STOP Memberi Nama Ibnu
Sina! Ini Penjelasannya
Info penting bagi
orang-orang yang masih mengagumi Ibnu Sina dan memberi nama:
– Sekolah “Ibnu Sina”
– Apotek “Ibnu Sina”
– Rumah Sakit “Ibnu Sina”
– Masjid “Ibnu Sina”
– Laboratorium “Ibnu Sina”
– Sekolah “Ibnu Sina”
– Apotek “Ibnu Sina”
– Rumah Sakit “Ibnu Sina”
– Masjid “Ibnu Sina”
– Laboratorium “Ibnu Sina”
(Pijar.net) – Siapa diantara kita yang
tidak mengenal Ibnu Sina? Saya yakin semua pasti mengenal karena dalam
buku pelajaran sekolah dahulu namanya dicatutkan kedalam daftar
tokoh-tokoh besar islam. Seorang saintis timur tengah yang menjadi kebanggaan
kebanyakan kaum muslimin saat ini. Bagaimana tidak, penguasaannya di bidang
pengetahuan dan keahliannya di bidang iptek tidak lagi menjadi perdebatan.
Pengaruhnya yang luar biasa besar diakui hingga ke dunia Barat. Sampai-sampai
buku karangannya dijadikan buku teks kedokteran dan pengetahuan lain di Eropa
hingga berabad-abad lamanya.
Ibnu Sina memang
luar biasa, namun tahukah siapa sebenarnya ia? Ibnu Sina
bukanlah seorang ulama Islam melainkan hanya saintis yang membawa aqidah
rusak dan berbahaya.
Mari Menelisik Hakikat Ibnu Sina
Ibnu Sina –
semoga Allah tidak meridhoinya- memiliki nama Al Husein bin Abdillah. Dia
sangat terkenal di bidang kedokteran sehingga banyak orang memujinya dan
mengabadikan namanya di bidang kesehatan, bahkan menisbahkannya dengan Islam.
Padahal dia memiliki kesesatan yang Islam berlepas darinya.
Pendapat Ulama Mengenai Ibnu Sina
Al-Ghazali mengkafirkan Ibnu Sina dan Al Farabi
dalam bukunya, Al Munqidz min Adh Dhalal. Dalam bukunya yang lain, At
Tahafut Al Falasifah, beliau membantah Ibnu Sina dalam dua puluh
majelisnya. Ada tiga poin yang ia sebut sebagai kekeliruan dan kesesatan para
filsuf yang mengaku Islam,
Yang pertama, Alam ini dahulu
Yang kedua, tidak ada tempat kembali bagi jasmani
Yang ketiga, sesungguhnya Allah tidak mengetahui hal-hal yang sifatnya juziyyah (partikel kecil)
Yang pertama, Alam ini dahulu
Yang kedua, tidak ada tempat kembali bagi jasmani
Yang ketiga, sesungguhnya Allah tidak mengetahui hal-hal yang sifatnya juziyyah (partikel kecil)
Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyyah
Dalam kitabnya Al Istiqamah, menyebutkan bahwa Ibnu Sina adalah shabiah
(penyembah bintang) yang mencampuradukkan agama dengan filsafat. Beliau juga
berkata dalam kitabnya yang lain, “Ibnu Sina itu seorang Syiah Rafidhah
dari sekte Qaramithah. Dia mencela dan merendahkan kehormatan para shahabat
radhiyallahu anhum.”
Ibnul
Qayyim Al Jauziyyah
rahimahullah berkata dalam Ighasatul Lahafaan 2/267 : “Imamnya orang-orang yang
menyimpang itu adalah Ibnu Sina.”
Ibnu
Sholah rahimahullah
dalam Fatawa Ibnu Sholah 1/209 berkata: “Ibnu Shina itu termasuk salah satu
setan dari kalangan setan manusia.”
Adz
Dzahabi rahimahullah
berkata dalam Mizanul I’tidal: “Aku tidak mendapati riwayat ilmu sedikitpun
dari Ibnu Sina. Kalaupun ada ilmu darinya, tidak boleh mengambilnya. Hal itu
karena dia seorang ahli filsafat, plagiat, dan sesat.”
Ibnu
Hajar Al Asqolani
rahimahullah mengomentari ucapan Adz Dzahabi di atas dalam kitab Al Lisan,
mengatakan: “Semoga Allah tidak meridhoi Ibnu Sina.”
Asy
Syaikh bin Baaz
rahimahullah berkata: “Tidak layak bagi kaum muslimin menamai suatu tempat
dengan nama Ibnu Sina atau Al Farabi, semoga Allah menjelekkannya.” ( Al Fawaid
Al Jaliyyah karya Az Zahrany hal 37)
Asy
Syaikh Shalih Al Fauzan ketika ditanya, “Syaikh yang mulia, semoga
Allah memberi kebaikan kepadamu. Apa pendapatmu kepada orang yang memuji Ibnu
Sina dan menjadikan dia termasuk salah satu ulama kaum muslimin, semoga Allah
membalas kebaikan kepadamu”
Beliau menjawab:
Orang yang mengatakan hal tersebut berada diantara dua kemungkinan.
1. Kemungkinan pertama dia adalah orang jahil dan tidak mengetahui keadaan Ibnu Sina, maka orang yang demikian tidak pantas untuk berbicara tentang Ibnu Sina, yang menjadi kewajibannya adalah diam.
2. Kemungkinan kedua, dia mengetahui keadaan asli Ibnu Sina, tahu kekafirannya, menetapkan hal tersebut, maka hukumnya sebagaimana Ibnu Sina dihukumi. Kita berlindung kepada Allah dari hal yang demikian. Karena dia mengetahui dan menetapkan kekafiran Ibnu Sina namun dia malah memberikan pujian kepadanya. Sungguh ini perkara yang berbahaya. Akan tetapi, sebagian orang yang memberikan pujian kepada Ibnu Sina, karena penghormatan bahwa dia seorang dokter saja. Ini merupakan perkara dunia. Dia (Ibnu Sina) seorang dokter dan diantara orang kafir ada dokter yang lebih ahli dari pada Ibnu Sina, maka mengapa hanya mengkhususkan pujian kepada Ibnu Sina?
Orang yang mengatakan hal tersebut berada diantara dua kemungkinan.
1. Kemungkinan pertama dia adalah orang jahil dan tidak mengetahui keadaan Ibnu Sina, maka orang yang demikian tidak pantas untuk berbicara tentang Ibnu Sina, yang menjadi kewajibannya adalah diam.
2. Kemungkinan kedua, dia mengetahui keadaan asli Ibnu Sina, tahu kekafirannya, menetapkan hal tersebut, maka hukumnya sebagaimana Ibnu Sina dihukumi. Kita berlindung kepada Allah dari hal yang demikian. Karena dia mengetahui dan menetapkan kekafiran Ibnu Sina namun dia malah memberikan pujian kepadanya. Sungguh ini perkara yang berbahaya. Akan tetapi, sebagian orang yang memberikan pujian kepada Ibnu Sina, karena penghormatan bahwa dia seorang dokter saja. Ini merupakan perkara dunia. Dia (Ibnu Sina) seorang dokter dan diantara orang kafir ada dokter yang lebih ahli dari pada Ibnu Sina, maka mengapa hanya mengkhususkan pujian kepada Ibnu Sina?
Mereka katakan:
“Karena Ibnu Sina itu menyandarkan dirinya kepada Islam, sehingga ini merupakan
kebanggaan untuk Islam.”
Maka kita katakan: “Islam berlepas diri darinya dan Islam tidak membutuhkannya.”
Maka kita katakan: “Islam berlepas diri darinya dan Islam tidak membutuhkannya.”
Kesimpulannya,
Ibnu Sina tidak layak untuk dipuji dan diberi rekomendasi, karena dia seorang
penganut Syiah Bathiniyyah , ahli filsafat, atheis dan menyatakan bahwa alam
ini ada dengan sendirinya.” (At Ta’liiq Al Mukhtashar ‘alal Qasiidah An
Nuuniyah 3/ 1328)
0 komentar:
Posting Komentar