yufid.com

Jumat, 04 Maret 2011

BERSATULAH DI ATAS MANHAJ SALAF

Posted by Abu Abdillah Riza Firmansyah On 19.37 No comments
JUDUL : رسالة في الحث على اجتماع كلمة المسلمين وذم التفرق والاختلاف
( Risalah fi al-Hatstsi 'ala ijtima' kalimat al-Muslimin wa Dzammu at-tafarruq wa al-Ikhtilaf ).
PENGARANG : Syaikh Abdur Rahman bin Nashir As-Sa'di.
ALIH BAHASA : Abu Abdillah Riza Ibnu Erfani.
PENERBIT : Dar at-Tauhid Li An-Nasyr Riyadh 1429 H-2008 M.


UNTUK MENGKOPI NASKAH INI CANTUMKAN SUMBER DARI MANA ANDA MENGAMBIL UNTUK MENJAGA KEILMIAHAN TULISAN BY: http://hidayahsalaf.blogspot.com

Diterjemahkan di kota Unaizah al-Qashim KSA tanggal 15 Sya'ban 1429 H.
( RINGKASAN )

بسم الله الرحمن الرحيم

DenganNya Saya memohon pertolongan dan atasNya lah Saya bertawakkal.
Segala puji bagi Alloh Tuhan semesta alam, Shalawat serta salam semoga tercurahkan atas Muhammad, keluarga, beserta para sahabatnya.
Sesungguhnya Alloh subhanahu wata’ala telah menciptakan makhlukNya dari sesuatu yang tidak ada kemudian menjadikannya ada sebelum mereka menjadi sesuatu yang disebutkan agar mereka beribadah semata kepadaNya tanpa menyekutukanNya dalam peribadatan, mentaati dan bertakwa kepadaNya yang inti dari hal itu adalah pelaksanaan terhadap hak-hakNya dan hak-hak para hambaNya berupa perkara-perkara yang diwajibkan dan yang disunnahkan yang terdapat di banyak tempat dalam KitabNya dan lisan RasulNya Shallallohu’alaihi wasallam. Maka ada yang berupa usul(pokok), hukum-hukum, dan kaidah-kaidah menyeluruh yang beredar di bawahnya banyak dari cabang-cabang hukum. Ada juga yang berupa maksud-maksud dan tujuan, dan ada pula hal yang menjadi penghantar maksud dan tujuan tersebut. Kesemuanya itu kembali kepada tujuan untuk tercapainya kemaslahatan dan penyempurnaan serta menolak dan mengurangi mafsadat(kerusakan) di dalamnya.
Maka yang termasuk dari perintah-perintah ilahiyah, syariat samawiyah(yang diturunkan dari langit), dan wasiat kenabian yang paling agung adalah agar mereka semua berpegang teguh dengan tali(agama) Alloh, mempersatukan kalimat kaum muslimin, berkumpul dan menjadikan mereka bersatu, menganjurkannya dengan segenap jalan yang yang dapat menghantarkan kepadanya yaitu berupa amal perbuatan dan perkataan, saling tolong-menolong atas yang demikian itu baik secara perkataan maupun amal perbuatan, larangan dari perpecahan dan perselisihan terhadap persatuan kaum muslimin, dan mencegah seluruh jalan yang yang dapat menghantarkan kepadanya sesuai dengan kemampuan yang ada.
Al-Qur`an dan As-Sunnah, kesepakatan para Nabi dan Rasul serta para pengikut mereka telah menunjukkan atas asas yang agung ini sampai hari kiamat. Alloh  telah memerintahkan kepada para hambaNya agar benar-benar berpegang teguh dengan taliNya yakni agamaNya serta bersatu di atasnya disamping juga melarang mereka dari perpecahan dan perselisihan sebagai wujud karunia atas para hambaNya dengan petunjukNya kepada mereka.
Alloh  berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Alloh sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Alloh, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Alloh kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Alloh mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Alloh, orang-orang yang bersaudara.” (QS. Ali Imran: 102-103)
Alloh  melarang dari pertikaian dan perselisihan juga mengabarkan bahwasanya hal itu merupakan sebab kelemahan dan kekalahan atas musuh-musuh mereka.
Alloh  berfirman:
“Dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu.” (QS. Al-Anfal: 46)
Alloh  mengingatkan kepada para hambaNya tentang nikmatNya yang tidak ada seorangpun yang mampu atasnya kecuali Dzat Yang Maha Perkasa lagi Bijaksana.
Alloh  berfirman:
“Dan yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman). walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Alloh Telah mempersatukan hati mereka.” (QS. Al-Anfal: 63)
Alloh  mencela orang-orang Munafik disebabkan adanya sifat saling membenci dan perselisihan yang ada pada hati mereka walaupun tubuh mereka bersatu.
Alloh  berfirman:
“Kamu kira mereka itu bersatu, sedang hati mereka berpecah belah.” (QS. Al-Hasyhr: 14)
Alloh  memberikan karunia kepada RasulNya dengan sifat lemah lembut bagi sesamanya yang menyeru kepada persatuan diantara mereka serta menjauhkan perpecahan.
Alloh  berfirman:
“Maka disebabkan rahmat dari Alloh-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (QS. Ali Imran: 159)
Alloh  mensifatkan bagi kaum Mukminin bahwasanya;
“Berkasih sayang sesama mereka.” (QS. Al-Fath: 29)
Dia juga Mensifatkan RasulNya bahwasanya;
“Amat belas kasihan lagi Penyayang.” (QS. At-Taubah: 128)
Alloh  berfirman:
“Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasululloh itu suri teladan yang baik bagimu.” (QS. Al-Ahzab: 21)
Dan juga di dalam FirmanNya:
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (QS. Al-Maidah: 2)
Dan termasuk dari kebaikan yang paling agung yaitu anjuran untuk menyatukan kalimat kaum Muslimin dalam segenap jalan, sebagaimana anjuran dalam memecah-belah kalimat kaum Muslimin adalah termasuk dari bentuk kerjasama dalam rangka berbuat dosa dan permusuhan.
Alloh telah mengkisahkan kepada kita di dalam KitabNya tentang kisah perjalanan para Rasul yang telah diutus oleh Alloh untuk menyampaikan risalahNya, berisi nasehat kepada umat mereka, anjuran agar mereka bersatu di atas Islam, melarang mereka dari perpecahan dan perselisihan yang hal tersebut terdapat di dalam Al Qur-an. Demikian juga Nabi  telah menunjukkan hal ini dan mengulanginya dalam sebuah hadits:
(( لاَ تَحَاسَدُوا وَلاَ تَنَاجَشُوا وَلاَ تَبَاغَضُوا وَلاَ تَدَابَرُوا وَكُونُوا عِبَادَ اللهِ إِخْوَانًا المُسْلِمُ أَخُو المُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَلاَ يَخْذُلُهُ وَلاَ يَكْذِبُهُ ))
“Janganlah kalian saling hasad(iri hati), janganlah kalian saling mendahului di dalam penawaran, janganlah kalian saling membenci, janganlah kalian saling membelakangi. Jadilah kalian hamba-hamba Alloh yang bersaudara. Seorang Muslim saudara bagi Muslim lainnya, janganlah dia menzhalimi, menelantarkan, dan berbuat dusta kepada saudaranya.” (Dikeluarkan oleh al-Bukhari (no. 4648) dan Muslim (no. 4650) dengan lafazhnya)
Dan di dalam Shahih Muslim dari Tamim ad-Dari berkata: “Saya mendengar Rasululloh  bersabda: “Agama itu adalah nasehat”. Saya berkata: “Bagi siapa wahai Rasululloh?”. Beliau berkata: “Bagi Alloh, kitabNya, RasulNya, para pemimpin kaum Muslimin, dan umumnya mereka”. (Dikeluarkan oleh Muslim (no. 82))
Dan termasuk nasehat yang paling agung bagi kaum Muslimin yaitu anjuran untuk menyatukan hati-hati mereka, menyatukan mereka, dan melarang mereka dari perpecahan. Sebagaimana perkataan Nabi  di dalam sebuah hadits Muttafaq ‘alaih(Bukhori dan Muslim) kepada Kaum Anshar dengan memperingatkan mereka dengan karunia Alloh atas mereka dengan memberikan Hidayah dan persatuan serta mencukupkan mereka dengan sebabnya:
(( يَا مَعْشَرَ الأَنْصَارِ أَلَمْ أَجِدْكُمْ ضَلالاً فَهَدَاكُمُ اللهُ بِيْ مُتَفَرِّقِيْنَ فَجَمَعَكُمُ اللهُ بيْ عَالَةً فَأَغْنَاكُمُ اللهُ بِيْ ))
“Wahai kaum Anshar!, bukankah Saya menjumpai Kalian dalam keadaan tersesat kemudian Alloh memberikan Petunjuk kepada Kalian melalui perantara Saya, dalam keadaan berpecah-belah kemudian Alloh mengumpulkan Kalian melalui perantara Saya, juga dalam keadaan miskin kemudian Alloh memberikan kecukupan kepada Kalian melalui perantara Saya.” (Dikeluarkan oleh al-Bukhari (no. 3985) dan Muslim (no. 1758))
Acapkali Beliau mengatakan sesuatu, mereka mengatakan; “Alloh dan RasulNya lebih baik”. Dan Rasululloh  telah memberikan peringatan kepada para Sahabatnya tentang penyampaian perkataan yang dapat merubah hati:
(( لاَ يَبْلُغُنِيْ أَحَدٌ عَنْ أَحَدٍ شَيْئًا فَإِنِّيْ أُحِبُّ أَنْ أَخْرُجَ إِلَيْكُمْ وَأَنَا سَلِيْمُ الصَّدْرِ ))
“Tidaklah seseorang sampai kepadaku dari seseorang tentang sesuatu, maka Saya suka untuk keluar kepada kalian dalam keadaan hati yang selamat”. (Dikeluarkan oleh Ahmad (no. 3571), Abu Dawud (no. 4218), dan at-Tirmidzi (no. 3831))
Beliau  juga pernah bersabda tatkala bermusyawarah dengan para Sahabatnya perihal pembunuhan kepada sebagian orang-orang Munafik:

(( لاَ يَتَحَدَّثُ النَّاسُ أَنْ مُحَمَّدًا يَقْتُلُ أَصْحَابَهُ ))
“Agar orang-orang tidak mengatakan bahwasanya Muhammad membunuh para Sahabatnya”. (Dikeluarkan oleh al-Bukhari (no. 3257, 4525) dan Muslim (no. 1761, 4682))
Yakni dikarenakan hal tersebut dapat mengkibatkan orang lari dari agama Islam bagi orang yang belum masuk Islam. Oleh karena itu Beliau  meninggalkan hal tersebut semata-mata untuk melunakkan hati orang walaupun orang-orang Munafik tersebut berhak untuk dibunuh. Beliau juga pernah memberikan wasiat kepada orang yang akan diutus untuk mendakwahkan agama Islam dan mengajarkan syariat Islam, Beliau  berkata:
(( بَشِّرُوْا وَلاَ تُنَفِّرُوْا وَيَسِّرُوْا وَلاَ تُعَسِّرُوْا وَتَطَاوَعُوْا وَلاَ تَخْتَلِفُوْا ))
“Berikanlah kabar gembira, janganlah membuat mereka lari. Berikanlah kemudahan, janganlah kalian mempersulit. dan setujuilah, janganlah kalian berselisih”. (Dikeluarkan oleh Muslim (no. 3262), Abu Dawud (no. 4195), tanpa tambahan “Dan setujuilah, jangan kalian berselisih”, juga dikeluarkan oleh Ahmad (no. 18868) dengan lafazh yang dipaparkannya.
Dan Beliau  juga bersabda:
(( وَلاَ تَخْتَلِفُوْا فَتَخْتَلِفَ قُلُوْبُكُمْ ))
“Dan janganlah kalian berselisih, maka Alloh akan membuat hati kalian berselisih”. (Dikeluarkan oleh Muslim (no. 654), at-Tirmidzi (no. 211), an-Nasa`i (no. 798), Abu Dawud (no. 568), Ibnu Majah (no. 966), dan Ahmad (no. 4142))
Maka dalam hadits ini Beliau mengabarkan bahwasanya perselisihan yang zhahir(tampak) menunjukkan perselisihan batin(dalam hati).
Beliau  bersabda:
(( إِنَّمَا أَهْلَكَ الذِّيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ كَثْرَةُ مَسَائِلِهِمْ وَاخْتِلاَفُهُمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ ))
“Sesungguhnya yang telah membuat binasa umat(orang-orang) sebelum kalian adalah karena terlalu banyaknya pertanyaan mereka dan perselisihan mereka terhadap para Nabi-nabi mereka”. (Dikeluarkan oleh al-Bukhari (no. 6744), dan Muslim (no. 4348) dengan lafazh miliknya)
Dan seluruh hadits-hadits di atas telah shahih dan juga banyak yang meriwayatkan darinya  larangan keluar dari para Penguasa, agar supaya mendengar serta taat kepada mereka walaupun mereka berbuat zhalim dan bermaksiat . Dan tidaklah hal itu terjadi kecuali disebabkan keluar dari mereka(para Pemimpin) akan mengakibatkan kejelekan yang besar.
Dan sungguh Alloh  dan RasulNya telah memerintahkan agar kaum Muslimin bersatu pada kebanyakan dalam masalah ibadah seperti; haji, perayaan hari raya ied, shalat jumat dan shalat berjamaah dikarenakan hal tersebut dapat mewujudkan kecintaan, hubungan, dan terhindar dari pemutusan hubungan. Disamping itu juga Alloh dan RasulNya melarang dari ghibah, adu domba, tuduhan, memutuskan hubungan, khianat, hasad, dengki, dan semisalnya dikarenakan hal itu akan menimbulkan kerusakan dan bercerai-berainya manusia. Kemudian juga memerintahkan untuk mendamaikan diantara manusia dalam segenap jalan walaupun berbohong yang bertujuan menghantarkan kepada perbaikan karena adanya suatu kebaikan.
Kesimpulannya, barangsiapa yang mau merenungi kisah perjalanan Rasululloh  dalam muamalahnya kepada sesama baik terhadap orang Islam ataupun orang Kafir, jauh atau dekat dari sikap berlaku lemah lembut dan lapang dada secara sempurna serta akhlak yang mulia hendaklah dengan memberi maaf terhadap orang-orang yang melakukan dosa dan melunakkan hati orang agar masuk ke dalam agama Islam serta menguatkan hati mereka juga meninggalkannya apabila orang lari darinya sampai dikabarkan bahwasanya Beliau  meninggalkan sesuatu yang lebih utama dan sempurna kemudian beralih kepada hal yang dibawahnya karena hal tersebut dapat menjaga hati manusia. Beliau  pernah berkeinginan untuk membangun ka’bah atas pondasi Nabi Ibrahim, maka Beliau  berkata kepada ‘Aisyah:

(( لَوْلاَ أَنَّ قَوْمَكِ حَدِيْثُوْا عَهْدٍ بِجَاهِلِيَّةٍ لَنَقَضْتُ الكَعْبَةَ وَجَعَلْتُهَا عَلَى قَوَاعِدَ إِبْرَاهِيْمَ ))
“Seandainya kaummu tidak baru keluarnya dari jahiliyah, sungguh Saya akan merobohkan Ka’bah kemudian Saya akan menjadikannya seperti pondasi Nabi Ibrahim”. (Dikeluarkan oleh al-Bukhari (no. 1483) dan Muslim (no. 2369))
Barangsiapa yang merenungi hal ini, maka dia akan mengetahui bahwasanya Rasululloh  diutus dengan agama yang lurus lagi mudah . Apabila Anda telah mengetahui yang demikian itu, maka Anda akan mengerti bahwasanya termasuk dari pondasi agama dan syari’at para Rasul yang paling agung yaitu nasehat kepada segenap umat serta anjuran untuk mempersatukan kalimat kaum Muslimin serta menghilangkan apa-apa yang ada pada mereka dari permusuhan dan dendam.
Dan juga asas ini termasuk kebajikan yang paling besar yang diperintahkan dengannnya, sebaliknya dengan menyia-nyiakannya termasuk kemungkaran yang paling besar yang dilarang darinya, dan hal ini termasuk kewajiban atas perorangan yang diharuskan bagi setiap orang; para Ulama, para Pemimpin, dan orang-orang awam bahkan hal itu termasuk kaidah yang tidak sempurna iman seseorang kecuali dengannya maka wajib untuk memperhatikannya dengan didasari ilmu dan amalan. Dikarenakan juga hal tersebut terdapat banyak maslahat yang berkaitan dengan agama dan dunia yang tidak mungkin untuk membatasinya. Adapun apabila menyia-nyiakannya terdapat kerusakan agama dan dunia yang tidak mungkin dapat dihitung. Oleh karena itu Saya mengaitkannya dengan dua fasal.



FASAL
TENTANG SEBAGIAN KERUSAKAN YANG DITIMBULKAN DARI ADANYA PERSELISIHAN, PERTENTANGAN, DAN SALING MEMBOIKOT(PEMUTUSAN HUBUNGAN).

Akal tidaklah meragukan bahwasanya Alloh  melarang kita tentang suatu perkara dari beberapa perkara kecuali di dalamnya terdapat kerusakan secara umum dan khusus apa-apa yang mengharuskan Hikmah dan RahmatNya.
Maka awal dari kerusakan yang diakibatkan dari kedengkian dan permusuhan serta perselisihan yaitu terabaikannya asas yang agung dan timbulnya maksiat kepada Alloh dan RasulNya yang menyebabkan adanya hukuman, terhalang dari mendapatkan pahala, berkurangnya iman, mendapatkan kerugian, dan menyia-nyiakan apa-apa yang telah diisyaratkan dari ayat-ayat al-Qur`an serta hadits-hadits Nabi .
Darinya pula ada yang berakibat peperangan dan permusuhan yang menjadikan kaum Muslimin berkelompok-kelompok sehingga masing-masing kelompok memperjuangkan kalimatnya untuk sebuah kemenangan dengan cara mencampurkan antara yang hak dan batil. Maka hal tersebut akan menjadikan orang mengerjakan perkara yang salah, kesesatan, dan hawa nafsu dari adanya kerusakan secara umum maupun khusus yang tidak ada seorangpun yang mengetahuinya kecuali Alloh. Kemudian hal tersebut akan berlanjut sehingga sesuatu yang benar akan ditinggalkan bersama orang yang menentang sebagai pertolongan bagi hawa nafsunya, kebencian kepada seseorang yang datang dengannya. Maka hal itu akan menyebabkan timbulnya kebencian dari apa-apa yang ada padanya berupa kebenaran yang mengakibatkan adanya ghibah, adu domba, tuduhan yang hal itu termasuk maksiat yang paling besar. Maka orang yang menginginkan petunjuk dengan niat yang baik akan menjadi keheranan apabila dia memiliki ilmu yang sedikit serta tidak mendapat petunjuk kepada jalannya, juga tidak mengetahui kelompok mana yang harus diikutinya.
Dan muncul dari buruknya tujuan yang disertai hawa nafsu merupakan kesempatan untuk merusak kehormatan para ulama, orang-orang saleh, dan para pemimpin kaum muslimin. Maka seseorang akan menyandarkan perkataannya kepada sebuah kelompok yang diibaratkan memakai pakaian dengan pakaiannya didasari pula dengan hati seorang munafik yang memiliki tipu daya. Kemudian orang itu akan sampai kepada tujuan-tujuannya yang buruk dan akan muncul di dalam hati orang-orang yang menyandarkan diri kepadanya berupa benih-benih kehinaan. Bukanlah penyesalan itu atas orang-orang yang perkaranya seperti ini dan puncak dari tujuannya, akan tetapi sesungguhnya hal itu disebabkan oleh jalannya orang-orang yang telah binasa, dan hanyalah penyesalan itu bagi orang yang melontarkan kepadanya berupa pendengaran, memungkinkan dari lubuk hati untuk memperdengarkan kepadanya suatu prasangka yang akan berperan sebagai nasehat sedangkan pada hakikatnya dia termasuk musuh sekaligus penipu yang paling besar. Inilah sebagian hasil yang ditimbulkan dari adanya perselisihan.
Dan darinya juga orang-orang yang berselisih secara berangsur-angsur akan mengakibatkan saling menjauhi dan saling memboikot sampai-sampai sebagian dari mereka tidak dapat menuntut ilmu dari sebagian lainnya dan ditambah lagi tidak adanya budaya saling menasehati, sehingga akan terabaikanlah beberapa maslahat yang pada dasarnya seandainya mereka bersatu maka disitu akan terdapat kewajiban yang paling penting, bentuk pendekatakan yang paling besar kepada Alloh, dan termasuk ketaatan yang paling mulia dan semisalnya dari ketamakan musuh-musuh mereka untuk memecah-belah kalimat mereka dan mencerai-beraikan urusan mereka.

FASAL
TENTANG BEBERAPA FAEDAH DARI KESEPAKATAN MUSLIMIN, SALING CINTA, DAN USAHA KEPADA HAL TERSEBUT.

Hal inilah yang dituntut sekaligus menjadi maksud dari pembicaraan di atas sekaligus menjadi tujuan dari orang-orang yang ingin mendamaikan terdapat di dalamnya kedermawanan orang-orang yang dermawan, dan dengannya pula orang-orang akan berlomba-lomba. Oleh karena itu dari permisalan ini hendaklah orang-orang segera beramal dikarenakan hal itu mencakup beberapa maslahat yang besar dan kepentingan yang besar.
Intinya bahwa seluruh kerusakan yang telah disebutkan dan yang belum disebutkan tentang kerusakan dari saling memboikot, saling membenci, dan saling membelakangi dengan perkara ini dapat dihilangkan. Dan juga dapat menghantarkan pelakunya kepada seluruh kebaikan serta akan diperoleh berbagai macam kebaikan, turunnya berkah yang banyak, dikabulkannya do’a, dan digantikannya keburukan dengan kebaikan.
Dan dengan kesepakatan kalimat kaum muslimin maka akan terjalinlah persatuan di dalam agama ini, diperolehnya kejayaan dan kemenangan di muka bumi, dan dengannya pula akan menambah keislaman dan keimanan karena iman menurut ahlussunnah wal jamaah adalah perkataan dan perbuatan yang dapat bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan melakukan kemaksiatan. Dan usaha dalam hal ini termasuk dari ketaatan yang paling besar maka iman itu dapat bertambah dengannya beberapa derajat. Dan dengan persatuan akan mewujudkan kerjasama yang mencakup seluruh sifat yang baik berupa ketakwaan dan kebaikan.
Alloh  berfirman:
“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma'ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia.” (QS. An-Nisa`: 114)
Nabi  bersabda:
(( أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِأَفْضَلَ مِنْ دَرَجَةِ الصِّيَامِ وَالقِيَامِ وَالصَّدَقَةِ ؟ قَالُوْا : بَلَى يَا رَسُوْلَ اللهِ قَالَ: إِصْلاَحُ ذَاتِ البَيْنِ فَإِنَّ فَسَادَ ذَاتِ البَيْنِ هِيَ الحَالِقَةُ ))
“Maukah aku beritahukan kalian tentang sesuatu yang yang lebih utama daripada tingkatan puasa, shalat malam, dan sedekah? Mereka menjawab: “tentu wahai Rasululloh”, Beliau  bersabda: “Mendamaikan antara sesama, karena sesungguhnya dalam kerusakan antar sesama itu merupakan permusuhan”. (Dikeluarkan oleh at-Tirmidzi (no. 2433), Abu Dawud (no. 4273), Ahmad (no. 26236), dan Malik (no. 1405))
Dan di dalam sebuah riwayat:
(( لاَ أَقُوْلُ حَالِقَةُ الشَّعْرِ, وَلَكِنْ حَالِقَةُ الدِّيْنِ ))
“Saya tidak mengatakan pemotong rambut, akan tetapi permusuhan dalam agama”. (Dikeluarkan oleh at-Tirmidzi (no. 2434), dan Ahmad (no. 1338, 1355))
Maka tingkatan manakah yang lebih besar daripada tingkatan ini yang dengannya bertambah atas keutamaan pokok yang telah disebutkan semisal shalat, puasa, dan sedekah.
Nabi  bersabda:
(( وَاللهِ لاَ تَدْخُلُوْا الجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوْا وَلاَ تُؤْمِنُوْا حَتَّى تَحَابُّوْا أَفَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِشَيْئٍ إِذَا فَعَلْتُمُوْهُ تَحَابَبْتُمْ أَفْشُوْا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ ))
“Demi Alloh kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan kalian tidak beriman sampai kalian saling mencintai. Maukah aku beritahukan kepada kalian tentang sesuatu hal yang apabila kalian mengerjakannya maka kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam diantara kalian”. (Dikeluarkan oleh Muslim (no. 54), Abu Dawud (no. 5193), at-Tirmidzi (no. 2688), Ibnu Majah (no. 3692), dan Ahmad (no. 9073))
Maka Rasululloh  memberikan urutan masuk ke surga dengan adanya keimanan, kemudian adanya iman dengan saling mencintai yang dengannya dapat menyebabkan terjalinnya persatuan. Kemudian Beliau  mengingatkan obat dari hal itu yaitu dengan menyebarkan salam dikarenakan hal itu termasuk sebab yang paling besar.
Terjemahan ini selesai di kota Jeddah hari Kamis, 2 Syawwal 1429 H.

0 komentar:

Cari Artikel Hidayahsalaf