HAKIKAT CINTA RASUL
Oleh : Ustadz Abul Abbas Thobroni
Nabi Muhammad shallallahu'alaihi wasallam (r) adalah sosok manusia terbaik yang Allah
ciptakan, oleh sebab itu Beliau dijadikan sebagai Nabi akhir zaman yang menutup
risalah para Nabi dan Rasul sehingga tidak akan ada Nabi dan Rasul setelahnya.
Karena kedudukan Beliau yang tinggi maka dijadikan Sahabat-sahabat Beliau
sebagai Sahabat Nabi terbaik, demikian juga umat Beliau adalah umat Nabi
terbaik.
Diantara keutamaan Nabi Muhammad r dibanding dengan Nabi yang lain adalah
bahwa Beliau orang yang pertama kali membuka pintu surga, Beliau juga yang
berhak berbicara dengan Allah di padang mahsyar ketika Nabi-nabi yang lain diam
seperti Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, dan Isa.
Oleh karena itu kita sebagai umatnya harus
mencintai Beliau lebih dari kecintaan kita kepada diri kita sendiri, atau orang
tua, suami istri, anak-anak, dan semua manusia yang ada. Dan kecintaan umat
manusia kepada Rasulullah
termasuk dalam bagian dari keimanan seseorang.
Rasulullah r bersabda : "Tidak sempurna iman salah seorang dari kalian
sehingga menjadikan aku lebih ia cintai dari orang tuanya, anaknya dan seluruh
manusia". (HR. al Bukhari)
Umar bin Al Khaththab pernah bercerita : "Kami
bersama Nabi r, dan Beliau
dalam keadaan memegang tangan Umar bin Al Khaththab, lalu Umar berkata kepada Beliau:
"Wahai, Rasululah! Sungguh engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu
kecuali diriku," lalu Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Tidak, demi Dzat yang jiwaku di tanganNya, sampai aku lebih kamu cintai
dari dirimu sendiri". Lalu Umarpun berkata: "Sekarang, demi Allah,
sungguh engkau lebih aku cintai dari diriku sendiri," lalu Nabi bersabda:
"Sekarang (baru benar), wahai Umar!" .(HR. al
Bukhari)
Anas bin Malik berkata: "Seorang
penduduk badui menjumpai Rasulullah r dan bertanya: "Wahai, Rasulullah! Kapan
hari Kiamat terjadi?" Beliau r menjawab,"Apa yang telah engkau
persiapkan untuknya?" Ia menjawab,"Aku tidak memiliki persiapan,
kecuali aku mencintai Allah dan RasulNya," maka Rasulullah
bersabda,"Sungguh, engkau bersama orang yang engkau cintai." Lalu
kami berkata: "Demikian juga kami?" Beliau rmenjawab, "Ya." Maka kamipun
pada hari itu sangat berbahagia".
Anas berkata: "Sungguh aku mencintai Allah, RasulNya, Abu Bakar dan Umar, lalu aku berharap bisa bersama mereka, walaupun aku belum beramal dengan amalan mereka". (HR. al Bukhari dan Muslim)
Anas berkata: "Sungguh aku mencintai Allah, RasulNya, Abu Bakar dan Umar, lalu aku berharap bisa bersama mereka, walaupun aku belum beramal dengan amalan mereka". (HR. al Bukhari dan Muslim)
Setelah itu muncul dalam benak pikiran kita: Terus
bagaimana tanda dan hakikat nyata kecintaan kita kepada Rasulullah?
Maka kita katakan bahwa tanda bahwa kita
mencintai Rasulullah
adalah ketika kita mengikuti sunnah dan petunjuk Beliau. Siapa yang mengakui dirinya cinta
kepada Rasulullah, dia harus membuktikan cintanya dengan realisasi nyata untuk
mengamalkan Sunnah dalam kehidupan setiap hari, dengan menjalankan semua
perintahnya dan menjauhi larangan-larangan Beliau. Akan tetapi jika ia sekedar mengatakan
dengan lisannya bahwa ia cinta dengan Rasulullah, namun dia tidak menjalankan Sunnah
Beliau, malas untuk menjalankan perintah Beliau dan masih sering menerobos
larangan Beliau maka ia adalah pendusta dalam pengakuannya.
Coba kita simak syarat yang Allah buat bagi
para pengaku cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, Allah ‘Azza wa Jalla
berfirman: “Katakanlah,
Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah (sunnah/petunjuk) ku,
niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu, Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.” (QS. Ali ‘Imran: 31).
Imam Ibnu Katsir, ketika menafsirkan ayat ini berkata; “Ayat yang
mulia ini merupakan hakim (pemutus perkara) bagi setiap orang yang mengaku
mencintai Allah, akan tetapi dia tidak mengikuti jalan (sunnah) Rasulullah r, maka dia adalah orang yang
berdusta dalam pengakuan tersebut dalam masalah ini, sampai dia mau mengikuti
syariat dan agama (yang dibawa oleh) Nabi Muhammad r dalam semua ucapan, perbuatan dan
keadaannya.”( Tafsir Ibnu Katsir 1/477)
Ada seorang penyair yang berkata:
“Engkau terus bermaksiat kepada Allah namun engkau menyatakan
cinta kepada-Nya
sungguh ucapan ini tidak
akan masuk dalam akal sehatnya
Jika cinta kamu itu benar niscaya engkau akan mentaati-Nya
Karena para pecinta pasti akan taat kepada kekasih-Nya”
Berdasarkan keterangan di atas, jelaslah bahwa cara mencintai
Rasulullah r
yang sebenarnya adalah meneladani petunjuk dan sunnah Beliau r, dengan berusaha mempelajari dan mengamalkannya sebaik-baiknya
dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan berlebihan dalam meluapkan rasa cinta dengan membuat
ritual-ritual baru dalam Islam yang tidak pernah Beliau ajarkan, atau dengan
berlebihan dalam memuji sampai mengangkat Beliau ke derajat ketuhanan maka ini
tidak dibolehkan. Oleh karena itu Rasulullah r bersabda, “Janganlah kalian memuji diriku secara berlebihan dan melampaui batas,
sebagaimana orang-orang Nasrani melampaui batas dalam memuji (Nabi Isa) bin
Maryam, karena sesungguhnya aku hanyalah seorang hamba Allah, maka katakanlah: Hamba
Allah dan Rasul-Nya.“ ( HR. al-Bukhari )
Inilah makna cinta kepada Rasulullah r yang dipahami dan diamalkan oleh
generasi terbaik umat ini yaitu para Sahabat y.
Anas bin Malik t berkata,
“Tidak ada seorangpun yang paling dicintai oleh para sahabat Rasulullah r melebihi Beliau r, akan tetapi jika mereka melihat Beliau
r, mereka tidak berdiri (untuk
menghormati Beliau r),
karena mereka mengetahui bahwa Rasulullah r membenci perbuatan tersebut”. (HR. at-Tirmidzi dan Ahmad,
dishahihkan oleh Syaikh al-Albani)
Semoga Allah menjadikan kecintaan kita
kepada Allah dan Rasul-Nya melebihi kecintaan kita dengan diri
sendiri, keluarga, harta dunia, dan adat istiadat setempat. Amin
0 komentar:
Posting Komentar