Wahai Para da’i, jangan abaikan dakwah Tauhid (Nasehat
Ulama)
Memulai dakwah Tauhid dan meninggalkan syirik membuat orang lari, memecah belah umat...
Memulai materi akhlaq dan fiqih atau semisalnya adalah wasilah saja...
maksudnya agar orang akrab dengan dakwah kita...
materi dakwah yang sedang booming adalah fiqih...
ente jangan iri ya akhii karena pengikut ane banyak...
ini diantara sekian banyak alasan banyak para Da'i yang tidak akan ada ujungnya.
لَمَّا بَعَثَ مُعَاذًا إِلَى الْيَمَنِ قَالَ إِنَّكَ تَأْتِي
قَوْمًا أَهْلَ كِتَابٍ فَادْعُهُمْ إِلَى أَنْ يَشْهَدُوا أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا
اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا
رَسُولُ اللَّهِ
“Tatkala Nabi shallallahu’alaihi wasallam mengutus Mu’adz ke Yaman
bersabda:
“Sungguh
kamu akan menjumpai kaum Ahli kitab, maka ajaklah mereka
agar bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad
adalah utusan Allah”.
HR. Bukhari & Muslim
Pelajaran
Hadits:
Syaikh
Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al Fauzan di dalam kitabnya yang berjudul I’anatul
Mustafid Bisyarhi Kitab At Tauhid (cet. Ke-3 Muassasah
Ar Risalah thn 1423/2002)
mengatakan:
-
Dalam hal ini
bahwa wajib bagi para Da’i agar mengetahui keadaan orang yang akan didakwahi. Ini
adalah metode dakwah, ketika ia akan berdakwah kepada masing-masing individu
maka hendaklah menggunakan bahasa yang cocok. Sebagaimana ketika ia berbicara
kepada Ulama maka pilihlah bahasa yang sesuai, demikian pula kepada orang awam.
Dikarenakan masing-masing manusia tidaklah sama semuanya dalam hal ini,
tidaklah pantas seorang berbicara kepada Ulama seperti ia berbicara kepada
orang yang bodoh, sebaiknya berbicara kepada orang bodoh tidaklah pantas menggunakan
bahasa seperti ketika berbicara kepada Ulama.
Demikian juga halnya ketika ia berbicara
dengan para pemimpin tidaklah pantas menggunakan bahasa seperti bicaranya
kepada orang awam atau sebaliknya. Jadi masing-masing individu hendaknya diajak
bicara dengan menggunakan bahasa yang lebih mendekati kebenaran.
Allah Ta’ala pernah memerintahkan Nabi
Musa dan Harun untuk mendakwahkan Fir’aun;
فَقُولا لَهُ قَوْلاً لَيِّناً
لَعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَى
“Maka
berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut,
mudah-mudahan ia ingat atau takut". QS. Thaha: 44
- Ajakan kepada kalimat Syahadat di dalam hadits tersebut
menunjukkan bahwa dakwah hendaklah dengan cara bertahap atau berangsur-angsur,
memulai dari perkara yang paling penting kemudian berlanjut kepada perkara
penting lainnya karena ini adalah metode para Rasul yakni memulai dakwah dengan
menjelaskan kalimat Syahat Lailaha illallah yang merupakan dasar pokok
dan pondasi agama. Jika makna kalimat Syahadat ini sudah terwujud maka sudah
memungkinkan untuk mengajarkan hal lainnya. Sebaliknya jika belum terwujudnya
hakekat makna La ilaha illallah maka perkara lainnya tidaklah berguna. Maksudnya
janganlah kamu mendahulukan masalah shalat sedangkan orang itu masih berbuat
syirik, demikian pula ibadah lainnya seperti puasa sedekah zakat, silaturrahim
dan lainnya sedangkan mereka masih menyekutukan Allah karena kamu belum membangun
pondasi yang pertama.
- Metode ini sangatlah berbeda dengan kebanyakan para Da’i
dewasa ini yang tidak terlalu memberikan porsi yang besar kepada dakwah La
ilaha illallah, yang mana mereka mengutamakan dakwah agar orang meninggalkan
riba dan muamalah yang baik, berhukum dengan hukum Allah dan lain-lain. Akan tetapi
mereka tidaklah menyebutkannya dan tidak memperhatikannya seolah-olah dakwah
Tauhid tidaklah wajib. La haula wala quwwata illa billah.
Ditulis oleh
Abu Abdillah Riza http://hidayahsalaf.blogspot.co.id/
0 komentar:
Posting Komentar