Allah di Atas Arsy
Al-Quran Al-Karim, hadits – hadits yang shahih, akal dan fitrah yang selamat telah menguatkan perkara ini. Salah satu contohnya adalah firman Allah, "“Ar-Rahman beristiwa di atas ‘Arsy” (Thaha: 5). Makna istiwa adalah tinggi sebagaimana di dalam riwayat Al-Bukhari dari tabi’in. Simak beberapa dalil lainnya. Oleh: Asy-Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu
Al-Quran Al-Karim, hadits – hadits yang shahih, akal dan fitrah yang selamat telah menguatkan perkara ini.
1. Allah ta’ala berfirman:“Ar-Rahman beristiwa di atas ‘Arsy” (Thaha: 5)
2. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada seorang budak wanita, “Dimana Allah?”. Budak tersebut menjawab, “Allah di langit”. Beliau bertanya pula, “Siapa aku?” budak itu menjawab, “Engkau Rasulullah”. Rasulllah kemudian bersabda, “Bebaskan dia, karena sesungguhnya dia adalah wanita mu’minah”.
Makna di langit adalah di atas langit.
3. Seorang yang shalat berkata di dalam sujudnya,
سُبْحَانَ رَبِيَّ اْلأَعْلَى
“Maha Suci Rabbku yang Maha Tinggi”
Dan mengangkat tangannya ke arah langit ketika berdoa.
4. Anak-anak ketika mereka ditanya, “Dimana Allah?” maka mereka akan menjawab dengan fitrahnya yang masih selamat, “Dia di atas langit”.
5. Allah berfirman,
“Dan Dialah Allah yang di langit” (Al-An’am: 3).
Ibnu Katsir berkata di dalam tafsir ayat ini, “Para ahli tafsir bersepakat bahwa tidaklah kita mengatakan sebagaimana apa yang dikatakan oleh Jahmiyah (sebuah aliran sesat –pent.) bahwa Allah di setiap tempat. Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka katakan!!”
Dan makna di langit adalah di atas langit. Akan tetapi Allah bersama kita. Maksudnya Allah mendengar dan melihat kita, dan dia berada di atas ‘Arsy-Nya.
(Diterjemahkan dari Kaifa Nurabbi Auladana, sumber: http://ulamasunnah.wordpress.com)
Bahaya yang Dihadapi Kaum Muslimin
Oleh: Asy Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan
Soal:
Beragam bahaya menyerang umat Islam dari berbagai sisi. Apakah bahaya yang terbesar bagi umat? Dan bagaimana jalan menolak bahaya tersebut?
Jawab:
Bahaya terbesar yang dihadapi oleh kaum muslimin adalah jauhnya mereka dari Kitabullah dan Sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, dan menggantinya dengan undang-undang buatan manusia serta beragam isme yang menyimpang.
Demikian juga, bahaya terbesar yang dihadapi umat Islam adalah kesesatan serta penyimpangan dalam aqidah serta menyusupnya pemikiran-pemikiran kufur, syirik, bid’ah dari aliran kuburiyah (para pengagung kuburan), kaum sufi, bid’ah dan khurafat.
Dan termasuk bahaya terbesar bagi umat Islam adalah perpecahan mereka, permusuhan antara satu sama lain.
Solusi dari semua ini adalah kembali kepada Al Quran dan As Sunnah dalam kegiatan menuntut ilmu dan mengajarkannya, dan menghukumi antar manusia, serta berakhlak dengan tuntunan keduanya.
(Diterjemahkan oleh Abu Umar Al Andunisi untuk blog http://ulamasunnah.com dari Al Muntaqa min Fatawa Asy Syaikh Fauzan, jilid I no 249)
249 ـ الأخطار تُحدق بالأمّة الإسلاميّة من كلّ جانب؛ فما هو أشدُّها خطرًا على الأمّة؟ وكيف السّبيلُ إلى صدّ هذا الخطر؟
أشدُّ خطر يواجه الأمة الإسلاميّة هو بعدها عن كتاب الله وسنة رسوله صلى الله عليه وسلم، واستبدالهما بالقوانين الوضعيّة والمذاهب المنحرفة.
وكذلك أشدُّ خطر يواجه الأمّة الإسلاميّة هو الضّلال والانحراف في العقيدة، وتسرُّبُ الأفكار الكفريَّة والشِّركيَّة والبدعيَّة من قبوريَّة وصوفيَّة وبدع وخرافات.
كما أنَّ مِن أشدِّ الأخطار على الأمّة الإسلاميّة تفرُّقَها فيما بينها وعداوة بعضها لبعض.
وعلاج ذلك بالرُّجوع إلى الكتاب والسُّنَّة تعلُّمًا وتعليمًا وحكمًا بين النّاس وتخلُّقًا بأخلاقهما.
Ucapan Asy Syaikh Al Albani tentang Ahmadiyah
Di dalam banyak hadits beliau, Nabi shallallahu alaihi wasallam telah mengabarkan sebagai nash dan peringatan bagi ummatnya bahwa sungguh akan ada setelah beliau para dajjal (pendusta). Oleh: Asy Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani
Di dalam banyak hadits beliau, Nabi shallallahu alaihi wasallam telah mengabarkan sebagai nash dan peringatan bagi ummatnya bahwa sungguh akan ada setelah beliau para dajjal (pendusta). Beliau bersabda dalam sebagian hadits beliau,
“Mereka semua mengaku nabi. Dan aku adalah nabi terakhir, tidak ada nabi setelahku” (HR. Muslim dan yang selain beliau, lihat Al Ahadits Ash Shahihah 1683)
Dan di antara dajjal ini adalah Mirza Ghulam Ahmad Al Qadiyani yang mengaku nabi. Dia memiliki pengikut yang banyak di India, Jerman, Inggris, dan Amerika. Mereka memiliki banyak masjid di negeri itu. Mereka pun menyesatkan kaum muslimin lewat masjid-masjid mereka. Di Suriah pun ada salah satu anggota mereka. Allah pun menumbangkan dan mengusir mereka. Mereka memiliki bermacam-macam pemahaman selain akidah mereka bahwa kenabian tetap ada setelah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Pendahulu mereka dalam masalah ini adalah Ibnu Araby Ash Shufi. Orang-orang Ahmadiyah memiliki sebuah risalah di mana mereka mengumpulkan ucapan-ucapan Ibnu Arabi yang mendukung i’tiqad mereka sebagaimana yang telah kita sebutkan. Para ulama seolah-olah tak mampu membantahnya karena yang mengucapkannya adalah Ibnu Araby (seorang yang dianggap sebagai wali Allah oleh orang-orang sufi-pent)! Padahal para ulama tersebut dengan pasti telah mengkafirkan Ahmadiyah.
Di sini bukanlah tempatnya untuk menyebutkan akidah-akidah mereka. Tidaklah diragukan lagi bahwa mereka inilah yang disebutkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam hadits yang shahih.
“Akan ada di akhir zaman, para dajjal pendusta. Mereka mendatangkan kepada kalian hadits-hadits yang belum pernah kalian dengar, begitu juga bapak-bapak kalian. Hati-hatilah kalian terhadap mereka. Jangan sampai mereka menyesatkan dan memberikan fitnah kepada kalian.” (Diriwayatkan oleh penulis [Abu Ja'far Ath Thahawy –pent] dalam Misykatul Atsar [4/10] dan Imam Muslim [9/1])
Dan yang merupakan ciri-ciri yang nyata dari mereka adalah bahwasanya ketika memulai pembicaraan dalam dakwah mereka, mereka mulai dengan menetapkan kematian Isa alaihissalam sebelum segala sesuatunya. Jika hal ini berhasil mereka dakwahkan –menurut persangkaan mereka- mereka akan berpindah ke marhalah selanjutnya yakni menyebutkan hadits-hadits yang warid tentang turunnya isa alaihis shalatu wassalam. Mereka menampakkan keimanan mereka dalam hal ini, lalu segera beralih kepada apa yang mereka takwilkan. Setelah mereka menetapkan –dengan apa yang mereka kira- wafatnya Isa, mereka memaksudkan yang akan turun nanti adalah yang semisal Isa, yaitu Ghulam Ahmad Al Qadiyani.
Mereka memiliki banyak takwil jelek semacam ini, dan sungguh banyak sekali! Dan akan datang insya Allah isyarat tentang sebagian akidah mereka yang sesat.
(pent: beliau melanjutkan dalam pembahasan berikutnya…)
Termasuk kesesatan Al Qadiyani ini adalah pengingkaran mereka terhadap jin sebagai makhluk di luar jenis manusia. Mereka mentakwil semua ayat dan hadits yang menjelaskan kebedaan jin dan perbedaan penciptaan jin dan manusia dengan pemahaman mereka. (Mereka menganggap) bahwa jin itu adalah manusia itu sendiri, atau sekelompok manusia. Bahkan menurut mereka, Iblis itu sendiri adalah manusia yang jahat! Betapa sesatnya mereka!
(Diterjemahkan oleh Abu Umar Al Andunisi dari Akidah Thahawiyah,Syarh dan Ta’liq Asy Syaikh Al Albani, halaman 21-23, terbitan Maktabah Al Maarif untuk blog
0 komentar:
Posting Komentar