yufid.com

Senin, 30 Maret 2020

Hadits lemah mungkar seputar Corona

Posted by Abu Abdillah Riza Firmansyah On 16.19 No comments
HADITS-HADITS LEMAH DAN MUNGKAR SEPUTAR CORONA

*Sehebat Umarkah Iman Kita?*

Ijinkan saya berimajinasi. Andaikan saja Umar bin Khattab hadir saat ini, bisa jadi perasaannya campur aduk: geram, kecewa, juga sedih.

Bayangkan. Begitu banyak pesan datang soal corona. Isinya seakan membenturkan agama dan sains. Sholeh dan tidak Sholeh. Beriman dan tidak beriman.

Simak beberapa di antaranya:

"Ayooo ramaikan masjid. Virus Corona itu tentara Allah. Dengan ke masjid dia akan tunduk."

"Mati itu urusan Allah. Buat apa kita sholat di rumah. Justru harus ke masjid."

"Mengapa kita takut kepada virus Corona. Harusnya lebih takut kepada Allah. Ga perlu kita di rumah terus."

"Dengan wudhu dan doa kita akan terhindar dari corona."

"Kalau sudah takdir ya takdir aja kita mati. Ga usah lebay soal Corona."

Saya teringat kisah Umar bin Khattab pada
18 H. Saat itu, Umar melakukan perjalanan dari Madinah menuju Syam. Di perbatasan masuk wilayah Syam rombongan berhenti.
Abu Ubaidah bin Al Jarrah, Gubernur Syam ketika itu datang ke perbatasan untuk menjemput dan menyambut rombongan Khalifah.

Kala itu, Syam tengah tertimpa wabah tha'un, sebuah penyakit menular. Benjolan muncul di seluruh tubuh yang akhirnya pecah dan mengakibatkan pendarahan.

Umar bermusyawarah dan meminta saran kepada sahabat muhajirin, anshar, dan orang-orang yang ikut dalam peristiwa Fathu Makkah. Apakah akan melanjutkan perjalanan masuk ke Syam atau kembali ke Madinah? Perbedaan pendapat terjadi.

Abu Ubaidah radhiyallahu'anhu menginginkan agar mereka masuk ke Syam.

"Mengapa engkau lari dari takdir Allah ?" Tanya Abu Ubaidah kepada Umar.

Lalu Umar radhiyallahu'anhu menyanggahnya dan mengatakan ,"Jika kamu punya kambing dan ada dua lahan yang subur dan yang kering, kemana akan engkau arahkan kambingmu? Jika ke lahan kering itu adalah takdir Allah, dan jika ke lahan subur itu juga takdir Allah. Sesungguhnya dengan kami pulang, kami hanya berpindah dari takdir yang satu ke takdir yang lain."

Akhirnya perbedaan itu berakhir ketika Abdurrahman bin Auf radhiyallahu'anhu mengucapkan hadist Rasulullah.

"Jika kalian mendengar wabah melanda suatu negeri. Maka, jangan kalian memasukinya. Dan jika kalian berada di daerah itu janganlah kalian keluar untuk lari darinya." (HR. Bukhari & Muslim)

Akhirnya, Umar dan rombongan kembali ke Madinah. Sementara itu, Abu Ubaidah, tetap ingin hidup bersama rakyatnya dan mati bersama rakyatnya. Sampai akhirnya Abu Ubaidah, Muadz bin Jabal, Suhail bin Amr, dan sahabat-sahabat mulia lainnya radiyallahuanhum wafat karena wabah tersebut. Total sekitar 20 ribu orang meninggal dunia. Hampir separuh penduduk Syam ketika itu.

Umar, sosok yang keimanannya tak perlu diragukan lagi, memilih untuk tidak masuk ke Syam. Padahal, dengan bekal keimanannya, beliau orang yang paling pantas berkata:

"Saya tak takut masuk Syam. Wabah Tha'un itu ciptaan Allah. Kalau sudah takdir ya pasti juga akan mati. Karena itu saya tetap akan masuk Syam."

Tapi nyatanya Umar tak melakukan itu. Beliau justru membuat analogi cerdas saat berdialog dengan Abu Ubaidah. Dan di ujung kalimatnya, terucap kata-kata indah:

"Sesungguhnya dengan kami pulang, kami hanya berpindah dari takdir yang satu ke takdir yang lain."

Plisss. iman kita belum sekuat Umar. Namun, sikap dan perilaku kita terlihat melebihi keimanan Umar. Menantang virus dan yakin akan mengatasinya.

Sudah sekhusyuk Umarkah saat kita sholat?

Sudah serajin Umarkah kita sholat berjamaah di masjid?

Sudah sedekat Umarkah kita dengan Rasulullah ?

Sudah sekuat Umarkah iman kita?

Bukankah Umar yang sedemikian kuat imannya saja masih berikhtiar menghindari takdir. Lalu kita yang keimanannya tak ada seujung kuku, begitu percaya diri membuat pernyataan-pernyataan di atas.

Ikhtiar, doa dan tawakal. Begitu rumus seorang muslim dalam menjalani hidup. Bukan hanya doa lalu tawakal.

Bersyukur, Umar tak hadir saat ini.

Wallahua'lam bishshowab.


*Bantahan terhadap broadcast* _*"BERLINDUNG KE MASJID"*_

Yang di dalamnya membawakan hadits-hadits sebagai berikut:

*Hadits pertama:*

إِنَّ اللهَ تَعَالَى إِذَا أَنْزَلَ عَاهَةً مِنَ السَّمَاءِ عَلَى أَهْلِ الأرْضِ صُرِفَتْ عَنْ عُمَّارِ الْمَسَاجِدِ.

"Sesungguhnya apabila Allah ta'ala menurunkan penyakit dari langit kepada penduduk bumi maka Allah menjauhkan penyakit itu dari orang-orang yang meramaikan masjid"

Penilaian ulama:
* Al Albani mengatakan: "hadits mungkar" (Silsilah Adh Dha'ifah, no. 7080).
* Ibnu Adi mengatakan bahwa hadits ini dhaif (Al Kamil fid Dhu'afa, 4/205).

*Hadits kedua:*

إِذا أرَادَ الله بِقَوْمٍ عاهةً نَظَرَ إِلَى أهْلِ المَساجِدِ فَصَرَفَ عَنْهُمْ

"Apabila Allah menghendaki penyakit pada suatu kaum, maka Allah melihat ahli masjid, lalu menjauhkan penyakit itu dari mereka".

Penilaian ulama:
* Al Albani mengatakan: "dhaif" (Dha'if Al Jami, no. 345).
* As Suyuthi mengatakan: "dhaif" (Al Jami' Ash Shaghir, no. 400).

*Hadits ketiga:*

يَقُولُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: " إِنِّي لَأَهُمُّ بِأَهْلِ الْأَرْضِ عَذَابًا فَإِذَا نَظَرْتُ إِلَى عُمَّارِ بُيُوتِي والْمُتَحَابِّينَ فِيَّ والْمُسْتَغْفِرِينَ بِالْأَسْحَارِ صَرَفْتُ عَنْهُمْ "

"Allah عز وجل berfirman: "Sesungguhnya Aku bermaksud menurunkan azab kepada penduduk bumi, maka apabila Aku melihat orang-orang yang meramaikan rumah-rumah-Ku, yang saling mencintai karena Aku, dan orang-orang yang memohon ampunan pada waktu sahur, maka Aku jauhkan azab itu dari mereka"

Penilaian ulama:
* Al Albani mengatakan: "dhaif jiddan" (Silsilah Adh Dha'ifah, no. 7102).
* Ibnu Adi mengatakan: "mungkar" (Al Kamil fid Dhu'afa, 5/94).

*Hadits keempat:*

إذا عاهةٌ من السماءِ أُنزِلتْ صُرِفتْ عن عُمَّارِ المساجِدِ

"Apabila penyakit diturunkan dari langit, maka dijauhkan dari orang-orang yang meramaikan masjid"

Penilaian ulama:
* Al Albani: "dhaif" (Dhaif Al Jami', no. 593), mungkar (Silsilah Adh Dha'ifah, no.2449).
* Ibnu Adi menjelaskan dhaif-nya hadits ini (Al Kamil fid Dhu'afa, 4/205).

*Hadits kelima:*

Perkataan Asy Sya'bi (seorang tabi'in), maka ini bukan hadits.

كَانُوا إِذَا فَرَغُوا مِنْ شَيْءٍ أَتَوُا الْمَسَاجِدَ

Diterjemahkan: "Mereka (para sahabat) apabila ketakutan tentang sesuatu, maka mendatangi masjid".

Yang tepat "faroghu" di sini maknanya bukan "ketakutan" namun "kekurangan" atau "butuh sesuatu". Maka tidak ada pendalilan dari atsar ini.

_*Maka kesimpulannya: hadits-hadits di atas tidak bisa menjadi hujjah.*_

Apalagi bertentangan dengan hadits-hadits yang shahih:

‘Aisyah radhiallahu’anha berkata:

أن رسولَ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم قال في مرَضِه : ( مُروا أبا بكرٍ يصلِّي بالناسِ )

“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam ketika sakit beliau bersabda: perintahkan Abu Bakar untuk shalat (mengimami) orang-orang” (HR. Bukhari no. 7303).

Menunjukkan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam ketika sakit berat, beliau tidak ke masjid.

Ibnu Abbas radhiallahu’anhu mengatakan:

لقد رَأيتُنا وما يتخلَّفُ عن الصَّلاةِ إلا منافقٌ قد عُلِمَ نفاقُهُ أو مريضٌ

“Aku melihat bahwa kami (para sahabat) memandang orang yang tidak shalat berjama’ah sebagai orang munafik, atau sedang sakit” (HR. Muslim no. 654).

Menunjukkan orang yang sakit diberi udzur untuk tidak ke masjid.

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

فِرَّ مِنَ الْمَجْذُومِ فِرَارَكَ مِنَ الْأَسَدِ

“Larilah dari orang yang terkena kusta, sebagaimana engkau lari dari singa” (HR Ahmad no.9722, dishahihkan Al Albani dalam Silsilah As-Shahihah no.783).

Menunjukkan bahwa boleh berusaha menghindarkan diri dari penyakit menular. Bahkan ini perintah Nabi. Dalam hadits lain, Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

لاَ تُورِدُوا المُمْرِضَ عَلَى المُصِحِّ

“Janganlah mengumpulkan unta yang sakit dengan unta yang sehat" (HR. Bukhari no.5774, Muslim no.2221)

_Di masa huru-hara virus corona ini wajib selektif dalam menerima info dan juga ilmu agama._

Semoga Allah memberi taufik.

Join channel telegram @fawaid_kangaswad

0 komentar:

Cari Artikel Hidayahsalaf