PENYEMBAH
HAWA NAFSU & DUNIA
Pelanggaran,
penyimpangan beserta segala bentuknya dan juga maksiat tidak mengenal status
walaupun ia orang kafir, tua muda, laki dan perempuan, pejabat ataupun
pembantu, juga muslim atau muslimah karena yang menjadi patokannya adalah
mempertuhankan hawa nafsu dan dunia. Orang kafir mempertuhankan hawa nafsunya
sehingga tidak beriman kepada Islam, adapun orang muslim mempertuhankan hawa
nafsu dan dunianya sehingga tidak memperhatikan rambu-rambu agama walaupun
notabene ia mengaji.
أَفَرَأَيْتَ
مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى
سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ
بَعْدِ اللَّهِ أَفَلا تَذَكَّرُونَ
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya
sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah
mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas
penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah
(membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” (Al
Jaatsiyah: 23).
Syaikh Muhammad Al Muqoddam ketika membawakan perkataan Imam
Al Qurthubi mengatakan:
"arti dari ayat Maka pernahkah kamu melihat orang
yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya yaitu orang-orang yang
meninggalkan ittiba' (mencontoh) petunjuk dan mengikuti hawa nafsu, seolah-olah
ia sedang menyembah nafsunya sehingga menjadikannya sebagai tuhan, karena hawa
nafsu adalah tuhan yang disembah selain Alloh".
Harta juga termasuk tuhan yang dapat dijadikan sesembahan
selain Alloh sebagaimana hadits Rasululloh shallallohu'alaihi wa sallam bersabda:
(تعس عبد الدينار، تعس عبد
الدرهم، تعس عبد الخميصة، تعس عبد القطيفة، تعس وانتكس، وإذا شيك فلا انتقش)
“Binasalah hamba dinar, hamba dirham, hamba kain tebal dan
hamba sutra, jika diberi maka ia ridha jika tidak diberi maka ia mencela.
Binasalah dan merugilah ia, jika tertusuk duri maka ia tidak akan terlepas
darinya."
HR. Bukhari. Disebutkan oleh Syaikh Al Albani di dalam Shohih
at Targhib 1225
Ditulis oleh Abu Abdillah Riza

0 komentar:
Posting Komentar