Wahai Rasulallaah apakah yang kami lakukan?’ Beliau Shalallaahu Alaihi Wasallam berkata: ‘Dengarlah kalian dan ta’atlah’."
Dan demikian pula dihadits lain, Nabi Shalallaahu Alaihi wasallam telah memperingatkan dari mengikuti mereka orang-orang yang merubah dan mengganti pergantian dan perubahan. Dan Rasulallaah Shalallaahu Alaihi Wasallam telah menjelaskan bahwasanya yang mengingkarinya maka dia telah selamat dan bahwasanya yang meridhoi dan mengikutinya maka dia akan mendapat adzab di dunia dan di akhirat.
Dan disini kita mengetahui bahwasanya wajib bagi kaum muslimin jika mereka melihat kejelekan dan kebinasaan yang kadang akan menjadi sebab terkena kejelekan dan kebinasaan yang lebih besar dari itu, maka janganlah kalian mengobati kejelekan dengan kejelekan yang lebih besar dan kebinasaan yang lebih besar dari itu, telah shahih Nabi Shalallaahu Alaihi Wasallam perintahnya untuk ta’at kepada pemimpin muslim semasih amalan itu dalam keta’atan kepada Allaah dan agar tidak memberontak kepadanya dan bermaksiat kepadanya, walaupun telah tampak baginya apa-apa yang tampak (dari maksiat dll -pent) semasih dia itu seorang muslim, maka sesungguhnya tidak boleh baginya untuk memberontak.
Dan mereka telah berkata: ”Wahai Rasulallaah tidakkah kita memeranginya?" Beliau Shalallaahu Alaihi Wasallam berkata: ‘Tidak,semasih mereka menegakan shalat [2]‘."
Dan beliau Shalallaahu Alaihi Wasallam berkata dihadits lain:
”Kecuali jika kalian melihat perbuatan kekufuran yang tampak yang kalian bisa jadikan itu alasan disisi Allaah."
Dan dengan ini diketahui bahwasanya tidak boleh memberontak kepada pemimpin muslim walaupun mereka melakukan kezhaliman, kesalahan, kemungkaran atau kejelekan, karena itu akan membawanya kepada kejelekan yang lebih besar dari itu, dan itu dari perkara yang tidak ada mashlahat untuk manusia tidak ada mashlahat di dalam agamanya dan dunianya, dan meskipun para ulama telah menerangkan bahwasanya itu walaupun terdapat di dalamnya perbuatan kekufuran yang tampak dan terdapat bukti di dalamnya jika seandainya pemberontakan itu menyebabkan kepada mafsadat yang lebih besar dari mafsadat yang dialaminya maka sesungguhnya itu tidak boleh.
Berkata Imam Ibnul Qoyyim Rahimahullaah dibukunya ‘Ilaam Al-Muwaqqi’in: ”Dan telah tetap di dalam syari’at ini sesungguhnya tidak boleh merubah kemungkaran dengan apa-apa yang membawa kepada kemungkaran yang lebih besar darinya."
Dan berkata Syaikh Al-Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullaah di dalam bantahannya kepada rafidhah di dalam kitabnya di Minhaaj As-Sunnah An-Nabawiyyah: ”Dan tidaklah suatu kelompok yang memberontak kepada pemimpin kecuali di dalam pemberontakannya dari kejelekan yang mereka dapatkan dan kepada masyarakatnya itu lebih besar dari kejelekan yang mereka ada di dalamnya."
Kemudian Rahimahullaah berkata: ”Dari apa-apa yang telah terjadi di dalam sejarah Islam dari fitnah dan cobaan di dalam bab ini, maka beliau memberikan isyarat kepada fitnah yang terjadi di zaman Yazid bin Mua’wiyah di ‘Aam harrah (tahun kesedihan –pent) dan apa yang terjadi di dalam fitnah Ibnul ‘Asy’ats dan Ibnul Muhallib maka sesungguhnya kalian mengetahuinya wahai hamba-hamba Allaah, barangkali dari kalian membaca apa yang telah di tulis di dalam sejarah, dari apa yang dilakukan Yazid bin Mu’awiyyah dari perkara-perkara kejelekan dan kebinasaan, sampai beberapa manusia memaksa untuk mempersiapkan pemberontakan kepadanya di Madinah, dan bangkitlah para shahabat pilihan Radiyallaahu Anhum, para Taabi’in Rahimahullah yang mengikuti mereka dengan kebaikan di dalam pengingkaran kemungkaran itu dan sesungguhnya tidak obati suatu kejelekan dengan kejelekan yang lebih besar dari itu, maka telah benar khabar di Shahih Al-Bukhari, bahwasanya Abdullaah Ibnu Umar Radiyallaahu Anhuma mempersiapkan dirinya dan pergi untuk menasehati mereka yang ingin memberontak kepada Yazid bin Mua’wiyyah dan itu adalah perbuatan yang tidak ditetapkan oleh Syari’at. Beliau Radiyallaahu Anhuma menyebutkan hadits-hadits yang banyak yang mana telah shahih dari Nabi Shalallaahu Alaihi Wasallam di dalam perintahnya untuk ta’at kepada pemimpin semasih dia adalah seorang muslim dan sesungguhnya orang yang melepaskan keta’atan kemudian dia mati maka itu adalah seperti mati jahiliyyah, seperti yang telah shahih dari Nabi Shalallaahu Alaihi Wasallam dan beliau Radiyallaahu Anhuma mengumpulkan anak-anaknya dan keluarganya seluruhnya dan berkata: ‘Tidak ada seorangpun dari kalian yang melepaskan keta’atan, maka sesungguhnya aku menegakkan keta’atan seperti yang Allaah perintahkan kepadaku dan seperti yang diperintahkan Rasulallaah Shalallaahu Alaihi Wasallam kepadaku’ atau seperti yang dikatakan Radiyallaahu Anhu."
Maka di dalam pemberontakan kelompok itu kelompok yang memberontak kepada Yazid bin Mu’awiyyah mendapatkan kejelekan yang sangat besar, berkata Ibnu Katsiir Rahimahullaah: ”Maka terjadi di tahun itu yaitu tahun kesedihan pembunuhan yang sangat besar, terbunuh seratus dua puluh ribu orang, dan terjadi di dalamnya perampasan harta pelanggaran harga diri sampai dikatakan bahwasanya telah hamil ditahun itu lebih dari seribu wanita hamil dengan kehamilan yang tidak boleh terjadi seperti itu, dan seluruhnya itu wahai hamba-hamba Allaah dikarenakan hilangnya keamaanan, orang-orang zhalim memberikan kekuasaan sebagian mereka kepada sebagian lainnya, dan juga disitu masuknya sebagian orang-orang pilihan dan orang baik, maka sesungguhnya fitnah jika terjadi seluruhnya dan sisi keburukannya akan menimpa orang yang baik seperti yang didapatkan orang yang jahat dan demikianlah pula Ibnul ‘Asy’ats sesungguhnya dia adalah lelaki yang rakus akan politik yang menghasilkan beberapa kejahatan di dalam negeri itu ,maka dia menghasilkan kejahatan dari apa-apa yang terjadi di zaman itu di zaman Hajjaaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi dan Abdul Malik juga dari keluarga Bani Umayyah maka terprovokasilah siapa yang terprovokasi, maka memberontaklah bersamanya sebagian orang yang tertipu dengan syubhat itu dan tidak berhenti pada tempat-tempat yang telah dibatasi oleh Allaah Azza Wa Jalla di dalam apa-apa yang telah dikeluarkan Atsaar dan dari hadits-hadits yang shahih, dan dari apa-apa yang telah shahih kabarnya dari orang-orang yang shaleh dari ulama ummat ini yang telah terdahulu, maka ketika itu penyembelihan yang sangat banyak, telah terbunuh banyak dari orang-orang yang shalih apalagi selain mereka, sampai larilah orang-orang yang telah lari kebeberapa orang-orang kuffar dari Turki dan lainnya yang kemarin mereka menjadi musuh dan pada hari itu menjadi teman yang bisa dijadikan perlindungan di negara-negara mereka, kemudian mereka diserahkan kembali oleh raja Turki yang kafir kepada bani Umayyah, terbunuhlah siapa saja dari mereka yang terbunuh, dan mengalirlah darah dari mereka siapa saja yang mengalir darahnya menyelisihi apa yang terjadi di masyarakat mereka, dari perampasan harta, dilanggarnya kehormatan dan tertumpahnya darah dll,
Demikian itu wahai hamba-hamba Allaah berlalunya sejarah dan waktu pada manusia dan manusia tidak melihat di dalam pemberontakannya terhadap pemimpin, melepaskan keta’atan, membuat fitnah, menimbulkan kerusuhan, demontrasi dan membuat kekacauan di masyarakat yang menghasilkan kejelekan yang akan datang dengan cepat dan kejelekan yang tertunda, maka sesungguhnya itu wahai hamba-hamba Allaah termasuk sesuatu yang tidak bermanfaat bagi Islam dan Muslimin dan dengannya juga tidak ada pertolongan kepada agamanya dan juga dunianya, bahkan seperti yang dikatakan Syaikh Al-Islaam Rahimahullaah: ”Tidaklah seseorang yang memberontak kepada pemimpin kecuali di dalam perkara itu tidak mendapati kebaikan di dalam agamanya dan juga dunianya. dan tidak ada agama yang mereka tegakkan dan tidak pula dunia yang mereka sisakan, dan tidak ada agama yang mereka tegakkan dan tidak pula dunia yang mereka sisakan, jika seandainya Nabi Shalallaahu Alaihi Wasallam memperingatkan dari pemberontakan kepada pemimpin dengan apa-apa yang terjadi di dalamnya dari penyelisihan terhadap Syar’iyyah, dari kekurangan agamanya, dan dari kemungkaran yang terjadi darinya, seperti yang disabdakan beliau Shalallaahu Alaihi Wasallam: ”Maka sesungguhnya kalian mengetahui dan mengingkarinya."
Dan bersamaan dengan itu pula tidak diperbolehkan memberontak kepada mereka, dikarenakan dari apa-apa yang akan dia dapatkan dari kejelekan dan kebinasaan yang lebih besar darinya, yg menimpa kepada manusia bersamaan dengan kemungkaran itu, maka sesungguhnya itu adalah fitnah yang khusus, dan adapun jika diangkat pedang dan tertumpahnya darah, maka sesungguhnya itu adalah fitnah yang umum, telah datang beberapa orang kepada Imam Ahmad Rahimahullaah di zaman Ma’mun dan dari apa-apa yang terjadi dari fitnah yang besar bagi para ulama, dan orang-orang yang mulia ketika waktu itu cobaan Al-Qur’an (yaitu Al-Qur’an sebagai makhluk-pent), maka terbunuhlah siapa saja yang terbunuh dari ulama, dihukumlah siapa saja yang dihukum, dan dipenjaralah siapa saja yang dipenjara dan dari mereka Imam Ahmad Rahimahullaah.
Maka datang kepada beliau Rahimahullaah suatu kelompok menginginkan pemberontakan kepada pemimpin, maka mereka berkata, "Apakah kamu tidak mengetahui apa terjadi kepada kita dari kejelekan dan fitnah?" Maka beliau Rahimahullaah berkata: ”Sesungguhnya ini adalah fitnah yang khusus, tetapi jika pedang sudah diangkat dan terjadipertumpahan darah maka sesungguhnya itu adalah fitnah yang umum" Maka beliau Rahimahullaah semoga Allaah memberikan rahmat-Nya yang luas kepadanya, memperingatkan mereka dari pembunuhan dan dari apa-apa yang akan terjadi dari kejelekan dan kebinasaan,
Wahai hamba-hamba Allaah maka ambilah pelajaran dari ayat-ayat Allaah yang ada di alam ini kalau kita tidak bisa mengambil pelajaran dari ayat-ayat Allaah dan dalil-dalil Syari’at yang bijaksana ini, maka hendaklah kita mengambil pelajaran dari ayat-ayat yang ada di alam ini dari apa-apa yang kita bisa ambil pelajaran dan nasehat di dalamnya, bagi orang-orang yang berakal dan adil, kita meminta kepada Allaah agar mengilhami kita dengan petunjuk-Nya dan agar Allaah memperbaiki keadaan kita dan keadaan kaum muslimin Wal Hamdulillaahi Rabbal ‘Aalamiin.
(Khutbah kedua-pent)
الحمد لله رب العالمين وأشهد ألا اله الا الله وحده لا شريك له و أشهد أن محمد عبده ورسوله صلي الله عليه وعلى آله وصحبه وسلم.أما بعد

Wahai hamba-hamba Allaah, telah disebutkan Al-Imam Al-Bukhari [3] di dalam shahihnya sebuah bab, bab fitnah-fitnah yang bergejolak seperti gelombang ombak laut, kemudian beliau Rahimahullaah menyebutkan dari Sufyan ibnu Uyainah dari Ibni Khalaf bin Hausyaf, adapun seseorang menyukai untuk memberikan misal di dalam fitnah atau jika terkena fitnah dengan abyaat Imrubnul Qois,dan abyat itu masih senantiasa diulang-ulang oleh para ulama yang berakal yang bijaksana dengan apa-apa yang telah Allaah berikan kepada mereka dari ilmu Syar’I dan apa-apa yang ada pada mereka dari pengalaman, pengetahuan hakikatnya suatu permasalahan dan fitnah, maka sesungguhnya fitnah tidak ada orang yang mengetahuinya kecuali ulama, maka jika telah hilang seluruh manusia mengetahuinya, tetapi kapan?
Setelah hilangnya dan perginya, maka menyesalah orang-orang yang menyesal ketika tidak bermanfaat suatu penyesalan.
Abyat itu adalah perkataan Imrubnul Qois
 الحرب أول ما تكون فتية
 يسعى لزينتها كل جهولِ
حتى اذا اشتعلت و شب ضرامها
 ولت عجوزا غير ذات حليلِ
 peperangan itu awal mula keadaannya adalah seperti pemudi
 setiap orang yang tidak mengetahuinya berusaha untuk menghiasinya
 sampai jika peperangan itu telah menyala dan berkobar nyala apinya
 berpaling keadaannya seperti wanita yang sudah tua,tidak ada orang yang ingin menjadi suami baginya
Inilah keadaan fitnah, pertama kali dia datang, dia datang seperti wanita muda yang kecil yang cantik, maka berusahalah seluruh manusia untuk menjadi suami baginya dan menjadi orang yang dekat darinya, sampai jika berkobar api peperangan dan terjadilah apa yang terjadi dari fitnahnya, berpalinglah wanita ini yang diawal perkaranya menjadi wanita muda yang memberikan fitnah kepada manusia menjadi wanita yang tua yang tidak mempunyai suami, tidak ada orang yang menginginkannya, sampai dikatakan di akhir abyat
 شمطاء ينكر لونها وتغيرت
 مكروهة للشم و التقبيل
 wanita yang beruban rambut kepalanya diingkari warnanya dan dia berubah
 menjadi dibenci untuk dihirup baunya dan dicium
Inilah keadaan suatu fitnah jika dia datang dan jika dia berlalu
Wahai hamba-hamba Allaah, kita harus memperingatkan dari fitnah yang

0 komentar:

Cari Artikel Hidayahsalaf