Tarbiyah Anak, antara Teori dan Bukti
ditulis oleh Abu Abdillah Riza
Segala puji hanya bagi
Allah, semoga shalawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad saw
sebagai sebaik-baik contoh bagi umatnya dalam segenap bidang kehidupan, juga kepada
keluarga serta para Sahabat dan pengikut setia Beliau.
Orang tua dan para
pendidik mendapatkan ganjaran pahala yang besar jika mereka tulus ikhlas
berusaha mencontoh Nabi shallallahu’alaihi wasallam
mereka yang mulia dalam hal tarbiyah kepada anak secara khusus dan umat secara
umum.
“Sesungguhnya Allah dan para Malaikat, serta semua makhluk di langit dan di
bumi, sampai semut dalam lubangnya dan ikan (di lautan), benar-benar
bershalawat/mendoakan kebaikan bagi orang yang mengajarkan kebaikan (ilmu agama)
kepada manusia”. HR at-Tirmidzi no. 2685 dan
ath-Thabrani dalam “al-Mu’jamul kabiir” no. 7912 dishahihkan oleh Imam Al
Albani
Melihat ironi zaman sekarang ini dimana maksiat dan kemungkaran
lainnya terlalu banyak bermunculan yang dilakoni tua dan muda, kaum adam maupun
kaum hawa. Padahal telah banyak pendidikan, lembaga-lembaga pendidikan, tenaga
pendidik, media atau sarana pendidikan lebih memadai, orang-orang yang
bertitel, parenting-parenting maupun seminar dan lainnya akan tetapi sedikit dari
mereka yang benar-benar mengikuti dan iltizam secara ilmu dan praktek dalam hal tarbiyah mengaca kepada sunnah Nabi
dan para Sahabat yang telah Allah ridhoi.
Anak-anak ibarat kaset kosong, diisi dengan musik maka ia akan menjadi atau seperti penyanyi, begitu juga
sebaliknya apabila diisi dengan Al Qur’an dan As Sunnah maka ia akan menjadi
atau seperti Ulama.
Anak-anak jika terlalu
dimanja dan dibiarkan tanpa dididik maka akan tetap bengkok, terlalu keras dan
membenci anak juga membuat mereka lari dan tidak bisa mengaji.
Maka seorang pendidik
harus memiliki 3 unsur pokok dalam mentarbiyah anak:
1.
Orang tua atau pendidik harus bertakwa dan lebih dahulu, mengamalkan
sebelum mengajarkan anak-anak mereka.
Misalnya orang tua
terlebih dahulu belajar agama, bertakwa dengan mengamalkan syariat dan
meninggalkan maksiat. Contoh lain sebelum menegaskan kepada anak-anaknya untuk
menghafal Al Qur’an Hadits juga bahasa Arab, maka orang tua atau pendidik harus
memberi contoh terlebih dahulu.
Allah Ta’ala berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka”. QS. at-Tahrîm: 6
"Wahai
orang-orang yang beriman, kenapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu
kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang
tidak kamu kerjakan." QS. As-Shaff: 2-3
2.
Berlemah lembut dalam mengajarkan dan menasehati anak-anak terutama ketika
mereka masih kecil.
Nabi
shallallahu’alaihi wasallam bersabda:
“Jika Allah menginginkan kebaikan bagi
sebuah anggota keluarga maka Dia akan memasukkan kelembutan kepada mereka”. HR. Ahmad
6/71, 6/104-105, hadits shahih
Orang tua atau pendidik
hendaknya memahami fiqih berlemah lembut dalam tarbiyah. Disamping ia memahami
karakter masing-masing anak demikian juga mental dan motorik mereka.
Nasehat lebih baik daripada memukul. Selama dalam tarbiyah ataupun perbaikan tidak memerlukan pemukulan maka
janganlah memukul. Karena Nabi shallallahu’alaihi wasallam sendiri
bila harus memilih antara dua pilihan maka beliau memilih yang paling mudah
selama bukan dosa. HR. Bukhari 3560 dan Muslim 2327 dari ‘Aisyah secara marfu’
Maka kita sebaiknya menggunakan
kata-kata nasehat jika ingin memperbaiki perilaku anak atau dengan menggunakan
dorongan dan motivasi.
Bila kata-kata yang baik tidak berpengaruh maka kita gunakan kata-kata yang berisi teguran dan ancaman sesuai dengan kesalahan anak. Bila juga tidak bermanfaat maka saatnya memukul. Untuk itu kondisi tabiat anak berbeda-beda.
Bila kata-kata yang baik tidak berpengaruh maka kita gunakan kata-kata yang berisi teguran dan ancaman sesuai dengan kesalahan anak. Bila juga tidak bermanfaat maka saatnya memukul. Untuk itu kondisi tabiat anak berbeda-beda.
Diantara mereka ada yang cukup dengan
isyarat mata untuk menghukum dan menegurnya. Isyarat mata ini memberikan
pengaruh yang kuat pada dirinya dan menjadi sebab berhenti dari kesalahan yang
ia lakukan.
Diantara mereka ada yang jika Anda
membuang muka darinya maka dia segera paham maksud Anda dan berhenti dari
kesalahannya.
Diantara mereka ada yang berubah
dengan kata-kata baik. Maka gunakan kata-kata yang baik untuk anak yang seperti
ini.
Dan diantara mereka tidak ada yang
membuatnya sadar kecuali harus dengan pukulan dan perlakukan keras. Maka untuk
anak tipe seperti inilah kita lakukan pemukulan dan berlaku keras. Akan
tetapi sesuai dengan kebutuhan saja serta tidak menjadikannya kebiasaan.
Seperti halnya seorang dokter yang memberi suntikan kepada pasiennya walaupun
suntikan itu menyakitkan akan tetapi suntikan itu sebatas kadar penyakitnya
saja.
3.
Bersikap tegas bahkan
dibolehkan memukul mereka jika dibutuhkan dengan pukulan mendidik yang tidak
membahayakan.
Allah Ta’ala berfirman
(artinya): “Maka mengapa tidak ada dari umat-umat sebelum
kamu orang-orang yang mempunyai keutamaan melarang dari mengerjakan kerusakan
di bumi. Kecuali
sebagian kecil diantara orang-orang yang telah Kami selamatkan diantara
mereka.” QS. Hud:
16
Bila kerusakan dan kezhaliman
yang timbul dari ulah si anak tidak dapat hilang kecuali dengan pemukulan maka saat
itu juga dia harus dipukul pada tempat selain wajah. Hal yang paling penting yakni harus memperhatikan
syarat-syarat bolehnya memukul diantaranya; tidak terburu-buru, tidak didasari
oleh emosi atau hati sedang kacau, tidak memukul wajah, pukulan pertama pada
anak kecil dengan pelan kemudian ditambah sedikit demi sedikit sesuai usia
mereka, memukul ketika berusia sepuluh tahun, dan semisalnya (lihat kembali
penjelasan pada point ke 2 sebagai tambahan).
Sabda Nabi shallallahu’alaihi wasallam, “Perintahkanlah anakmu shalat pada
usia tujuh tahun dan pukullah dia karena (meninggalkan)nya pada usia 10 tahun
dan pisahkan tempat tidur mereka.”(HR. Abu Daud no. 495 dengan sanad hasan)
Terkadang
sebagian orang terutama di negeri kita beralasan bahwa pemukulan anak tidaklah
mendidik dan anak dapat menjadi stress dan kurang mentalnya jika dipukul.
Sebagian lagi mengatakan bahwa ini kan orang Arab ya wajar sedangkan kita bukan
orang Arab.
Ketahuilah saudaraku,
bahwa Allah Ta’ala Dzat yang Maha Mengetahui kemampuan, mental, dan segala
sesuatu. Dan ingatlah bahwa Allah Ta’ala ketika melihat dan menyeleksi semua
hamba, maka Allah Ta’ala memilih dari kalangan bangsa Arab Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wasallam sebagai Nabi yang harus
dan mutlak dicontoh tanpa harus ditolak dengan argumen dan perasaan hawa nafsu kita.
Sungguh ada
beberapa riwayat dari Para Ulama’pewaris para Nabi di kalangan Sahabat seperti
Abu Bakr Ash Shiddiq dan Ibnu Abbas, juga para Tabi’in dan Atba’ Tabiin dalam
hal ketegasan ini jika dibutuhkan. Wallahu
A’lam
0 komentar:
Posting Komentar