Kenikmatan menghadiri majelis ilmu
Di akhir zaman ini majelis ilmu rame ketika ada tabligh akbar, jika tidak maka majelis ilmu sepi. Majelis ilmu sudah ibarat konser yang ramai didatangi ketika ada tokoh yang diundang jika tidak maka seolah tidak ada lagi.
“Anas radhiyallahu berkata:
“Aku pernah mendengar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebuah
hadits, tidak ada yang meriwayatkannya selainku, beliau bersabda: “Dari tanda
hari kiamat adalah Nampak kebodohan, minimnya ilmu, nampak perbuatan zina,
khamr (biasa) diminum, lelaki (jumlahnya) sedikit dan perempuan (jumlahnya)
membanyak, sehingga lima puluh wanita memiliki yang mengurus mereka satu orang
lelaki.” HR. Bukhari.
Kita patut bersyukur dengan adanya kemajuan informasi dan alat-alat komunikasi yang canggih, akan tetapi hal itu jangan sampai menjadikan kita lalai dalam menghadiri majelis ilmu rutin yang juga dihadiri oleh para Malaikat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam biasa membaca do’a:
اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْجُبْنِ وَالْهَرَمِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ
“Ya Allah, aku berlindung
kepada-Mu dari kelemahan, rasa malas, rasa takut, kejelekan di waktu tua, dan
sifat kikir. Dan aku juga berlindung kepada-Mu dari siksa kubur serta bencana
kehidupan dan kematian.” (HR. Bukhari no. 6367 dan Muslim no. 2706)
Ilmu itu didatangi dan bukan mendatangi
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ، وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ، إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ، وَحَفَّتْهُمُ الْـمَلاَئِكَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ، وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ، لَـمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ.
“Barangsiapa yang melapangkan satu
kesusahan dunia dari seorang mukmin, maka Allah melapangkan darinya satu
kesusahan di hari Kiamat. Barangsiapa memudahkan (urusan) atas orang yang
kesulitan (dalam masalah hutang), maka Allah memudahkan atasnya di dunia dan
akhirat. Barangsiapa menutupi (aib) seorang muslim, maka Allah menutupi
(aib)nya di dunia dan akhirat. Allah senantiasa menolong hamba selama hamba
tersebut senantiasa menolong saudaranya. Barangsiapa yang meniti suatu jalan
untuk mencari ilmu, maka Allah memudahkan untuknya jalan menuju Surga. Tidaklah
suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah (masjid) untuk membaca
Kitabullah dan mempelajarinya di antara mereka, melainkan ketenteraman turun
atas mereka, rahmat meliputi mereka, Malaikat mengelilingi mereka, dan Allah
menyanjung mereka di tengah para Malaikat yang berada di sisi-Nya. Barangsiapa
yang lambat amalnya, maka tidak dapat dikejar dengan nasabnya.” HR. Muslim
Di dalam hadits ini terdapat janji Allah
‘Azza wa Jalla bahwa bagi orang-orang yang berjalan dalam rangka menuntut ilmu
syar’i, maka Allah akan memudahkan jalan baginya menuju Surga.
“Berjalan menuntut ilmu” mempunyai dua
makna:
Pertama : Menempuh jalan dengan artian yang sebenarnya, yaitu berjalan kaki menuju majelis-majelis para ulama.
Pertama : Menempuh jalan dengan artian yang sebenarnya, yaitu berjalan kaki menuju majelis-majelis para ulama.
Kedua : Menempuh jalan (cara) yang
mengantarkan seseorang untuk mendapatkan ilmu seperti menghafal, belajar
(sungguh-sungguh), membaca, menela’ah kitab-kitab (para ulama), menulis, dan
berusaha untuk memahami (apa-apa yang dipelajari). Dan cara-cara lain yang
dapat mengantarkan seseorang untuk mendapatkan ilmu syar’i. (Tazkiyatun
Nufus, Syeikh Ahmad Farid)
Seseorang jika ingin mendapatkan ilmu maka ia harus keluar dari
rumahnya dan mencari ilmu. Imam Bukhari berkata dalam shahihnya,
باب الخروج في طلب العلم
“Bab keluar untuk menuntut ilmu”
Seorang tabi’in terkenal Sa’id bin
Al-Musayyab rahimahullah
berkata,
إن كنت لأسير الليالي والأيام في طلب الحديث الواحد
“Sesungguhnya aku berjalan berhari-hari dan
bermalam-malam untuk mencari satu hadits.” (Jami’ Bayanil Ilmi wa Fadhlihi)
Ibnul Jauziy berkata,
طاف الإمام أحمد بن حنبل الدنيا مرتين حتى جمع المسند
“Imam Ahmad bin Hambal keliling
dunia dua kali hingga dia bisa mengumpulkan musnad.” (Shaidul Khatir)
Ibnu Thahir al-Maqdisy berkata : Aku dua kali kencing darah dalam
menuntut ilmu hadits, sekali di Baghdad dan sekali di Mekkah. Aku berjalan
bertelanjang kaki di panas terik matahari dan tidak berkendaraan dalam menuntut
ilmu hadits sambil memanggul kitab-kitab di punggungku
Hal ini sebagaimana dikatakan,
العلم يؤتى ولا يأتي
“Ilmu itu didatangi, dan tidak datang (dengan sendirinya)”
Sebelumnya tentu kita ingat kisah Nabi Musa mengikuti Khidir
alaihimassalam. Dengan susah payah Nabi Musa berusaha mencari Khidir
lalu mengikutinya untuk mendapatkan ilmu yang ia belum miliki atau ketahui
(lihat kisah selengkapnya di dalam surat al Kahfi ayat 60-82). Begitu juga
dengan kisah para sahabat yang datang dari segala penjuru untuk menemui dan
belajar dari Rasulullah. Mereka bertanya tentang urusan agama mereka.
Imam Abu Hatim Ar Razi rahimahullah pernah mengatakan bahwa dirinya pernah
berjalan kaki lebih dari 1000 farsakh. Padahal satu farsakh lebih
dari 5 km! Jadi imam ini pernah berjalan kaki lebih dari 5000 km untuk menuntut
ilmu!!! Belum lagi perjalanan beliau menaiki kendaraan. Beberapa tempat yang
beliau kunjungi untuk menuntut ilmu: Baghdad, Kufah, Makah, Madinah, Syam,
Mesir dan lainnya. Lain lagi ceritanya dengan Imam Baqiy bin Makhlad Al
Andalusi rahimahullah. Beliau melakukan perjalanan dari Andalus lalu
ke Afrika lalu ke Baghdad hanya untuk belajar pada Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah.
Baqi bin
Mikhlad Al-Andalusy rahimahullah, beliau pernah berkeliling ke berbagai negara
di dunia dengan hanya berjalan kaki. Beliau berkata, "Sungguh, saya
mengetahui seseorang yang ketika menuntut ilmu lewat berhari-hari tidak
memiliki makanan, kecuali daun kubis yang sudah terbuang.." [Tadzkiratul
Huffadzh, Imam Adz-Dzahabi, 2/630]
Ibnu Kharras rahimahullah berkata: "Saya minum air kencing saya sendiri ketika saya dalam perjalanan menuntut ilmu, hal ini terjadi lima kali. (seseorang tidak akan meminum kencingnya sendiri kecuali dalam keadaan sangat haus yang haus ini dapat mengakibatkan kematian).." [Al-Ibar Khairi Man Ghabar, Imam Adz-Dzahabi, 2/70]
Dinukil dari berbagai sumber
Ibnu Kharras rahimahullah berkata: "Saya minum air kencing saya sendiri ketika saya dalam perjalanan menuntut ilmu, hal ini terjadi lima kali. (seseorang tidak akan meminum kencingnya sendiri kecuali dalam keadaan sangat haus yang haus ini dapat mengakibatkan kematian).." [Al-Ibar Khairi Man Ghabar, Imam Adz-Dzahabi, 2/70]
Dinukil dari berbagai sumber
0 komentar:
Posting Komentar