Meneladani
Khadijah binti Khuwailid radhiyallahu ‘anha
oleh: Abu Abdillah Riza
Bercampur rasa sedih
dan bahagia ketika memperhatikan keadaan ummat di akhir zaman yang telah
terjamur dengan beraneka ragam kemungkaran. Sedih ketika
memperhatikan maksiat yang merajalela, dan bahagia karena masih ada diantara kaum Hawa yang masih menyisihkan
waktunya untuk belajar agama dan mengamalkan ajaran Rasulullah Muhammad shallallahu'alaihi wasallam (r) dan juga
contoh ibadah istri-istri Beliau.
Terkhusus kaum
wanita yang sebagian mereka lalai dan tidak memahami kepada siapa mereka akan
bersuri tauladan. Artis film dan sinetron, tokoh-tokoh wanita Liberal dan
Sekuler bahkan wanita Kafir yang sukses dan tenar dalam hal keduniaan yang
bersifat sementara ini menjadikan gaya hidup tanpa terasa terpengaruh dengan
tingkah laku mereka. Semoga kisah yang telah kokoh dan masyhur dari Ummul
Mukminin yang satu ini dapat menyadarkan kita dari fenomena di atas.
Ada dua perempuan
yang membela dan mendukung dakwah Nabi Muhammad r
di awal lahirnya Islam mereka adalah Khadijah binti
Khuwailid dan Fathimah binti Asad.
Beliau adalah Ummul
mukminin Khadijah binti Khuwailid perempuan yang terbaik pada waktu itu, rela
berkorban di atas dakwah Islam sehingga ia memfasilitasi kebutuhan Rasulullah r, memiliki kedewasaan
dan tepat dalam berfikir dan memilih sehingga ia adalah perempuan yang pertama
kali beriman kepada wahyu yang diterima oleh Rasulullah rketika di gua Hira’.
Ayahnya adalah
Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza. Dia adalah kakeknya Zubair bin Awwam. Ibunya
adalah Fatimah binti Zaidah bin Al-Asham. Dia adalah bibi sahabat Ibnu ummi
Maktum.
Ahli sejarah berbeda
pendapat, apakah khadijah menikah dengan Nabi r dalam keadaan janda, ataukah masih gadis. Sebagian
mengisyaratkan bahwa Khadijah masih gadis, diantaranya Abu Nuaim Al-Ashbahani
dalam. [Dalail An-Nubuwah 1/178]
Ulama berbeda
pendapat tentang usia khadijah ketika menikah dengan Rasulullah r.
Keterangan yang sering kita dengar, beliau menikah dengan Nabi r di
usia 40 tahun. Berdasarkan riwayat yang disebutkan oleh Ibnu Sa’d dalam At-Thabaqat Al-Kubro, dari Al-Waqidi. Dalam riwayat
itu dinyatakan:
“Rasulullah r menikahinya
(Khadijah) ketika beliau berusia 25 tahun, sementara Khadijah berusia 40 tahun”. [Thabaqat Ibnu
Sa’d, 1/132]
Akan tetapi dalam
riwayat Al-Hakim dengan sanadnya, dari Muhammad Ibnu Ishaq, beliau menyatakan:
“Pada hari
pernikahannya (Khadijah), beliau berusia 28 tahun”. [Al-Mustadrak Al-Hakim, 11/157]
Kemudian dalam
Al-Bidayah wan Nihayah, Ibnu Katsir mengatakan:
“Dinukil oleh
Al-Baihaqi dari Al-Hakim bahwa usia Rasulullah r ketika menikah dengan Khadijah adalah 25 tahun, sedangkan usia
Khadijah ketika itu adalah 35 tahun, ada juga yang mengatakan, 25 tahun…”. [Al-Bidayah wa An-Nihayah, 2/295]
Wallahu A’lam, dalam hal penetapan umur Khadijah terdapat
beberapa perbedaan pendapat akan tetapi hal tersebut wajar dan tidak separah hadits lemah bahkan palsu.
Khadijah merupakan
istri pertama Rasulullah r. dan selama beliau bersama Khadijah, Beliau r tidak berpoligami sampai Khadijah meninggal. Dan semua anak-anak
Rasulullah r berasal dari pernikahannya dengan Khadijah, termasuk
diantaranya Al Qasim, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, Fatimah, dan Abdullah. Kecuali satu, Ibrahim. Ibrahim berasal dari ibu Mariyah
Al-Qibthiyah.
Beliau adalah
termasuk salah satu Ibu yang terbaik dan
terdahulu bagi kaum yang beriman, memiliki banyak keutamaan yang sangat
istimewa dan susah untuk dicari bandingannya, seperti yang dikabarkan di dalam
beberapa riwayat berikut ini;
Rasulullah r pernah memuji beberapa wanita, diantaranya Khadijah,
“Cukup bagimu 4 wanita pemimpin dunia: Maryam bintu Imran (Ibunda
Nabi Isa), Khadijah bintu Khuwailid, Fathimah binti Muhammad, dan Asiyah istri
Fir’aun”. [HR. Ahmad 12391, Tirmidzi 3878, dan sanadnya dishahihkan oleh Syu’aib Al-Arnauth]
Rasulullah r sering menyebut nama Khadijah, sampai A’isyah radhiyallahu ‘anha mengatakan
tentang Khadijah,
“Aku tidak pernah
cemburu terhadap semua istri Nabi r sebagaimana aku
cemburu kepada Khadijah. Beliau meninggal sebelum Rasulullah r menikahiku, namun aku sering mendengar beliau menyebut-nyebut
Khadijah”. [HR.
Bukhari No.4828]
“Rasulullah memberi kabar
gembira kepada Khadijah binti Khuwailid dengan sebuah rumah di surga”. [HR.
Muslim No.4462]
“Allah
‘Azza wa Jalla memerintahkan Rasulullah agar memberi kabar gembira
kepadanya (kepada Khadijah) dengan sebuah rumah dari permata di surga. Apabila
beliau menyembelih seekor kambing, maka beliau suka menghadiahkannya kepada
para sahabat-sahabat Khadijah”. [HR.
Muslim No.4463]
“Dia
beriman kepadaku ketika orang-orang mengingkariku. Dia membenarkanku ketika
orang-orang mendustakanku. Dia menyokongku dengan hartanya ketika
orang-orang memboikotku. Dan Allah mengaruniakan anak bagiku dari (rahim)-nya.
Padahal dengan (istri-istriku) yang lain, aku tak mendapatkannya”. [HR. Ahmad; hadits shahih]
Kesimpulan:
Semoga
kita dapat menjadi generasi muslimah yang senantiasa beramal dan mencontoh Ibunya
kaum beriman yakni Khadijah binti Khuwailid dalam hal keimanan, pengorbanan, keberanian,
kedewasaan, pendidikan anak, kelembutan, ketabahan, dan pengamalan dari apa-apa
yang kita ketahui nashnya dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah r.
0 komentar:
Posting Komentar