PELAJARAN
KEIMANAN DARI MANASIK HAJI
Oleh : Ustadz
Abul Abbas Thobroni
Allah telah
menciptakan sebuah kiblat di bumi sebagai petunjuk arah bagi manusia untuk
beribadah kepada Nya. Ka’bah adalah kiblat pertama kali di muka bumi, yang
dibangun oleh Nabi Ibrahim di kota suci Mekah. Ketika Nabi Ibrahim selesai dalam
pembangunan ka’bah yang dibantu oleh puteranya yaitu Nabi Isma’il, maka Allah
memerintahkan kepada nabi Ibrahim untuk mengumumkan ibadah haji kepada manusia niscaya
pasti manusia akan berbondong-bondong untuk mendatanginya.
Allah berfirman: “Dan
berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang
kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari
segenap penjuru yang jauh,
supaya
mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama
Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezki yang Allah telah berikan
kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan
(sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir”. QS.
al-Hajj: 27-28
Haji adalah ibadah
yang sangat urgen dalam Islam, oleh sebab itu Islam menjadikan haji sebagai
salah satu pilar penting dalam rukun Islam. Ibadah haji sarat dengan banyak pelajaran
dan hikmah yang bisa dipetik, jika seorang muslim duduk sebentar merenung
faedah dari ibadah haji pasti ia akan mendapat ribuan faedah. Dan pada edisi
ini kita akan menyebutkan 10 pelajaran dari ibadah yang mulia ini.
1.
Haji
adalah Madrasah untuk mentauhidkan Allah.
Tauhid
adalah inti sari dakwah para Nabi dan Rasul, dan hakikat tauhid adalah
mengesakan Allah dalam semua bentuk macam ibadah dan pengagungan. Oleh sebab
itu semua Nabi mendakwahkan kepada kaumnya dengan ucapan ( يا قومي اعبدوا الله ما لكم من إله غيره ) “Wahai kaumku sembahlah Allah, sesungguhnya
tidak ada sesembahan yang berhaq kalian sembah melainkan hanya Allah semata”
QS. al-A’rof: 59, 65, 73, 85
Manasik
haji dari yang awal sampai akhir semuanya menunjukan akan agungnya tauhid
kepada Allah dan bahaya kesyirikan. Kita ambil contoh adalah lafadz Talbiyah
yang sering dilantunkan ketika haji, yaitu lafadz
( لبيك اللهم لبيك, لبيك لا شريك لبيك, إن الحمد و النعمة لك و الملك لا
شريك لك )
“Aku penuhi panggilan engkau wahai tuhanku, aku penuhi panggilan engkau wahai dzat yang
tidak bersekutu, sesungguhnya pujian, nikmat dan kekuasaan hanya milik engkau
dan tidak ada sekutu bagi engkau”
Imam
Ibnu Zaid berkata: “Tidak ada seorang pun yang berbuat kesyirikan kecuali pasti
dia beriman kepada Allah bahwa Dia lah Tuhan, Pencipta, dan pemberi rizki. Oleh
karena itu orang – orang kafir Quraisy menambahkan lafatdz talbiyah dengan kalimat
( لا شريك لك إلا شريكا هو لك, تملكه و ما ملك ) “Tidak
ada sekutu bagi engkau melainkan sekutu yang engkau miliki, engkau menguasai
sekutu tersebut dan ia tidak memiliki apa-apa” (Jami’ul Bayan:8/77-78)
2.
Haji
adalah sarana untuk mendapatkan segudang pahala.
Diantara
manfaat haji adalah pengantar menuju surga Allah, Rasulullah Shallallahu’alaihi
wasallam bersabda: “Umrah satu dengan yang ke dua akan menghapuskan
dosa-dosa yang terjadi antara keduanya. Dan haji yang mabrur tidak ada balasan
baginya melainkan hanya surga” (H.R Muslim)
Haji
juga akan menghilangkan kefakiran dalam diri seorang muslim, Rasulullah Shallallahu’alaihi
wasallam bersabda: “Seringlah mengerjakan umroh dan haji, karena keduanya
akan menolak kefakiran dan membersihkan dosa sebagaimana panasnya api akan
menghilangkan kerak besi” (H.R Nasa’i dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani)
3.
Haji
adalah media untuk pembersihan jiwa.
Manusia
pasti tidak luput dari kubangan noda dosa dan manksiat, maka Allah telah
menjadikan beberapa amal shalih yang bisa menghapuskan noda dosa tersebut dan
ibadah haji salah satu dari ibadah tersebut.
Dari
Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: “Siapa
yang haji dan ia tidak berbuat sia-sia dan kefasikan maka pasti ia pulang
bagaikan bayi yang baru dilahirkan oleh ibunya” (H.R Bukhari & Muslim)
Rasulullah
Shallallahu’alaihi wasallam pernah berkata kepada Amr Bin Ash: “Wahai
Amr apakah engkau tidak mengetahui bahwa Islam akan menghapuskan dosa-dosamu
sebelumnya, demikian juga hijrah akan menghapuskan dosa-dosamu yang lalu, juga
haji akan menghapuskan dosa-dosamu yang lalu” (H.R Muslim)
4.
Haji
adalah madrasah untuk pemutusan terhadap syahwat dunia.
Orang
yang haji ketika sudah ihram maka dia harus meninggalkan syahwat duniawiyah
seperti hubungan intim, baju berjahit, minyak wangi, memotong kuku dan rambut. Bahkan
ketika haji orang hanya berpakaian baju ihram berupa dua helai kain putih. Ini semua
untuk mengingatkan kita bahwa kita adalah makhluq faqir yang tidak memiliki
sesuatu apa pun dan kita juga kembali kepada Allah tanpa membawa sehelai
kenikmatan. Sehingga tidak ada yang perlu kita sombongkan dan banggakan dari
apa yang kita miliki, karena semuanya hanya pemberian dan titipan Allah semata.
5.
Haji adalah
momentum terbesar untuk mengikat ukhuwah imaniyah.
Kaum
muslimin adalah sebuah umat yang saling bersaudara bagaikan anggota tubuh yang
jika satu anggota sakit maka semuanya juga ikut merasakan, mereka semua diikat
dengan ikatan persaudaraan yang sangat kokoh yaitu ukhuwah imaniyah. Ukhuwah
imaniyah ini lebih tinggi dari pada hubungan persaudaraan yang diikat dengan
garis keturunan (nasab), pernikahan, kabilah, suku, ras, pertemanan, dan mitra
usaha. Dan haji adalah sinyalir yang sangat jelas kepada manusia bahwa muslim
adalah umat yang satu walaupun mereka berbeda ras, negara, bahasa, warna kulit,
dan jabatan. Semua manusia berkumpul di tempat yang satu dengan aktifitas yang
rapi dan teratur tanpa memandang perbedaan diantara mereka.
6.
Haji
adalah sarana untuk meniti jejak Nabi Ibrahim dan Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam.
Nabi
Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam pernah melaksanakan ibadah haji
pada tahun 10 hijriyah, dan itu merupakan haji satu-satunya beliau setelah
beliau hijrah ke Madinah sehingga dikenal dengan haji Wada’ (perpisahan) karena
di tahun tersebut Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam meninggal
dunia. Bahkan Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam memerintahkan
kepada umatnya untuk mengambil manasik haji beliau ketika itu, karena mungkin
tahun berikutnya tidak bisa berjumpa lagi dengan umatnya.
Beliau
bersabda:
( خذوا عني مناسككم فلعلي لا ألقاكم بعد عامي هذا )
“Ambil
lah manasik haji kalian dariku, karena mungkin aku tidak bisa berjumpa dengan
kalian pada tahun depan” (H.R Muslim)
Dan
ini semua sebagai bentuk perealisasian pengikutan Nabi Muhammad kepada Nabi Ibrahim,
karena Allah telah memerintahkan kepada nabi Muhammad Shallallahu’alaihi
wasallam dan umatnya untuk mengikuti agama Nabi Ibrahim. Allah berfirman: “Kemudian
Kami wahyukan kepadamu (Muhammad): "Ikutilah agama Ibrahim seorang yang
hanif (lurus) dan bukanlah Dia Termasuk orang-orang
yang mempersekutukan Tuhan” (QS. an-Nahl: 123)
7.
Haji
adalah ujian hati dari sifat riya’ dan sombong.
Manusia
sifatnya suka dipuji, dimuliakan, diagungkan, dan lainnya. Oleh sebab itu sering
manusia pamer dan menampakan amalkan supaya orang lain mengetahuinya dan
memujinya. Inilah riya’ yang bisa membatalkan amal kebaikan, karena riya’
tujuanya adalah mencari pujian manusia bukan ridha Allah. Terlebih kebiasaan di Negeri Indonesia
bagi orang yang pulang haji mendapatkan gelar Pak Haji dan Bu Hajah, padahal
ibadah yang lain tidak pernah ada panggilan, sehingga tidak ada panggilan Pak Sholat,
Pak Zakat, Pak Puasa, dan lainnya.
8.
Haji melatih
manusia untuk hidup disiplin dan tertib.
Islam
sangat menekanlan hidup yang disiplin dan teratur, oleh sebab itu dalam ibadah
sholat dan haji semua gerakan diatur dengan sangat rapi dan teratur. Dan ini
memberikan isyarat kepada manusia bahwa kehidupan dunia juga haru rapi dan
teratur. Terlebih dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, jika masyarakat
tidak mau tunduk kepada pemimpin maka hasilnya kehiduan akan berantakan dan
kacau. Jalan-jalan macet, sampah-sampah berserakan, ekonomi pasar yang porak
poranda karena orang yang kuat memakan yang lemah, orang yang kaya menginjak
orang yang miskin.
9.
Haji
adalah sumber segala kebaikan dunia dan akhirat.
Allah
berfirman: “Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat
bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah
ditentukan atas rezki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang
ternak”. (QS. al-Hajj: 28).
Dalam
ayat ini disebutkan ( منافع )
yang merupakan kata jama’ (plural) dari منفعة yang berarti banyak manfaat, dan Allah menyebutkan dengan
bentuk Nakirah menunjukan bahwa manfaat tersebut umum untuk dunia dan
akhirat.
Abdullah
bin Abbas berkata: “Manfaat dunia dan akhirat. Manfaat akhirat adalah
memperoleh keridhoan Allah, sedangkan manfaat dunia adalah menikmati daging
haji dan kurban demikian dia bisa berdagang sambil haji” (ad-Dur al-Mantsur:6/73)
Dahulu
kaum muslimin merasa salah jika berhaji sambil berdagang, maka Allah
membolehkan perdagangan tersebut dan berfirman: “Tidak ada
dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari Tuhanmu” (QS. al-Baqarah:
198)
10.
Haji
adalah renungan bahwa cikal bakal Islam adalah Arab.
Oang
yang hendak menjalankan ibadah haji maka ia harus berjalan menuju mekah karena
kiblat berada di sana, demikian juga lafadz-lafadz bacaan pun dengan Bahasa Arab.
Ini semua menunjukan bahwa Islam bersumber dari Arab, yang mana al-Qur’an diturunkan
dengan Bahasa Arab, Nabi Muhammad juga orang Arab yang berlogat Arab, demikian
juga Ulama-ulama Islam berbahasa arab seperti Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam
Syafi’i, dan Imam Ahmad. Maka pemikiran yang ingin memisahkan antara Islam dan Arab hanyalah hembusan
propaganda kafir untuk menghancurkan Islam.
Semoga
pelajaran-pelajaran dari ibadah haji ini bisa bermanfaat bagi kita semua. WALLAHU
A’LAM.
0 komentar:
Posting Komentar